Happy Reading
.
.
.
Setelah malam yang panjang dan penuh perjuangan, Sasuke kembali ke tempat Sakura dengan tubuh yang masih terasa lemah namun dengan hati yang jauh lebih ringan. Meski roh Madara berhasil dikalahkan untuk sementara, mereka semua tahu bahwa ini hanya awal dari ujian yang lebih besar. Namun, keberhasilan malam itu menjadi bukti bahwa dengan kekuatan persahabatan dan kerja sama, bahkan kekuatan gelap sekalipun bisa dilawan.
Sakura menyiapkan secangkir teh hangat untuk Sasuke sambil menatapnya dengan penuh perhatian. "Sasuke, kau perlu banyak istirahat," katanya lembut. "Pertarungan tadi pasti sangat menguras energimu. Meskipun Madara sudah mundur, kita masih harus bersiap untuk kemungkinan kembalinya dia."
Sasuke meminum teh itu dengan perlahan, merasakan kehangatannya menyebar ke seluruh tubuhnya. "Aku tahu, Sakura," ujarnya dengan suara serak. "Kutukan ini belum sepenuhnya hilang, tapi aku tidak akan menyerah. Aku berhutang nyawa padamu dan semua orang yang sudah membantuku malam ini."
Sakura tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Tidak perlu merasa berhutang budi, Sasuke. Kita adalah teman, dan aku akan selalu ada untuk membantumu. Tapi kau harus benar-benar menjaga dirimu. Pertarungan ini belum selesai, dan kita tidak tahu seberapa jauh Madara akan melangkah untuk mencapai tujuannya."
Di tengah perbincangan mereka, Mikoto datang menghampiri Sasuke dan Sakura. Wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran, namun ada kilatan rasa bangga di matanya saat melihat putranya yang begitu kuat. "Sasuke," katanya dengan suara pelan namun tegas, "kau telah membuktikan bahwa kau jauh lebih kuat dari yang pernah kuperkirakan. Aku tahu Madara mungkin belum sepenuhnya pergi, tapi aku yakin kau bisa mengatasinya."
Sasuke menatap ibunya dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Ibu. Aku tidak bisa melakukannya tanpa dukunganmu," katanya, suaranya penuh emosi. "Aku berjanji, aku akan melindungi keluarga kita dari kutukan ini, apa pun yang terjadi."
Mikoto tersenyum dan memeluk putranya erat-erat, air mata mengalir di pipinya. "Aku percaya padamu, Sasuke. Aku percaya bahwa kau akan mematahkan kutukan ini dan membawa kembali kedamaian ke dalam keluarga kita."
Saat mereka saling berpelukan, Sakura mengamati dengan senyum hangat di wajahnya. Dia tahu bahwa meskipun ancaman Madara masih ada, Sasuke tidak lagi sendirian dalam pertarungannya. Bersama dengan dukungan keluarganya dan bantuan dari orang-orang yang peduli padanya, dia memiliki kekuatan untuk menghadapi kegelapan yang datang.
***
Beberapa hari berlalu setelah ritual malam purnama itu, Sasuke memutuskan untuk kembali ke lokasi syuting dengan pikiran yang lebih jernih. Dia tahu bahwa hidupnya sebagai aktor masih berlanjut, dan dia harus menyelesaikan syuting film kesembilannya meskipun ancaman kutukan masih mengintainya.
Di lokasi syuting, Naruto, manajernya, menyambut Sasuke dengan ekspresi lega. "Akhirnya kau kembali, Sasuke!" serunya dengan nada penuh semangat. "Kita semua khawatir padamu. Tapi sekarang kau di sini, kita bisa menyelesaikan film ini dengan baik, bukan?"
Sasuke tersenyum kecil, menatap Naruto dengan penuh keyakinan. "Ya, Naruto, aku siap. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan gangguan apa pun menghentikanku lagi."
Sutradara Kabuto yang biasanya tegas dan penuh kritik pun tampak sedikit lebih lembut. "Kau terlihat berbeda, Sasuke," katanya sambil menilai aktor muda itu dengan tatapan tajam. "Apakah akhirnya kau menemukan keberanian yang selama ini hilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbah Dukun, Tolong Saya
FanfictionCerita terkait Uchiha Sasuke seorang aktor tampan yang selalu di incar oleh hantu leluhurnya yang bernama Madara. Pergi ke tempat dukun bernama Haruno Sakura, di situlah Sasuke memilih pinangnya untuk meneruskan keturunannya.