Bab 9

530 5 0
                                    


Aryani

PART 9

Udara di luar sudah terasa mulai panas dengan keringat yang keluar dan terasa mulai menganggukku. Aku kini sedang duduk di atas sepeda motor dan tengah di antarkan pulang oleh tukang ojek depan sekolahku setelah tadi aku berhasil membuat alasan ke pihak sekolah agar aku bisa pulang lebih awal dari murid yang lainnya. Setelah melewati jalanan kota yang panas akan uap dari jalan aspal, aku akhirnya sampai juga di depan rumah yang mana gerbang tinggi rumahku tertutup rapat dari dalam.

Dari lubang yang ada di gerbang, aku melihat bahwa mobil ibu berada di depan garasinya yang mana itu menandakan bahwa mang Ojo telah membawa ibuku pulang. Gerbang di kunci dan ini tak menjadi alasan aku curiga karena memang cukup sering gerbang akan di kunci dari dalam sebagai bentuk pengamanan dasarnya. Walau terkunci, aku yang menang penghuni rumah ini pun dengan mudah bisa membuka gemboknya karena aku juga selalu membawa kunci cadangannya.

Aku buka dengan cukup pelan karena niatku memang untuk menyelidiki. Setelahnya aku berjalan masuk dan bukan hanya gerbang, pintu utama pun di kunci dari dalam yang akhirnya membuatku memilih jalan samping rumah yang selalu terbuka setiap saat, kecuali malam. Setelah aku pastikan bahwa mang Ojo ada di tempatnya atau tidak, aku bergegas berjalan untuk masuk lewat pintu samping belakang. Entah kenapa, ruang belakang atau dapur ini yang biasanya berbau selayaknya dapur bercampur bau pengharum ruangan kini tercium aroma lain yang sepertinya tak asing lagi di hidungku.

Seperti kucing yang tengah mencarinya arah bau makannya, aku coba menjelaskan aroma yang aku tangkap ini. Saat aku sudah cukup yakin dengan apa yang aku cium ini, aku mengalihkan pandanganku ke arah dalam rumah sambil berpikir perbuatan apa yang mang Ojo lakukan pada ibuku selama aku sedang berada di sekolah. Aku sangat yakin bahwa aroma yang tersebar di dapur ini adalah campuran dari aroma keringat dan Peju. Saat aku mencoba melangkah lebih masuk ke dapur, aku juga merasakan menginjak sebuah cairan yang mana lagi-lagi itu adalah bentuk dari apa yang aku cium. Aku menginjak sebuah ceceran Peju.

Oh iya, dapur rumahku ini memiliki dua bagian yang terpisah dan di batasi konsumsi oleh sebuah pintu. Dapur yang aku masuki ini bisa dibilang dapur paling luar yang menjadi dapur utamanya , sementara dapur bagian lainnya yang terdapat di balik pintu adalah sejenis semi dapur yang tergabung langsung dengan ruang makan dan di dapur itulah biasanya ibu, aku gunakan untuk membuat minuman untuk sendiri maupun tamu yang datang.

KLEK!!! Pintu penghubung aku buka dengan gerakan pelan dan, WUSH!!! Aroma yang sama tercium kembali tetapi dengan skala yang lebih lemah dari bau di dapur sebelumnya. Walau begitu, saat pintu aku buka, aku bisa langsung mendengar dengan samar subuh suara yang berasalah dari lantai dua. Itu bukan suara ibu, hanya suara mang Ojo yang sedang tertawa. "apa ibu benar-benar bersama ibu? Tumben sekali mereka bercanda sampai mang Ojo tertawa seperti itu". Aku menang merasa curiga, namun aku juga merasa tak terlalu yakin juga dengan apa yang aku pikirkan ini.

Sudah hampir satu menit aku terdiam diposisi ini sambil mencoba mendengarkan suara yang samar ini sampai aku dibuat tak sadar bahwa meja makan terlihat lumayan berantakan dengan adanya bekas makanan yang tak habis di piringnya. Saat aku bekalan lebih dekat, aku dibuat kaget saat melihat bahwa di balik meja yang tak aku lihat terdapat celana mang Ojo dan tak jauh juga terdapat celana dalamnya. Letak dua benda itu berjauhan sepeti tertinggal di bekas langkah pemiliknya.

Saat aku makin mencoba masuk, aku kembali melihat lagi ada baju milik mang Ojo yang tergelatak beberapa meter dari posisi tangga. Disini aku makin yakin bahwa apa yang aku pikirkan sejak di sekolah memang sedang terjadi sekarang ini. Aku belum melihatnya, tapi dengan apa yang aku temukan ini aku yakin bahwa mang Ojo di lantai dua bersama ibu dengan dirinya kini sedang bertelanjang bulat dan tengah melakukan sesuatu pada ibu. Lihat saja apa yang aku injak tadi. Peju.

Perubahan IbukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang