.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tak ada yang berniat untuk bersuara, kedua lelaki bersaudara itu sedang asyik dengan kegiatan mereka masing-masing, meski mereka tahu jika apa yang sedang ada di kepala mereka saat ini sama halnya seperti kegundahan kecil di hati masing-masing.
"Bagaimana menurutmu? Apa dia berhasil membawa orang baru itu ke rumah?" Sepasang dark choco indah milik yang lebih muda dan berkulit putih pucat menatap pemuda yang duduk malas di hadapannya.
Perth menghentikan kegiatan chatting di sebuah aplikasi terkenal di ponselnya, beralih menatap sang adik dengan tatapan malas.
"Memang kenapa kalau dia membawa orang baru itu ke rumah? Apa yang salah? Toh mereka sudah menikah" ia merespon tenang, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.
"Kau tidak ingat pada orang terakhir yang berusaha dia kenalkan pada kita?" Gemini menyipitkan matanya.
"Satu tahun yang lalu maksudmu?" Perth menyahut seadanya, tak berminat untuk menghentikan kesibukannya.
"Bagaimana kalau dia membawa orang seperti itu?"
Perth berdecak, menatap kembali sang adik. "Kau pikir dia sebuta itu untuk memilih pasangan?"
"Who knows" yang muda mengangkat bahu kecil. "Kurasa aku harus membuat rencana" melipat kedua tangannya di dada.
"Jangan macam-macam Gemini. Jangan melakukan hal bodoh" kata Perth memperingati terdengar seperti gumaman, sekilas melirik sang adik.
Tidak mendengarkan apa yang saudaranya katakan, pemuda dengan helai sewarna tinta pena itu menarik sudut bibirnya keatas, memikirkan sesuatu yang menarik. Tak peduli jika banyak pasang mata yang memperhatikan.1
Pemandangan yang terlampau biasa. Dimana ada Kanaphan bersaudara, maka disana lah perhatian lebih diberikan. Tak ada yang tidak mengenal Perth Kanaphan dan Gemini Kanaphan. Mereka adalah pemuda tertampan di universitas dan memiliki banyak penggemar, gelar tertampan itu tentu saja diberikan setelah hampir semua penghuni kampus setuju jika kedua saudara itu memiliki ketampanan yang sama dan tak terkalahkan.
Hiperbola, terlalu berlebihan. Tapi jika darah mereka adalah keturunan Kanaphan, maka kata hiperbola dan berlebihan itu pantas untuk dihapus.
Siang ini mereka tak sengaja bertemu di cafetaria kampus, dikarenakan angkatan dan jurusan yang berbeda, maka bagai sebuah anugerah jika melihat mereka bersama. Meski awalnya Perth sedang bersama teman-temannya dari jurusan seni, dan Gemini yang asyik bersama laptopnya sendirian.
"Kalian berada disini rupanya"
Oh tidak...
Gemini yang sedang menyedot jus dinginnya yang belum terjamah dan Perth yang sedikit pun tak tergoyahkan dengan kesibukan chattingnya kompak melengos mendengar suara wanita genit yang serupa dengan mimpi buruk itu.
"Kau yang hadapi dia, aku ada kelas setelah ini" Gemini berucap cepat setelah meminum jusnya sembari mengecek jam tangannya. Memasukkan laptop ke dalam tas, lalu bergegas pegi sebelum Perth mengumpat.
"Gemini Kanaphan sialan. Adik durhaka, dia pikir aku pawang huh?" Perth mengomel sambil mengantongi ponselnya,bangkit berdiri cepat, tapi baru saja ia membalikkan badan, langkahnya terhenti lebih dulu sebelum bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Sweet Home
FanfictionBagaimana rasanya menikah dengan duda beranak dua? apalagi jika kedua anaknya seumuran denganmu?