4

83 14 2
                                    

Keesokan paginya, saat sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela rumahnya, Sasuke dengan lelah mengemasi barang-barangnya. Ia memasukkan pakaian, barang-barang pribadi, dan jimat penangkal dari Sakura ke dalam tas ranselnya. Matanya masih terlihat sayu, tanda bahwa dia belum sepenuhnya pulih dari kejadian mengerikan semalam. Meski begitu, tekadnya sudah bulat.

Saat Mikoto Uchiha melihat putranya yang sibuk membereskan barang-barangnya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Dia mendekat dan dengan lembut bertanya, "Sasuke, kau mau pergi ke mana? Apa yang sedang kau lakukan?"

Sasuke berhenti sejenak, menatap ibunya yang tampak cemas. Ia tahu bahwa ini bukan keputusan yang mudah baginya, tetapi setelah apa yang terjadi semalam, dia tidak ingin mengambil risiko lagi. Dengan suara tenang namun penuh kepastian, ia menjawab, "Aku akan pergi dan tinggal sementara waktu di tempat Sakura."

Mikoto terkejut mendengar jawaban putranya. "Kenapa kau harus tinggal di sana?" tanyanya dengan nada bingung sekaligus khawatir. "Bukankah kita bisa melindungimu di sini?"

Sasuke menggeleng pelan, mencoba menenangkan ibunya. "Ibu, apa yang terjadi semalam adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan dengan mudah. Kutukan ini semakin kuat, dan aku tidak bisa terus-menerus merepotkan Ibu jika situasi seperti itu terulang lagi. Sakura memiliki keahlian dan sumber daya untuk mengendalikan kutukan ini lebih baik daripada kita di sini. Aku perlu berada di dekatnya sampai ritual malam bulan purnama selesai."

Mikoto terdiam, hatinya terasa berat mendengar keputusan putranya. Dia mengerti kekhawatiran Sasuke dan tahu bahwa pilihan ini mungkin yang terbaik untuk keselamatannya. Namun, sebagai seorang ibu, perasaan takut kehilangan dan tak berdaya tetap menghantuinya.

"Sasuke," katanya pelan sambil memegang bahu putranya, "Kau tahu Ibu akan selalu ada di sini untukmu, apa pun yang terjadi. Tapi jika kau pikir ini adalah yang terbaik, maka lakukanlah. Hanya saja... berhati-hatilah. Kutukan ini tidak hanya menguji kekuatanmu, tetapi juga tekadmu."

Sasuke menatap ibunya dengan penuh kasih, lalu mengangguk pelan. "Aku tahu, Bu. Aku harus kuat, bukan hanya untuk diriku, tapi juga untuk keluarga kita," katanya. "Aku janji, aku akan kembali setelah kutukan ini diatasi."

Mikoto memberikan pelukan erat kepada Sasuke, berusaha menyembunyikan rasa cemasnya dengan senyuman tipis. "Aku percaya padamu, Sasuke. Dan aku percaya pada Sakura. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah berpisah dengan ibunya, Sasuke melangkah keluar dari rumahnya dengan tas di punggung. Meskipun hatinya berat meninggalkan rumah, dia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia harus berada di dekat Sakura, di tempat yang lebih aman dan terlindungi dari gangguan arwah leluhur, untuk memastikan dirinya selamat sampai malam bulan purnama tiba.

Di sepanjang jalan menuju toko Sakura, Sasuke merasa sedikit lega meskipun kekhawatiran masih menyelimuti hatinya. Dia tahu bahwa pertempuran sebenarnya belum dimulai, namun bersama Sakura, dia merasa memiliki peluang untuk mengalahkan kutukan ini dan mengembalikan kehidupannya yang normal.

Sasuke tiba di depan toko dukun milik Sakura, membawa tas ranselnya dan perasaan yang campur aduk di dalam hatinya. Saat dia mengetuk pintu, Sakura muncul di ambang pintu dengan ekspresi terkejut melihat Sasuke berdiri di sana.

"Sasuke?" kata Sakura sambil mengangkat alisnya. "Kenapa kau datang ke sini pagi-pagi begini? Apa yang terjadi?"

Sasuke menarik napas dalam-dalam dan menatap Sakura dengan mata yang penuh tekad. "Aku tidak bisa mengambil risiko lagi, Sakura. Apa yang terjadi semalam hampir saja membunuhku. Aku memutuskan untuk tinggal di sini sampai malam bulan purnama tiba. Aku butuh berada di tempat yang lebih aman, di dekatmu, agar kita bisa mencegah hal itu terjadi lagi."

Sakura tampak sedikit terkejut namun segera memahami keputusan Sasuke. Dia mengangguk pelan, kemudian membuka pintu lebih lebar dan memberi isyarat agar Sasuke masuk. "Baiklah, kalau itu yang kau mau, kau bisa tinggal di sini. Aku akan memastikan tidak ada gangguan dari arwah leluhur yang mengganggumu lagi."

Sasuke masuk ke dalam toko Sakura, merasakan suasana yang lebih tenang dibandingkan di rumahnya sendiri. Toko ini memang dipenuhi dengan benda-benda spiritual dan aroma yang menenangkan, sesuatu yang membuatnya merasa sedikit lebih aman di tengah situasi yang menegangkan ini.

Sakura menuntun Sasuke ke ruang belakang yang tampak lebih seperti ruangan meditasi, dengan bantal lantai, lilin yang menyala, dan jimat-jimat yang tergantung di setiap sudut ruangan. "Kau bisa tinggal di sini sementara waktu," kata Sakura sambil menunjuk ke sebuah tempat tidur kecil yang sudah disiapkannya. "Aku akan memastikan energi di sekitar ruangan ini tetap bersih dari gangguan roh."

Sasuke mengangguk dan menaruh tas ranselnya di lantai. "Terima kasih, Sakura. Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tapi aku tidak punya pilihan lain," katanya dengan suara yang lebih tenang namun tetap tegas.

Sakura duduk di dekat Sasuke, menatapnya dengan serius. "Kita harus menggunakan waktu ini dengan baik, Sasuke," ujarnya. "Kutukan ini bukan sekadar masalah spiritual biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap, dan mungkin terkait dengan sejarah keluarga Uchiha sendiri. Aku harus tahu lebih banyak tentang leluhurmu untuk memahami akar dari kutukan ini."

Sasuke menundukkan kepala sejenak, berpikir keras. "Aku tidak tahu banyak tentang leluhur kami selain kisah-kisah lama yang diceritakan ayahku dulu. Yang kutahu hanyalah bahwa keluarga Uchiha memiliki masa lalu yang penuh konflik dan dendam. Mungkin itulah alasan mengapa kutukan ini begitu kuat dan mengikatku."

Sakura menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita harus menggali lebih dalam. Kita perlu mencari tahu siapa di antara leluhur Uchiha yang masih menyimpan dendam sebesar ini, dan mengapa mereka menargetkanmu."

Di saat mereka berbicara, suasana ruangan terasa lebih sunyi, hanya diiringi oleh suara nyala lilin yang berderak pelan. Sakura kemudian mengeluarkan sebuah buku tua dari rak di sudut ruangan. Buku itu tampak berdebu dan usang, dengan simbol aneh di sampulnya.

"Ini adalah buku catatan lama tentang berbagai kutukan keluarga kuno yang pernah kutemukan," kata Sakura sambil membukanya di depan Sasuke. "Aku akan mencari petunjuk di sini, sesuatu yang bisa memberi kita gambaran tentang leluhurmu dan alasan mengapa mereka menghantuimu."

Sasuke menatap buku itu dengan mata penuh harapan yang bercampur dengan rasa takut. Dia tahu bahwa masa depannya mungkin bergantung pada apa yang akan mereka temukan di dalamnya. Malam bulan purnama semakin dekat, dan mereka harus menemukan jawabannya sebelum semuanya terlambat.

Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Sasuke bersumpah dalam hatinya bahwa dia akan menghadapi kutukan ini, apa pun yang terjadi. Bersama dengan Sakura di sisinya, dia merasa memiliki kesempatan untuk mengatasi kegelapan yang menyelimuti dirinya dan mengakhiri kutukan leluhur Uchiha sekali untuk selamanya.

.....

Mbah dukun cantik banget😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mbah dukun cantik banget😋

Mbah Dukun, Tolong Saya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang