Persahabatan

55 10 0
                                    

Lima tahun yang lalu, Mingyu seorang yang tak asing lagi dengan dunia hiburan. Selama hampir empat tahun ia menjalani kehidupan sebagai idol, model, aktor meski kebanyakan dari peran kecil yang ia lakoni di web drama. Dia sudah terbiasa dengan set sederhana , kru yang terbatas, dan jadwal akting yang tak terlalu padat. Mengingat sebagai idol dan aktor, dia harus bisa membagi waktu untuk latihan dan juga syuting. Tapi kini, di proyek film besar ini, segalanya terasa berbeda. Skala produksi, intensitas pekerjaan, dan terutama rekan-rekannya. Salah satu dari rekan itu adalah Jeon Wonwoo.

Film ini menjadi salah satu proyek film paling dinantikan tahun itu. Sutradara terkenal, anggaran besar, dan pemeran utama yang sudah menjadi bintang besar. Mingyu mendapatkan kesempatan emas ini bukan tanpa alasan -kinerjanya di web drama sebelumnya mendapat perhatian, dan ini membuatnya dipilih untuk memainkan peran utama bersama Jeon Wonwoo, aktor senior yang reputasinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Meski Wonwwo hanya enam tahun lebih tua dari Mingyu, dalam dunia perfilman, pengalamnya jauh lebih banyak. Mengingat Wonwoo telah menekuni dunia perfilman dari sejak ia menjadi aktor cilik.

Hari pertama syuting terasa mencekam bagi Mingyu. Lokasi syuting yang dipenuhi kru yang sibuk, alat-alat canggih, dan tim produksi yang profesional. Ia merasa seperti ikan kecil yang berenang di samudra luas. Meski tak bisa lagi disebut sebagai aktor baru ini adalah pertama kalinya ia berada di bawah sorotan besar, dan ia tahu semua mata tertuju padanya-menunggu untuk melihat apakah ia mampu mengimbangi Wonwoo.

Wonwoo, di sisi lain, tampak begitu santai. Dia bergerak dengan percaya diri di sekitar set, berbicara dengan kru, dan tersenyum pada siapa saja yang dia temui. Ada aura bintang yang tak bisa diabaikan. Saat kamera mulai merekan, Wonwoo berubah total. Dia bukan lagi Wonwoo, aktor senor; dia sepenuhnya menjadi karakter yang diperankannya, memancarkan intensitas emosi yang mendalam.

Syuting hari pertama dimulai dengan adegan perkenalan antara karakter Mingyu dan karakter Wonwoo. Meski adegan itu tampak sederhana di naskah, Mingyu tahu betapa pentingnya adegan ini untuk membangun fondasi hubungan di antara karakter mereka. Saat kamera mulai merekam, ia mencoba mengingat semua yang sudah ia pelajari, memfokuskan diri untuk tidak terlihat canggung di depan Wonwoo.

Namun, setelah beberapa kali pengambilan, ia masih merasa belum memberikan performa terbaik. Adegannya masih dirasa kaku, dan Mingyu tidak bisa menyingkirkan rasa gugup setiap kali harus berhadapan langsung dengan Wonwoo. Meskipun Wonwoo tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu, Mingyu bisa merasakan betapa jauh jarak di antara mereka, tidak hanya dalam pengalaman tetapi juga dalam hal percaya diri.

Saat sutradara memanggil untuk istirahat, Mingyu mengambil napas dalam dan melangkah keluar dari set. Ia menuju ke sebuah suduh di belakang panggung, mencoba untuk menenangkan pikirannya.

"Berat,ya?" Suara itu datang dari belakangnya. Mingyu berbalik dan melihat Wonwoo berjalan kearahnya. Wajah Wonwoo masih tenag, meski mereka baru saja selesai melakukan adegan yang cukup melelahkan secara emosional.

"Sedikit." Jawab Mingyu, mencoba tersenyum meskipun dadanya masih terasa sesak. "Aku masih berusaha menyesuaikan diri."

Wonwoo tersenyum tipis, lalu berdiri di samping Mingyu. "Aku tahu rasanya. Aku juga pernah di posisimu dulu. Film besar pertama selalu membawa tekanan yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tapi jangan terlalu keras pada diri sendiri."

Mingyu mengangguk pelan, meskipun begitu dalam hatinya, rasa canggung itu masih ada. Dia tak ingin terlihat lemah di depan Wonwoo, pria yang selama ini ia kagumi. "Aku nggak ingin mengecewakan tim... atau dirimu."

Wonwoo menatap dengan lebih serius. "Kamu nggak akan mengecewakan siapa pun. Kamu ada disini karena kamu punya sesuatu yang spesial. Aku sudah lihat dari hari pertama kita latihan baca naskah."

Mingyu tertegun mendengar kata-kata itu. Ia tidak menyangka Wonwoo memperhatikannya dengan cara seperti itu. "Benarkah?" tanyanya, ragu.

Wonwoo mengangguk. "Iya. Kamu ada bakal yang alami. Itu bukan sesuatu yang bisa di pelajari. Banyak aktor yang butuh bertahun-tahun buat menemukan itu, tapi kamu sudah punya itu dari awal."

Kata-kata Wonwoo memberikan sedikit kelegaan bagi Mingyu. Mesku pujian itu tidak menghilangkan perasaan gugupnya sepenuhnya, setidaknya ia merasa sedikit lebih dihargai, sedikit lebih percaya diri. Ada sesuatu dalam cara Wonwoo berbicara yang membuatnya merasa bahwa ia tidak sedang dihakimi, melainkan di dukung.

Malam itu, setelah syuting setelah selesai, Mingyu dan Wonwoo bertemu lagi di kantin set. Wonwoo duduk sendiri di meja, menikmati makan malamnya. Mingyu, yang awalnya ragu-ragu untuk mendekat, akhirnya memutuskan untuk bergabung.

"Boleh duduk di sini?" tanyanya, sedikit canggung.

Wonwoo tersenyum lebar. "Tentu saja."

Mereka mulai berbincang ringan, awalnya tentang pekerjaan, tapi perlahan-lahan pembicaraan itu berubah menjadi santai. Wonwoo mulai bercerita tentang pengalamannya di film-film sebelumnya, tentang tantangan yang ia hadapi sebagai aktor muda di industri yang keras ini. Ia tidak berusaha mengesankan Mingyu dengan prestasinya, melainkan berbagi pelajaran yang ia dapatkan di sepanjang kariernya.

"Aku juga dulu sering gugup," kata Wonwoo, mengaduk kopi di cangkirnya. "Bahkan setelah beberapa film besar, rasa gugup itu ga pernah benar-benar hilang. Tapi satu hal yang kupelajari, kita nggak perlu ngelawan rasa gugup. Kita cukup menerimanya, jadikan itu bagian dari energi yang kita bawa ke dalam karakter kita."

Mingyu mendengarkan dengan penuh perhatian. Wonwoo bukan hanya seorang aktro hebat di mata Mingyu, tapi juga seseotang yang penuh kebijaksanaan. "Aku kadang takut kalau rasa gugup itu malah bikin aku kelihatan nggak siap," kata Mingyu dengan jujur.

Wonwoo menggelengkan kepala. "Rasa takut itu wajar. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kamu ngehadapinnya. Kamu harus percara sama kamu sendiri. Percaya kalau kamu punya semua yang kamu butuh buat bikin karakter ini hidup. Dan kalau kamu nggak yakin, aku di sini buat bantu."

Kata-kata itu menghangatkan hati Mingyu. Perlahan-lahan, rasa segan an canggung yang ia rasakan terhadap Wonwoo mulai mencari. Malam itu, mereka tidak hanya berbicara sebagai dua aktor yang bekerja di film yang sama, tapi sebagai dua manusia yang saling berbagi rasa.

Hari-hari berikutnya, hubungan mereka semakin berkembang. Wonwoo sering kali memberi tips kepada Mingyu tentang cara-cara mengatasi adegan-adegan sulit, bagaimana memanfaatkan rasa takut dan keraguan menjadi sesuatu yang positif di layar. Mingyu, di sisi lain, merasa bahwa setiap kali ia berada di dekat Wonwoo, ia tumbuh menjadi aktor yang baik,

Namun, di luar dari hal-hal teknis, ada sesuatu yang lebih besar yang mulai tumbuh di antara mereka, Hubungan profesional yang pada awalnya diisi dengan percakapan tentang pekerjaan berubah menjadi persahabatan yang tulus. Mereka mulai saling memahami lebih dalam, berbagi cerita-cerita pribadi di sela-sela istirahat syuting. Tertawa bersama dua ruang make-up, berdiskusi panjang setelah makan malam di hotel.

Mingyu merasa nyaman di sekitar wonwoo, lebih dari yang ia duga. Ada kehangatan ynag selalu ia rasakan setiap kali mereka berbicara, seolah-olah Wonwoo bukan hanya mentor, tapi juga teman sejadi yang selalu ada untuk mendukungnya. Dan tanpa ia sadari, perasaan itu perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih kompleks.

Namun, Mingyu belum siap untuk mengakuinya-baik padanya sendiri maupun pada Wonwoo. Baginya, apa yang mereka miliki hanyalah persahabatan yang erat. Tetapi, semakin hari, semakin sulit baginya untuk mengabaikan getaran aneh yang ia rasakan setiap kali Wonwoo mendekat, setiap kali tatapan mereka bertemu sedikti lebih lama dari seharusnya.

Dan dibalik senyuman Wonwoo, di balik setiap kata dukungan yang diucapkannya, Mingyu bisa merasakan bahwa mungkin, Wonwoo juga merasakan hal yang sama.

Tetapi, mereka berdua tetap bungkam -karena belum saatnya untuk menghadapi kenyataan itu. Bagi mereka , persahabatan ini sudah cukup... untuk saat ini.

Beyond Time | Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang