Bab 03 - Kembali Ragu

163 35 19
                                    

⚠️ Trigger warning ⚠️
Happy Reading

"Terkadang tidak semua motivasi dapat memberikan penyemangat untuk keyakinan yang sudah lama membuat dirinya penuh dengan keraguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang tidak semua motivasi dapat memberikan penyemangat untuk keyakinan yang sudah lama membuat dirinya penuh dengan keraguan."

- Hirap Abadi Bab 03 -

Semburat jingga yang terbentang pada langit senja perlahan namun pasti meredup seiring dengan matahari yang terbenam di ufuk barat. Namun, keindahan itu hanya berlangsung beberapa saat ketika langit berubah menjadi kelabu yang disertai dengan angin kencang.

Tepat pada saat adzan berkumandang rintik hujan dengan deras langsung turun. Derasnya dengan cepat membasahi bumantara, menggantikan hawa lembab menjadi dingin dan sunyi.

Di tengah riuhnya deras hujan di luar, pada sebuah rumah utama tempat di mana anak-anak panti biasa berkumpul setelah solat Magrib berjamaah, mereka semua terlihat asik mengobrol, bergurau, dan saling bercerita satu-sama lain. Suasana di ruangan tersebut kontan nyaris bising tepat seperti gemuruh hujan di luar.

Di antara kumpulan anak-anak panti itu, terlihat Haka yang sedang mengobrol dengan anak-anak panti tunarungu. Lelaki itu tertawa antusias ketika berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat yang disampaikan oleh anak-anak di depannya.

Berbicara soal panti, panti ini sudah lama berdiri sejak 1995 dengan pergantian pemilik panti secara turun-temurun. Panti tersebut bernama Cipta Kasih. Lokasi nya berada di pinggiran kota Jakarta, dengan suasana yang masih sedikit asri. Banyak pepohonan yang masih tumbuh subur di sekitarnya. Panti tersebut memang cukup besar, banyak anak-anak yang besar di sana dari kecil dengan berbagai macam kasus.

Beberapa anak panti yang tinggal di sana memang memiliki kekurangan dalam hal mendengar maupun berbicara, persis seperti Haka. Namun hal itu tidak membuat anak-anak di sana murung, sebab di panti tersebut anak-anak yang normal diajarkan berbahasa isyarat oleh Ibu Panti.

"Abang tau, tadi pagi Iza susah diajarin belajar sama bu guru." Anak perempuan berambut pendek itu mengadu kepada Haka.

"Oh iya? Terus gimana respon Ibu Guru nya?" tanya Haka.

"Bu guru nggak marah tapi kasian, Bang. Mukanya Bu guru udah capek."

Sontak Haka melirik sinis anak laki-laki yang duduk di sebelah Haka.

"Maaf Bang, Iza beneran nggak tau itu huruf-huruf yang dipelajarin apa aja." Iza membela diri.

"Nah itu dia gunanya kamu belajar Iza!!" semprot anak perempuan yang tadi mengadu kepada Haka.

"Aku juga lagi berusaha buat belajar, tapi susah tau!"

"Gampang!"

"Susah!"

Hirap AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang