18. RENCANA-RENCANA MANUSIA

244 56 4
                                    

Halooo

selamat membaca, semoga suka, Aamiin.

18. RENCANA-RENCANA MANUSIA

Kita harus senang karena saling
menemukan.

****

Seperti rencana Baran, ia datang ke
pertandingan basket private Fiony yang
dilaksanakan di batas kota bersama Zean.
Pertandingan ini tidak membawa nama sekolah,
pertandingan ini milik mereka yang tergabung di
tim yang dibentuk oleh salah satu pemain basket
nasional indonesia. Melalui seleksi, dan banyak
tahap untuk bisa bergabung, Fiony beruntung
karena namanya tertulis.

"Semangat, adek gue," ucap Baran. Ia mengusap
rambut Fiony tulus, seraya berbisik, "Kalau ada
yang main kasar, kasarin balik."

Fiony tertawa mendengar kalimat itu, "Heh, nggak
boleh kan."

"Semangat, Fiony," kata Zean sebelum perempuan
itu bertanding. Mereka melakukan high five penuh
optimis.

Tatapan Fiony pada Zean sangat lekat, pupil
matanya yang semakin membesar seperti tidak
bisa mengelak. Baran bisa menebaknya, dan
tentu Zean tidak mungkin sekaku itu untuk tidak
peka.

Fiony meninggalkan keduanya di kursi penonton,
bergabung dengan timnya. Dan, kesempatan itu
Baran gunakan mengucapkan beberapa hal pada
Zean.

"Lo nggak peka, ya?" tanya Baran.

"Peka."

Jika Zean menjawab tidak, wah parah, "Lo suka
juga?" tanya Baran, terkesan menuntut, terkesan
ikut campur karena penasaran.

"Sama Fiony?" Baran mengangguk.

"Semua anak ARCHIGOS GANG suka dia," jawab
Zean.

"Berarti lo nggak peka, anjing!"

"Slow, man," Zean tertawa kecil. Ia menggeleng-
geleng, matanya menatap Fiony yang sudah
berada di tengah lapangan.

"Kalau lo nyakitin adek gue, asli, lo bukan teman
gue," cetus Baran.

Ya, kalimat itu terulang-ulang di kepala Zean. Lalu
sebagai kata penenang, anggaplah Baran sedang
bercanda.

Alih-alih memikirkan bagaimana yang Baran
katakan. Kepala Zean malah sibuk memikirkan
nama 'Regita', seperti sedang apa perempuan itu,
apa dan bagaimana selanjutnya yang terjadi diantara
mereka. Pikiran Zean terus membicarakan Regita.
Untuk pertama kalinya, ada perempuan yang
membuat pikirannya seperti ini. Terasa aneh dan
tidak masuk akal.

40 menit setelah itu, pertandingan Fiony selesai,
dengan perolehan poin yang lebih unggul
dibandingkan lawannya. Baran, juga Zean
bertepuk tangan besar untuk perempuan itu.

Seraya berlari, Fiony memamerkan medali sebagai
penghargaannya, "Foto yuk," ajak Fiony. Tapi
Baran tidak ikut, ia berperan sebagai pemotret
saja untuk Fiony dan Zean. Banyak foto yang
dihasilkannya.

***

"Tanda tangannya di dokumen yang ini, ya, Pak,
silahkan."

DIA ZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang