Aryani
PART 8
TIIITTT!!! TIIITTT!!! Suara dari alarm jam berhasil membangunkan Rama dari tidur yang cukup nyenyak. Walau masih sangat betah untuk berada di zona nyamannya, Rama uang memang mempunyai kewajiban sebagai pelajar pun mau tak mau harus beranjak dari tempat empuk nan hangatnya. Tanpa membuang waktu ia langsung mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sekaligus membuat dirinya merasa lebih semangat untuk menjalani harinya.
Di saat Rama tengah melakukan ritual paginya, terlihat mang Ojo yang sudah bangun dari tadi sedang berada di halaman depan sambil menyirami tanaman serta rumput di pagi hari. Ia melalukan pekerjaan paginya kali ini dengan raut wajah yang terlihat lebih semringah dari biasanya. Seperti orang yang menang sedang merasakan rasa senang atau bahagia, mang Ojo mengarahkan pancuran air selang sambil bersiul. Kesenangannya itu bukan terjadi tibatiba dan tanpa alasan, tepat setengah jam yang lalu mang Ojo mendapatkan pesan singkat dari Bu Nita.
Dari pesan yang ia terimalah yang membuat sosok Ojo terlihat seperti orang paling bahagia di pagi ini. Senyumnya sedari tadi tak bisa pudar dan pembawaannya selalu ingin menyengir. Dalam kepalanya sekarang yang terbayang hanya sosok majikannya yang semalam sudah berhasil ia nikmati tubuhnya serta terbayang tentang apa yang Bu Nita sampaikan tadi. Mang Ojo sudah ingin pergi menuju ke tempat Bu Nita, namun ia harus menahannya sampai anak dari majikannya itu berangkat ke sekolah terlebih dahulu.
Karena mungkin ibunya belum pulang, Rama yang sudah selesai mandi serta membenahi pakaian seragamnya pun langsung bersiap untuk berangkat tanpa sarapan pagi. Mau sarapan juga percuma, sarapan aja tak ada sama sekali. Bahkan saat Rama cek Hp nya hanya ada satu pesan yang berbunyi bahwa ia harus di antarkan oleh mang Ojo dan uang sauknya ada di mang Ojo. Hanya sebatas pesan singkat seperti itu saja dan pesan itu di kirimkan juga di jam yang membuat Rama heran karena pesan itu dikirimkan setengah jam setelah ia tertidur. Saat Rama membalasnya, Hp sang ibu malah tak aktif.
Pikirannya pun menebak-tebak apa yang sebenarnya terjadi, namun rasa penasarannya pun juga tak bisa ia luapkan karena ada sosok mang Ojo. Jika saja mang Ojo tak terlibat, mungkin saja Rama pagi ini langsung ke tempat Bu Nita. Dengan sepatu hitam yang sudah ia pakai juga, Rama berjalan keluar dari rumah menemui mang Ojo.
"Pagi, mang!", sapa Rama seperti biasanya. Mang Ojo yang tengah menyiram tanaman berhenti dari kegiatannya itu.
"eh den Rama. Pagi juga, den"
"den Ram sudah baca pesan dari Ukhti kalo pagi ini mamang yang akan antar den Rama ke sekolah?", sambungnya dan Rama menganggukkan kepalanya.
"ibu bantu apa di tempat Bu Nita ya mang, kok sampai menginap segala"
"Waduh kalo itu saya kurang tau juga den. Tapi kalo tebakan mamang si kayaknya ukhti Cuma bantu-bantu sedikit aja, tapi karena mungkin udah malam dan ga enak suruh mamang buat jemput makanya ukhti pilih buat menginap saja. Den Rama juga tau sendiri ukhti kaya apa baiknya"
"iya juga mang. Mungkin ibu ga enak kalo suruh mang Ojo malam-malam buat balik lagi"
"nah itu den, mungkin karena itu. Tapi habis anterin den Rama, saya juga ada niat langsung ke tempat Bu Nita kok"
"tolong ya mang"
"Siap den. Oh iya, mau berangkat sekarang?"
"Sekarang aja deh mang biar mang Ojo bisa langsung ke tempat Bu Nita buat jemput ibu", mang Ojo mengangguk dan mematikan aliran selang air nya.
Singkat cerita. Setelah memastikan bahwa Rama sudah benar-benar masuk ke sekolahannya, mang Ojo bergegas memutar mobil majikannya itu untuk mengarah ke tempat Bu Nita. Karena pagi hari membuat jalanan penuh dengan kendaraan dan membuat perjalanan mang Ojo sedikit memakan waktu. Setelah ia sampai di tempat tujuannya, bagian depan parikan sangat sepi dan beberapa tempat atau toko di dekatnya juga kebanyakan sudah tutup. Itu jelas karna sudah pagi. Bahkan tempat Bu Nita juga di depan pintu kacanya terdapat papan gantung bertuliskan "CLOSED".
