CHAPTER |21|

17 8 0
                                    

Nafas Archer memburu dengan cepat, ia terbangun dengan terengah-engah lalu mendudukkan dirinya dengan paksa. Entah kenapa secara tiba-tiba dadanya berdenyut nyeri. Aletha yang melihat anaknya sedang kesakitan langsung panik. Dengan terburu-buru ia langsung menekan tombol darurat guna segera memanggil dokter.

Beberapa menit kemudian dokter penanggung jawab Pasien langsung datang dan memeriksa kondisi Archer. Dokter tersebut berusaha menenangkan Archer dengan menggunakan sebuah obat penenang karena rupanya Archer tiba-tiba saja berniat untuk menyakiti dirinya sendiri dengan cara memukul mukul kepalan dan dadanya sendiri secara membabi-buta.

Situasi saat ini sangat kacau, seorang dokter dan 2 orang perawat saja tidak akan mampu menahan tubuh Archer yang terus memberontak.

"Ahhh!!! Lepasin gw!! Biarain gw nyusul Ariesha!!" Teriak Archer terus menerus, ia mulai kehilangan kontrol akan tubuhnya sendiri.

Karena sudah tidak sanggup menahan Archer yang terus memberontak sampai-sampai mereka tidak dapat menyuntikan obat penenang itu, akhirnya sang dokter memutuskan untuk memanggil bantuan yang lain dengan cara menekan tombol darurat.

Aletha yang melihat betapa kacau kondisi saat ini tak kuasa menahan tangisannya hingga ia terjatuh ke lantai sambil memegang mulutnya agar tangisannya tidak semakin pecah. Tepat sekitar 3 menit setelah sang dokter meminta bantuan tibalah beberapa para medis yang langsung membantu untuk memegangi Archer.

Selang beberapa detik setelah datangnya para medis tadi, tibalah seorang pria paruh baya dengan setelan jas berwarna abu abu yang terlihat panik.

Aletha terkejut ketika pria itu masuk. "Mas? mas, anak kita, mas." Ucap Aletha yang langsung menghampiri Arthur. Iya lelaki itu adalah suaminya, Arthur yang merupakan ayah kandung Archer.

"Diamlah, dia itu bukan anak mu tapi anakku!" Bentak Arthur kepada Aletha sambil menyuruhnya untuk menjauh dengan cara mendorongnya.

"Minggir!" Titahnya pada sang dokter yang tengah berusaha untuk menenangkan Archer.

Arthur mendorong semua para medis termasuk sang dokter tadi untuk menjauhi anaknya.

Arthur mencengkeram kedua pundak Archer dengan keras dan membuat Archer terdiam dan menghadap ke Arthur. Archer menatap mata Arthur dengan mata sayu dengan berlinang linang airmata

"Yah, Ariesha ya... Ariesha, dia tinggalin Archer lagi..." Ucap Archer yang terlihat menangis ketika melihat kedatangan sang Ayah.

Arthur menatap sesaat, kemudian ia langsung memeluk anak lelakinya itu dengan erat. Archer yang berada di pelukan Arthur langsung menangis tersedu-sedu.

Archer sekarang memang sudah tidak menyakiti dirinya lagi tapi tetap saja dadanya masih terasa sakit. Bukan hanya dadanya, kepalanya bahkan sekujur tubuhnya terasa sakit.

Begitu Arthur datang memang benar rasa sakitnya sudah berkurang tapi belum menghilang. Ia sudah tidak tahan lagi, sebab itu juga lah Archer langsung menangis apa lagi ketika ia menyadari bahwa ayahnya memeluk dirinya dengan lembutnya dan tidak seperti biasanya.

Saat berada di pelukan ayahnya, Archer masih saja terus berkata, "Ariesha tinggalin Archer lagi Yah. Kenapa Riesha yang harus tinggalin Archer, Yah. Emang gak cukup apa mamah aja yang pergi ninggalin Archer." Archer terus saja mengulang kata-katanya.

Beberapa saat kemudian, Archer melepas pelukan ayahnya dengan lembut. " Yah, Ariesha ada di Inggris, dia belum tahu kalau Archer udah ketemu sama Ayah." Ucap Archer sambil menatap Arthur dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Arthur.

Arthur tidak membalas ucapan Archer, Arthur justru memeluk Archer kembali, membiarkan Archer merasakan kehangatan yang tidak pernah Arthur berikan padanya.

SECRET STORY {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang