Chapter 6 - f*ck me

2.6K 747 513
                                    

Sebagian besar jajaran politikus yang sedang berada di ruangan tersebut sedang antusias mendengarkan pidato dari sang Presiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagian besar jajaran politikus yang sedang berada di ruangan tersebut sedang antusias mendengarkan pidato dari sang Presiden. Tak terkecuali para oposisi yang turut diundang.

"Saya tahu kinerja saya selama ini tak akan bisa memuaskan semua pihak. Masih banyak janji-janji saya untuk kemajuan Kolombia yang belum terselesaikan. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk menyelesaikannya. Bukan tanpa alasan saya kembali mencalonkan diri pada pemilu mendatang, itu karena Kolombia masih membutuhkan saya. Kepada seluruh teman-teman yang sudah senantiasa membersamai saya selama ini, membantu, dan mendukung, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dan kepada pihak oposisi pun demikian. Karena tanpa kritik-kritik pedas dari Sayap Kiri, saya tak akan pernah menyadari masih banyak hal yang harus saya perbaiki," Dengan gayanya yang dibuat ramah dan senyum yang dikulum di wajahnya yang gemuk, semua menyadari Presiden Casilas sedang mengolok alih-alih berterima kasih. Ditambah, ucapan tersebut langsung disambut oleh kekehan-kekehan rendah dari kroni-kroninya. "Mereka ini ibarat alarm di pagi hari yang membangunkan saya dari lelapnya kekuasaan..."

Lily Rose mencatat beberapa poin yang dirasa perlu sebelum matanya yang hendak diarahkan kembali pada sang Presiden, menangkap basah Francisco yang sedang menatapnya dari kursi yang berada di depan, tepat di sebelah Presiden Casilas yang masih berbicara.

".... oleh karena itu oposisi berperan penting dalam politik. Meski berbeda namun tujuan kita satu. Untuk Kolombia yang lebih baik."

"Maaf, Pak Presiden," Lily mengangkat tangannya sembari mendekatkan bibir ke mikrofon. "Mohon izin untuk menanggapi."

Dan Presiden Casilas menganggukkan kepalanya penuh wibawa.

"Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas ucapan terima kasih Anda kepada kami. Namun saya sedikit kurang setuju dengan anggapan Anda tentang alarm di pagi hari. Tak sedikit orang yang mengabaikan bunyi alarm—bahkan mematikannya—hanya karena masih ingin terlelap. Yang mana, itulah yang telah Anda lakukan selama menjabat—" Kali ini kekehan, sorakan serta beberapa tepuk tangan digaungkan oleh para anggota Sayap Kiri. Kemudian Lily melanjutkan. "—kami menginginkan analogi yang lebih dari pada sekedar alarm di pagi hari. Sesuatu yang tidak memungkinkan Anda untuk terlelap dalam kekuasan. Terima kasih."

Bola mata Lily kembali melirik ke arah Francisco yang masih bertahan menatapnya. Tanpa perubahan ekspresi sama sekali di wajahnya. Kontak mata mereka terjalin hingga beberapa saat dan tak ada satu pun dari keduanya yang memutus kontak tersebut.

Pertemuan tersebut berakhir sepuluh menit kemudian. Intinya Casilas ingin mengakhiri perselisihan antara Sayap Kiri dan Sayap Kanan demi Kolombia yang lebih baik.

"Lily Rose, kemari sebentar." panggil Alaro saat mereka keluar dari ruangan itu satu persatu.

Lily pun menghampirinya. Pria itu menatapnya usai menghembuskan napas, seolah apa yang akan dia katakan selanjutnya adalah sebuah keputusan yang berat namun harus tetap diambil.

TOUCH ME, FRANCISCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang