Bab 10 Kampung Kerajaan

7 4 0
                                    


Alex dan Cakra meninggalkan area air terjun yang beberapa jam terakhir menjadi tempat peristirahatan yang indah untuk mereka. Setelah merasa beristirihat dengan cukup, dua sahabat ini memutuskan untuk segera menjemput misi berikutnya.

"Kira-kira permainan apa lagi yang harus kita selesaikan ya, Lex. Apakah kita akan bertemu orang-orang seperti Apollo lagi?" tanya Cakra.

"Entahlah, aku juga tidak tau, Cak," jawab Alex.

"Baru saja kita santai setelah menghadapi Apollo dan teman-temannya, ini sudah harus main lagi. Apa tidak bisa menunggu sampai besok?" keluh Cakra.

"Lebih cepat lebih baik, Cak. Kalau kita bisa menyelesaikan misi ini dengan cepat, maka kita juga bisa segera kembali ke tempat asal kita," jawab Alex.

"Tapi, ngomong-ngomong aku lapar, Lex. Apa kamu tidak lapar?"

Betul juga. Alex dan Cakra belum makan sejak mereka berada dalam hutan ini. Perut Alex sebenarnya juga keroncongan sejak tadi. Tapi, bagaimana mereka akan mencari makan? Di hutan ini tidak ada sesuatu pun yang bisa dimakan. Sejak mereka berjalan menyusuri hutan, mereka tidak nampak ada pohon-pohon yang menghasilkan buah untuk dimakan.

"Aku juga lapar, Cak. Tapi, seperti yang kamu lihat, di hutan ini tidak ada makanan," kata Alex.

"Kita jalan saja terus, Lex. Siapa tau kita menemukan sesuatu yang bisa di makan, sambil mencari perkampungan yang di maksud kartu tadi," usul Cakra.

Alex mengangguk. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka. Seperti yang sudah-sudah, di sepanjang perjalanan mereka, hanya pohon-pohon besar, dan semak belukar yang mereka temui. Tapi kali ini mereka juga melihat hewan-hewan berkeliaran. Kadang mereka berhenti sejenak, bersembunyi di balik pohon ketika berpapasan dengan segerombolan kijang.

Kadang kijang, kadang kerbau hutan, kadang juga babi hutan. Hewan-hewan itu membuat Alex dan Cakra bergidik ngeri. Kalau saja segerombolan hewan-hewan itu menyadari keberadaan mereka, entah apa yang terjadi pada Alex dan Cakra. Ini baru hewan-hewan herbivora yang mereka temui, bagaimana jika mereka bertemu harimau, singa, atau serigala? Jangan dibayangkan, nanti benar-benar terjadi. Alex dan Cakra yang akan kerepotan, bukan kalian.

Alex dan Cakra sudah berjalan jauh dari air terjun tadi, namun mereka belum menemukan tanda-tanda adanya perkampungan. Lagi pula, sepertinya agak aneh jika ada sebuah kampung di dalam hutan lebat seperti ini. Bagaimana bisa penduduk kampung itu bertahan hidup bersanding dengan hewan-hewan buas di dalam hutan? Atau jangan-jangan penduduk kampung itu adalah meghanthropus atau pithecanthropus? Jangan – jangan dibayangkan lagi. Kalian tau kan siapa yang akan kerepotan?

Semakin ke tengah hutan, Alex dan Cakra semakin kesulitan menyibak semak-semak belukar karena begitu rapatnya. Pakaian mereka sudah sangat lusuh, telapak kaki mereka sudah penuh dengan luka akibat menginjak duri dan ranting. Tapi, mereka tetap berjalan tanpa henti, demi menyelesaikan misi. Bido juga setia menemani perjalanan mereka, kadang sesekali ia terbang, kemudian kembali lagi bertengger ke pundak Cakra.

Alex dan Cakra kembali menyibak semak, entah ini semak yang ke berapa kali. Tapi, kali ini pemandangan berbeda terlihat di balik semak. Alex dan Cakra tersenyum, akhirnya mereka mendapatkan clue dari perjalanan panjang yang sudah mereka lakukan.

Hamparan tanah luas membentang berada di balik semak yang Alex dan Cakra sibak tadi. Kondisinya sangat berbeda dengan hutan yang hanya dipenuhi pohon-pohon besar dan semak belukar. Di tanah ini justru tidak ada pohon besar sama sekali, semak-semak juga jarang.

"Tempat apa ini, Lex?"

"Sepertinya ini ladang, Cak. Lihat, di tanah yang luas itu, ditanami pohon yang jenisnya sama. Sepertinya itu pohon singkong yang belum lama ditanam."

Truly GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang