10. plan

209 36 16
                                    

Tangan kiri freya menggenggam tangan kanan fiony, sedangkan tangan kanannya sudah masuk kedalam baju fiony guna mengelus perut fiony.

"Maaf...." Entah sudah berapa banyak kata maaf yang keluar dari mulut freya.

Fiony sendiri memang sudah sadar, hanya saja ia masih sangat terbayang-bayang akan tindakan flora tadi. Bagaimana kalau anaknya benar-benar tidak selamat?

Tangan kiri fiony yang bebas kini sudah bertumpuh pada tangan kanan freya yang berada di atas perutnya.

"Mereka gapapa, aku juga gapapa sayang. Kamu ga salah, jangan minta maaf terus..." Ucap fiony dengan suara yang terdengar cukup parau.

Freya sudah melengkungkan bibirnya ke bawah, hatinya sangat sakit sekali sekarang.

Freya menundukkan kepalanya, dengan bibir yang masih sibuk mendaratkan banyak kecupan di punggung tangan kanan fiony.

"Ini tu udah gabisa di maafin, gue pukul si freya sama cepio kalo maafin tindakan flora yang udah termasuk ke ranah pembunuhan berencana bareng si ara bego itu." Marsha yang berada di luar ruang rawat fiony masih misuh-misuh.

Adel menganggukkan anggukan kepalanya, setuju akan argumen marsha ini.

"Tapi ga semudah itu juga kita kasuskan flora soal ini, kita ga punya bukti sama sekali. Toilet itu gaada cctvnya, dan lagi posisinya lo juga ngepukul flora, bisa makin dalem kasus ini kalo sampe ke tangan polisi." Ucap adel.

Marsha berdecak.

"Gue ngepukul dia kan atas dasar bela diri, harusnya gue cekik balik anjir. Kesel banget gue del...." Marsha mendudukkan dirinya di samping adel.

Adel terlihat berpikir sejenak, sepertinya flora memang sudah tidak main-main lagi. Ia hampir saja menghilangkan nyawa fiony.

"Gini aja deh, kita diskusi sama freya dulu. Freya harus pindah, rumah itu udah ga aman untuk mereka berdua." Adel sudah menatap marsha. "Setidaknya untuk saat ini sampe kita berhasil kumpulin semua bukti kejahatan flora kedepannya."

Marsha mengangguk setuju atas saran dari adel ini.

"Tapi sebelum itu kita harus bikin drama freya sama cepio cerai dulu." Ucap marsha. "Gue tau si sialan itu ga akan pernah tanda tanganin surat cerai itu, lo tau terobsesi kan del? Nah itu sekarang yang ada di dalam diri flora, dia mau milikin freya sendiri."

"Cepio kan ceo...."

"Dia bukan lagi ceo del, tapi big boss. Dia boss dari segala boss." Marsha langsung memotong ucapan adel.

Adel menepuk tangannya sekali, setelah itu menunjuk marsha.

"Nah ituu...." Adel masih menunjuk marsha. "Kita harus terbitin berita cerainya freya sama cepio, terus duh amit-amit banget berita cepio keguguran."

Adel dan marsha saling tatap, setuju akan ide satu sama lain.

"Gue akan urus bagian drama penerbitan itu, tadi baru kepala dia yang gue pukul. Next hati dia yang gue bejek-bejek." Marsha sudah mengepalkan tangannya.

**

RUANG RAWAT FIONY.

Marsha sudah merebut paksa mangkuk berisi bubur dari tangan freya, dan sekarang dirinya lah yang tengah menyuapi fiony.

Sedangkan freya sendiri sudah di tarik oleh adel untuk duduk di sofa, untuk membicarakan rencananya dengan marsha tadi.

Adel menjelaskan semuanya kepada freya, fiony juga mendengar rencana yang akan mereka jalankan.

"Ngomong dong anjir." Kesal adel karena freya diam saja.

Air muka freya tidak bisa mengartikan apapun, ia sangat kalut sekarang. Kepalanya bahkan sangat sakit sekali untuk sekedar mencerna semua rencana yang marsha dan adel susun.

02. MNKH ; a sequel of pcrn [ frefio ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang