Chapter 4 - disgrace in life

4K 850 609
                                    

700 vote & 500 comments for next

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

700 vote & 500 comments for next

•••

Hampir semua orang yang ada di restoran itu diam-diam sedang membicarakan Lily. Ada yang secara langsung menatapnya, ada pula yang hanya berani curi-curi pandang sebelum ujuk-ujuk malah menutup mulut dan memasang wajah terkikik ketika mereka menggosip bersama teman semeja.

Namun hal tersebut sama sekali tak mengusik Lily. Mentalnya tentu sudah dipersiapkan untuk ini.

"Demi Tuhan, Alaro tak bisa diam." gerutu Gabriela usai mengabaikan telepon dari sang atasan.

"Dia mau kau lakukan apa?"

"Suruh aku bayar buzzer untuk menghina Francisco di sosial media."

"Demi apapun itu tindakan yang sangat kekanak-kanakan. Alaro gegabah. Dia pikir orang-orang masih bisa dibodohi. Sekarang semua tahu mana komentar buzzer dan orang sungguhan."

"Aku tahu," jawab Gabriela. "Dia merasa citra kita semakin terancam hanya karena beberapa komentar bocah tak paham politik. Kau tahu, dia bahkan coba memprovokasi para mahasiswa agar lakukan unjuk rasa. Untung Gustavo berhasil meyakinkannya untuk berpikir panjang." Gabriela menyumpal makanan ke dalam mulutnya usai menghembuskan napasnya lelah.

"Dia konyol sekali."

"Idiot."

"Gabo," panggil Lily sambil mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Pasti kau jadi sibuk dan ikut pusing sekali gara-gara skandal itu."

"Tentu saja! Brengsek kau. Saat semua beres, aku mau kau bujuk Papa-mu supaya dia mau mencium bibirku."

Baik Lily dan Gabriela tertawa kecil sebelum mereka berdua kembali fokus menghabiskan makanan mereka. Sejak skandal itu, Lily belum berani menerima panggilan telepon dari ayahnya. Dan setiap kali kepalanya memikirkan akan seperti apa respon sang ayah, ia perlu mengambil napas panjang.

"Luís," panggil Lily sambil menatap Luís yang duduk dihadapannya. "Kurasa kita perlu merevisi berkas-berkas yang diminta FARC sebelum menyerahkannya pada Santiago. Kau punya waktu?"

"Tentu. Mau melakukannya kapan? Malam ini?"

"Besok saja di kantor, datanglah lebih awal."

"Jadi, apa yang tadi kalian bicarakan ditangga?" Luís yang sedari tadi diam karena sedikit kesal sebab Lily mengajak temannya dalam agenda makan siang mereka pun tak sanggup menahan dirinya untuk tidak bertanya. "Apa dia coba mengintimidasimu?"

TOUCH ME, FRANCISCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang