13. CERITA DARI BUS KOTA

283 59 1
                                    

Haloo

selamat membaca, semoga suka, Aamiin.

13. CERITA DARI BUS KOTA

Manusia selalu punya tempat istimewa di diri manusia lainnya.

***

"Jodoh? gue nggak salah denger nih?" Regita
segera menimpali ucapan Zean. Dibalik kacamata
bulatnya, Regita juga mengerjapkan matanya,
memastikan kalau yang berdiri di depannya ini
memang Zean.

Zean terdiam. Memikirkan ucapannya juga.

"Bahas tentang jodoh itu terlalu melampaui, di
umur sekarang, masih banyak takdir yang bisa saja
terjadi, masih banyak takdir yang akan kita temui,"
Regita tertawa kecil. "Lagipula, kita belum tentu
bertemu di masa depan, lagi."

Regita menatap Zean, "Bagaimana jika, pertemuan
kita cuma sampai hari ini aja?"

Zean suka dengan pikiran Regita. Zean suka dengan perempuan yang tidak terlalu berekspektasi. Diasuka orang yang sama dengan dirinya.

Zean menatap Regita dengan sorot mata yang dingin dan tenang, "Oke, lupakan."

Keduanya kemudian sama-sama diam setelah itu,
dengan bus yang mereka tumpangi terus berjalan
membelah kota Jakarta. Posisi keduanya masih
sama-sama berdiri, belum ada penumpang yang
turun, jadi belum ada kursi kosong yang tersedia
untuk mereka. Lagu Dewa 19 - risalah hati juga
sudah berganti.

"LO MANUSIA PALING BURUK YANG PERNAH
GUE TEMUIN,"

"LO JUGA!!!"

Suasana hening di bus tiba-tiba ramai karena
pertengkaran itu. Percakapan-percakapan tak
berhati kemudian keluar, silih berganti menyerang
mungkin mereka adalah sepasang kekasih yang
entah apa masalahnya sampai beradu mulut
seperti itu di tempat umum, padahal pasti kemarin
mereka masih berbagi 'I love you'. Sang kernet bus
segera melerai, "Aduh, aduh, Jakarta udah panas,
udah gerah, kalian kalau mau berantem jangan di
sini, yak?"

Mendengarnya gaduh, Regita ingin berbalik ke
sumber suara itu, tapi tangan besar Zean
menghalanginya. "Nggak usah di liat."

"Kenapa emangnya?"

"Lo masih di bawa umur," jawab Zean.

"Ih lo kan juga sama?"

"Makanya gue nggak liat," ucap Zean.

"Tapi gue penasaran," kata Regita.

"Jangan," tolak Zean.

"Kenapa?"

"Otak lebih cenderung menyimpan memori buruk
dibandingkan memori baik, jadi untuk
menghindarinya, lo nggak udah ngeliat
pertengkaran kayak gitu, nggak guna."

Bukannya fokus dengan yang dikatakan Zean,
Regita malah sibuk menghitung kata demi kata
yang keluar dari mulut laki-laki itu. "Wah, 21 kata."

Zean menaikkan alisnya.

"Gue pikir lo benar-benar sebuah es batu, yang
dingin, yang nggak bisa ngomong banyak, selain
oke, iya, nggak, hehe," Regita memamerkan
deretan giginya yang putih sembari memperagakan
gesture seorang cowok dingin yang ada di
benaknya.

DIA ZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang