8. PERAYAAN HARI LAHIR

362 56 2
                                    

Halooooo

Selamat membacaa, semoga suka, Aamiin.

8. PERAYAAN HARI LAHIR

Rayakan, entah cita maupun cinta. Semua punya nafas untuk ada.

**

Awan menggulung di langit biru. Lumayan terik,
dan menggugah selera untuk segera menyeduh minuman dingin.

Hari ini ada rekrutmen ekstrakulikuler basketball batch dua, di SMAPAN. Loket pengumpulan
formulir terlihat ramai karena hanya di buka satu jam saja di waktu istirahat pertama. Banyak perempuan yang memenuhi pendaftaran, alih-alih berharap masuk ekskul itu untuk lebih dekat
dengan Zean.

"Lo nggak daftar, Regita?" tanya Muthe. Mereka mengamati loket pendaftaran dari jauh.

Regita menggeleng.

Ayahnya melarangnya. Katanya, ia cukup fokus belajar saja. Meningkatkan akademik. Tanpa fokus pada hal-hal yang masa depannya masih abu-abu. Ayahnya menjelaskannya seperti itu kemarin.

"Dih, sayang banget, padahal banyak loh yang sukses bukan dari nilai rapor atau ijazah, tapi, karena dari hobby mereka, skill mereka," tambah Elo.

"Lagipula, main basket bisa lo jadiin alasan untuk kanur dari dunia yang menuntut untuk menjadi segalanya, Regita. Masa lo mau ada di hidup yang itu itu terus? maksudnya? ayolah, bergaul, berelasi," tambah Muthe. Mengeluarkan semua kalimat sakti miliknya.

Regita membuang napasnya kasar. Mau di apa? ia masih terlalu kerdil untuk menentukan arah hidupnya.

***

16 Maret, mulai hari ini, diperingati siswa-siswi SMAPAN sebagai hari makan gratis di kantin.

Pengumuman di speaker sekolah, membuat heboh semua warga sekolah dengan sorakan senangnya.
Di detik kedepan, siswa-siswi berlalu, dengan cepat
ke kantin, memburu semua makanan yang ada. Mereka-mereka yang biasanya tidak jajan, hari ini, bisa merasakan jajan puas di kantin. Sebuah
perayaan pertambahan umur dari Zean.

"Sultan, asli, yang ditraktir bukan cuma satu tongkrongan, tapi, satu sekolah," kata Ollan, menggeleng-geleng. Uang dari mana itu? banyak bener?!

"Hidup orang kaya," ucap Floran, membanggakan Zean.

Daniel merangkul Zean, "Selamat ulang tahun, bro, semoga jadi tua yang selalu tampan."

Asik.

Dari samping kiri, Baran baru saja datang, ia meninju pundak Zean keras, membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah. Baran tertawa ketika Zean menatapnya bingung akan serangan tiba-tiba itu, "Panjang umur, bangsat. Tua sama-sama, ya."

"Waduhh, sakit nggak, Ze?" tanya Ollan mengelus pundak Zean pelan. Tapi segera ditepis oleh tangan laki-laki itu.

"Supaya kebal dia," kata Baran.

"Tonjok lagi nggak, Ran? sampai babak belur?" canda Aldo.

"Anjing," umpat Zean, ia membuka mulutnya, tertawa kecil.

"Moga yang kaya makin kaya, ya, Ze?" doa Aldo. "Supaya nanti, kalau kita udah besar, udah butuh dan gila duit, lo bisa jadi lapak utang ARCHIGOS GANG."

DIA ZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang