#06

71 12 0
                                    

Sinar matahari pagi menerobos jendela dan menyilaukan kedua mata Dunk yang masih terpejam. Tidur pemuda itu pun mulai terganggu. Perlahan ia membuka matanya dan sorot matanya langsung bertemu sepasang mata coklat yang tengah memandangnya dengan penuh pemujaan.

Dunk tersenyum saat menyadari siapa si pemilik mata cokelat itu. Dunk lalu sedikit merenggangkan tubuhnya yang kaku karena semalaman ia tidur dalam posisi duduk di dalam mobil.

"Selamat pagi." Sapa Joong dari balik kemudi mobil. Ia juga tidur disana semalam dan baru bangun beberapa menit sebelum Dunk terjaga.

"Pagi, Joong." Dunk lalu mengedarkan pandangannya dan baru menyadari dimana mereka sekarang.

"Kita berada di pantai?"

"Ya. Aku tidak kuat melanjutkan perjalanan untuk mencari hotel, jadi aku parkir disini." Joong menjawab dengan nada menyesal.

"Maaf, entah mengapa hanya tempat ini yang terlintas didalam kepalaku."

Dunk terkekeh pelan.

"Tidak apa-apa. Semalam kita memang minum terlalu banyak."
Joong dan Dunk memang minum sampai dini hari. Jika restoran itu tidak tutup, mungkin mereka akan minum sampai matahari terbit.

Tapi kemudian Dunk baru menyadari sesuatu saat melihat tebing-tebing tinggi di sebelah utara pantai ini. Ya, pantai ini tidak asing lagi. Dunk pernah melihatnya ditelevisi saat kecelakaan yang menimpa Bimbeam ditayangkan.

Disini, Bimbeam terperosok dari tebing didepan sana dan mobilnya jatuh ke laut.

Perlahan Dunk menoleh ke arah Joong yang tengah sibuk menghidupkan penghangat tanpa menyadari gejolak batin yang tengah Dunk hadapi. Joong bilang hanya tempat ini yang terlintas didalam kepalanya. Apakah Joong sadar tempat apa ini?.

"Apa tempat ini memiliki arti tersendiri bagimu?". Dunk tak tahan untuk tidak bertanya yang membuat Joong agak terkejut.

"Huh?". Joong menoleh ke arah Dunk, tetapi kemudian ia menggeleng kecil.

"Tidak juga. Aku hanya beberapa kali tak sengaja lewat sini."

Dunk tidak tau apakah Joong berbohong atau tidak, tapi ia tidak bertanya lagi karena Joong tiba-tiba mengeluh jika dia lapar.

"Aku lapar. Ayo kita cari makan dulu sebelum pulang." Ajak Joong. Ia mulai menghidupkan mesin mobil lalu melajukannya meninggalkan pantai tersebut.

Tanpa sepengetahuan dari Dunk, Joong agak panik saat mengemudikan mobilnya meninggalkan pantai tersebut. Dalam hati Joong merutuki kenapa dia harus membawa Dunk kesana.

Tapi entah mengapa saat mabuk semalam yang Joong ingat hanyalah kejadian malam itu.

Malam ketika ia menyaksikan sendiri ketika mobil Bimbeam menabrak pembatas lalu jatuh ke laut.

Gia tidak ingin bertanya kepada Joong kemana dia pergi semalam. Gadis itu memilih untuk bungkam agar tidak menimbulkan pertengkaran diantara mereka. Gia tidak ingin memberikan kepuasan kepada Dunk jika dia sampai bertengkar dengan calon suaminya itu.

Sedangkan Joong sendiri memberi alasan jika ia harus menemui klien penting dari luar negeri kepada Janhae agar ibunya itu tidak memarahinya. Janhae memang jengkel saat Joong pulang ke rumah dengan aroma anggur menguar dari bajunya. Tetapi saat Joong mengatakan ia minum bersama klien penting, Janhae pun berhenti mengomel. Ia tentu saja percaya kepada Joong, berbeda dengan Gia yang tau jika Joong berbohong.

Sebagai pengganti absennya Joong semalam, sore itu Janhae berniat mengadakan pesta keluarga dirumahnya. Pesta keluarga itu sebagai acara makan malam sebelum pernikahan. Hal ini digunakan Gia untuk membalas dendam. Gia sudah tau dari Lokjun  jika keluarga Joong mengenal Dunk sebagai tetangga mereka yang pandai bermain piano.
Gia pun menghasut Janhae untuk mengundang Dunk ke rumah mereka untuk bermain piano.

[⭐] RESENTMENT // JDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang