05

151 24 14
                                    

Semalam, Freya dan Lio pulang dari rumah Baim hingga larut malam. Terlalu bersenang-senang, Freya bahkan melupakan pesan Aster tentang tugas sekolahnya yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Setelah teringat, dia jadi kelimpungan sendiri menyelesaikan tugasnya hingga dini hari. Beruntung, Freya masih mendapat bantuan dari Aster. Temannya itu dengan berbaik hati sudah memberikannya sedikit contekan.

Wajah Freya semakin terlihat kusut. Dia memang tidak terbiasa begadang. Saat matanya sudah benar-benar tidak kuat menahan kantuk, ingatan akan kue lapis untuk Alkana membuatnya tersadar kembali. Buru-buru Freya pergi ke dapur untuk membuat kue. Setiap detik benar-benar terasa berat, matanya seolah dipenuhi pasir, ingin sekali terpejam. Dalam hitungan menit, Freya terlelap di meja dapur. Saat terbangun, aroma hangus langsung menusuk hidungnya bersamaan dengan suara kedua orang tuanya yang berteriak karena mengira telah terjadi kebakaran di rumah. Freya terlonjak dari kursi, matanya langsung tertuju pada kue lapis legitnya yang sudah gosong. Astaga! Rasanya Freya ingin menangis saja. Sekarang dia harus mengulang dari awal lagi. Tapi sebelum itu, Freya sadar harus meminta maaf terlebih dahulu karena sudah membuat heboh seisi rumah di pagi-pagi buta begini.

Freya berjalan gontai memasuki kelas XI-3 yang terlihat sudah ramai itu. Maklum saja sekarang sudah pukul tujuh lebih tiga puluh tujuh menit.

"Selamat pagi!" sapanya lemas. Freya dapat melihat beberapa teman sekelasnya menoleh ke arahnya dan balik menyapa.

"YA AMPUUUN! FREYA!! MATA LO KENAPAA??! SAMPE ITEM BEGITU??!"

Pekikan cempreng dari suara yang Freya kenali membuatnya refleks menutup telinga. Freya menatap malas Aster yang terlihat berjalan tergesa-gesa menuju ke arahnya.

"Eh buset, Frey! Mata lo item begitu kenapa? Abis ditonjok Lio apa?"

Aster mendekatkan wajah Freya tepat di depan mata cewek itu. Mengamati dengan posisi menekan pipi bulat Freya, sehingga menyebabkan bibir Freya mengerucut lucu. "Ckckck... ampe begini lho, Frey! Berantem gara-gara masalah apa lagi sama kembaran lo itu?"

"Ishh, ngga ada kok!" Freya memundurkan kepalanya dan menurunkan tangan Aster dari wajahnya.

"Heh! Lo ngga usah takut gitu. Bilang aja sama gue! Lo diapain sama dia? Nanti gue kasih pelajaran buat kembaran lo itu."

Aster ini sepertinya memang punya dendam tersendiri terhadap kembarannya. Karena waktu pertama kali Aster main ke rumah Freya, cewek dengan potongan rambut pendek itu datang di waktu yang tidak tepat. Saat itu Freya dan Lio sedang berebut satu buah es krim terakhir di kulkas. Awalnya Freya yang mendapatnya, tapi Lio yang tidak mau mengalah mengejarnya sampai ke ruang tamu. Tanpa diduga, tiba-tiba saja Lio malah menarik rambut Freya. Tidak kencang tapi Aster yang saat itu melihatnya menjadi salah paham. Ditambah lagi Freya yang menangis karena kalah dalam perebutan mendapatkan es krim yang sebenarnya ingin dia berikan untuk Aster. Melihat itu semua Aster berpikir Freya mendapat penganiayaan dari Lio. Sejak saat itu, Aster menjadi tidak begitu menyukai Lio. Keduanya tidak pernah terlihat akur setiap kali bertemu.

"Emang item banget ya?" tanyanya. Tadi saat mau berangkat, Freya tidak benar-benar memperhatikan dengan jelas keadan wajah dan matanya. Pasti ini semua gara-gara ia begadang. Dia bahkan belum sempat make up karena memang terburu-buru.

"Banget!! Lo yang biasannya keliatan fresh ceria gitu jadi aneh aja gue liatnya."

Freya mengangguk mengerti. Masalah mata biar nanti saja. Sekarang matanya sendiri sibuk menelisik ke seluruh isi kelas mencari keberadaan Baim.

"Baim mana ya, Ter?" tanya Freya mengalihkan topik.

"Yaelah, lo baru dateng udah nyariin Baim aja. Taruh dulu tas lo sana!"

Dream FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang