#07

75 10 0
                                    

Pagi harinya Dunk berniat mengunjungi keluarga Joong untuk memberikan sup rumput laut buatannya sekaligus mencari bukti lain jika Joong ada hubungannya dengan kematian Bimbeam. Ia hampir saja mendekati rumah besar itu ketika langkahnya terhenti secara mendadak begitu melihat ada keributan didepan rumah keluarga Joong.

Dunk langsung menyembunyikan dirinya dibalik tembok sembari melihat keributan apa yang terjadi disana. Nampak Janhae tengah marah-marah kepada seorang wanita yang seumuran dengannya. Dengan cepat Dunk mengenali wanita itu sebagai ibu Bimbeam. Ya, wanita itu tak lain adalah Mook, ibu tiri Dunk. Dia datang bersama teman Bimbeam yang bernama Pahn.

"Klinik fertilitas?" Janhae membaca kertas yang sepertinya diberikan oleh Bimbeam kepadanya.

"Apa maksudnya ini?"

"Aku hanya ingin memastikan apakah ini benar. Aku menemukan kertas itu dikamar Bimbeam. Dia pergi ke klinik untuk mengikuti program hamil di hari yang sama ketika ia bunuh diri."

"Lalu?"

"Jika dia berencana untuk hamil, bukankah aneh jika malam harinya ia bunuh diri?"

Janhae terdiam untuk beberapa saat. Kertas ditangannya pun sedikit bergetar. Lalu tak lama kemudian ia melempar kertas tersebut ke tanah dan menatap besannya dengan marah.

"Jadi maksudnya apa? Kau menuduh kami memanipulasi kematian putrimu?"

"Aku tidak menuduh keluargamu. Aku hanya ingin memastikan apakah Joong tau sesuatu atau-"

"Kau menuduh Joong?" Janhae semakin tersulut emosi saat nama Joong dibawa-bawa oleh ibu Bimbeam tersebut.

"Putraku adalah wujud kebanggaan dari keluarga kami. Jangan karena dia masih bekerja di J.D Group kalian jadi bisa sesuka hati menuduhnya! Bimbeam sendiri yang meninggalkan wasiat jika ia ingin Joong mengelola keuangannya. Apa karena masalah ini yang membuatmu tidak menyukai Joong?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan uang! Aku hanya ingin tau kebenarannya!" Mook balas berteriak. Tetapi Janhae langsung menyelanya.

"Aku tidak peduli lagi apa yang ingin kau katakan. Kutegaskan kepadamu untuk tidak mendekati putraku dan membahas masalah ini!" Mook mendengus keras. Sungguh, Janhae benar-benar menyulut emosinya.

Padahal dulu keluarga Harit begitu hangat menyambut keluarga Bimbeam. Tetapi setelah kematian Bimbeam, keluarga besannya ini menjadi sangat arogan kepadanya.

Padahal jika Joong tidak menikahi Bimbeam, saat ini keluarga Joong pasti masih menjadi keluarga yang hidupnya serba kekurangan.

"Jika anakmu begitu berharga, kau seharusnya tau anak lain juga sangat berharga bagi ibu mereka." Kata Mook yang diabaikan oleh Janhae. Dengan kasar Janhae masuk ke dalam rumahnya dan membanting pintunya secara kasar tepat didepan Mook dan Pahn.

Setelah Janhae masuk, tubuh Mook sedikit terhuyung dan akhirnya jatuh dengan air mata berderai. Pahn segera berjongkok untuk menenangkannya, tapi hal itu justru membuat Mook semakin keras menangis.

Disisi lain Dunk menyaksikan semua itu dengan hati terluka. Ia tidak pernah menyukai Mook. Tapi melihatnya seperti ini membuat Dunk iba.

Dunk lalu memandang rumah keluarga Joong yang begitu megah, rumah yang dibeli Bimbeam untuk mertuanya tinggal. Tetapi keluarga itu tidak pernah bersyukur. Keluarga itu justru membuat Bimbeam menjadi suruhan mereka padahal rumah tersebut dibeli sendiri oleh Bimbeam.

Keluarga Joong benar-benar keluarga yang kejam. Sungguh, saat ini Dunk benar-benar dikuasai amarahnya.
Dunk akan menghancurkan keluarga itu tanpa sisa. Dia berjanji.

---

"Joong adalah pembunuhnya. Aku percaya ini."

Pond menyerukan isi kepalanya dengan yakin setelah Dunk kembali ke rumah dan menceritakan apa yang terjadi didepan rumah Joong.

[⭐] RESENTMENT // JDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang