7. CINTA BISA BESOK, BISA LUSA

366 63 0
                                    

Haloooo

Votee Dulu Dong

Selamat membaca, semoga suka, Aamiin.

7. CINTA BISA BESOk, BISA LUSA

Tidak ada yang penting untuk orang yang tidak penting. Kecuali kamu cinta.

**

Terjadi pertengkaran kecil antara Regita dan Ayahnya sendiri. Dan kesimpulan dari pertengkaran itu adalah, mulai hari itu dan banyak hari yang akan datang, mulai ada pengawasan yang lebih ketat untuk Regita. Setidaknya ini sebagai upaya sang Ayah, menghindari pergaulan bebas di usai putrinya itu.

"Ayah jangan terlalu keras dengan anak sendiri, Pak," tegur Ibu Regita. Di kamar yang luasnya tidak seberapa. Ibu Regita menegur sang suami. Bagaimanapun itu kan putrinya. Dan Regita belum tentu jadi seperti pikiran Ayahnya.

"Saya cuma mengambil sikap yang semestinya,"
balas Ayah Regita.

Sudah amat panas telinga Ayah Regita dengan berita-berita dan kabar yang diberikan oleh teman-temannya tentang kenakalan remaja saat ini. Lalu melihat putrinya pulang lambat dan tanpa izin seperti itu. Ia merasa sudah sepantasnya mulai mengambil tindakan. Kota Jakarta ini terlalu banyak, cerita kejahatan di usia anaknya itu.

"Boleh, Pak. Namun, jangan menyamakan era kita dulu dengan era, Regita," kata Ibu Regita. Menyampaikan. "Lagipula, ini kali pertamanya dia telat pulang begini kan, Pak?"

"Tapi, nanti jari kebiasaan, Bu," balas Ayah Regita. Ia memang amat tegas dengan putri-putrinya
meski terkenal sebagai pribadi penyayang. "Regita masih kelas sepuluh. Masih anak kemarin sore di sekolah. Nanti, bagaimana kalau dia di ajak-ajak ke hal yang nggak baik?"

"Di sekolah itu ada banyak orang dengan ribuan macam topengnya, di SMA Regita sekarang ada tiga ribu Murid keseluruhan," lanjut Ayah Regita. Ia berasumsi seperti itu. Karena adiknya, hampir jadi salah satu korban kejahatan saat SMA. Ayah
Regita amat trauma.

***

Besok di hari kamis, Ayah Regita sudah ada di Garasi rumah. Memanaskan mesin motornya, juga motor Regita. Mereka belum punya mobil. Maklumlah, budget itu, belum mencapai standar hidup mereka. Tapi sejauh ini, semua serba berkecukupan.

"Ayah ikut kamu dulu ke sekolah, lalu ke tempat kerja, ya," kata Ayah Regita pada putrinya yang sudah berdiri di sebelah motornya. Rapi dengan jaket warna hitam.

"Lah, bukannya jam segitu Ayah bisa telat?" tanya Regita.

"Ada toleransi lima belas menit," jawab Ayah Regita. Lalu naik ke motor honda win hasil modifnya. Sebulan yang lalu kredit motor itu, baru saja lunas.

"Untuk apa, Ayah?" tanya Regita, malas.

"Jangan membantah sama Ayah kamu, Nak. Ikut saja apa maunya," teriak Ibu Regita sari Teras. Wanita itu sedang merapikan rambut Gracie-adik Regita yang juga bersiap-siap ke sekolah.

Regita kemudian bergerak naik ke motornya malas-malasan. Kenapa Ayahnya harus ikut sih? Regita bisa menjaga diri, jika itu yang dia khawatirkan. Lagipula, kemarin ia hanya terlambat pulang. Tidak macem-macem. Berita yang bertebaran di luar
sana sungguh sudah menambah khawatir Ayahnya. Padahal Jakarta tidak sejahat itu, Jakarta, kota yang baik. Tergantung sudut pandang kita.

DIA ZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang