Lampu sorot menyoroti wajah Mingyu yang berdiri di atas panggung megah. Di tangannya, piala penghargaan berkilauan dalam genggaman - piala aktor terbaik, sebuah pencapaian yang telah lama ia impikan. Riuh tepuk tangan bergema di aula besar itu. Terpampang di layar lebar di belakang panggung, wajahnya dengan senyum yang lebar di hadapan ribuan orang.
"Ini bukan hanya tentang film, ini tentang semua orang yang telah membantu saya sampai ke titik ini," ucap Mingyu dengan suara sedikit bergetar. "Saya berterima kasih kepada tim, keluarga dan tentunya penggemar. Tanpa kalian, ini tak mungkin terjadi."
Dia menutup pidatonya dengan anggukan singkat dan senyuman lebar yang menyembunyikan semua kelelahan dan kekosongan yang ada di dalam dirinya. Setelah pidato selesai, Mingyu melangkah menuruni panggung, berusaha melewati kilatan kamera dan kerumunan wartawan yang mulai bergerak ke arahnya, memanggil-manggil namanya. Ia menolak permintaan wawancara dengan halus dan terus berjalan menuju belakang panggung. Di sana, suasananya jauh berbeda: sunyi, tanpa kilatan kamera, hanya orang-orang yang sibuk bekerja tanpa banyak bicara.
Namun, suasana itu tak berlangsung lama.
Di sudut yang lebih gelap dari arah belakang panggung, di antara peralatan pencahayaan dan kabel-kabel yang berserakan, berdiri seseorang yang tak pernah ia sangka akan bertemu malam itu-Jeon Wonwoo. Dia tidak terlihat seperti sosok glamor yang biasanya Mingyu lihat di layar. Ia terlihat tampak lebih tenang, lebih sederhana, namun dengan tatapan mata yang penuh makna. Tatapan yang sama yang pernah membuat Mingyu merasa lebih dari sekadar aktor baru.
Wonwoo tersenyum tipis, langkahnya santai saat dia mendekat. "Selamat ya buat penghargaannya, Mingyu," ucapnya. Suara itu masih sama - berat, tenang dan familier. Meski sudah bertahun-tahun tidak mendengarnya, Mingyu bisa merasakannya menggema di dalam hatinya.
Seketika, semua perasaan yang coba ia tekan selama bertahun-tahun mulai muncul kembali. Lima tahun sudah sejak terakhir mereka bertemu. Lima tahun tanpa kontak, tanpa penjelasan, tanpa apa pun. Dan sekarang, di sini, di malam di mana ia seharusnya merayakan puncak kariernya, Wonwoo muncul kembali, mengguncang semuanya.
"Terima kasih," jawab Mingyu, suaranya sedikit bergetar. Mencoba menahan rasa gelisah yang tiba-tiba muncul. Ia bingung, tak tahu harus bersikap apa menghadapi pria yang dulu begitu dekat dengannya, begitu besar pengaruhnya dalam hidupnya, namun menghilang tiba-tiba begitu saja dengan tanpa meninggalkan jejak apa pun.
Keduanya berdiri si sana dalam keheningan yang tegang, seolah-olah waktu membeku di sekitar mereka. Mata Mingyu tidak bisa lepas dari Wonwoo, yang kini tampak sedikit lebih dewasa, wajahnya menunjukkan garis-garis kelelahan, tapi tetap ada karisma yang tak bisa disangkal. Mingyu tahu dia harus mengatakan sesuatu - mungkin pertanyaan yang sudah lama mengendap di hatinya. Namun, kata-kata seolah terjebak di tenggorokannya.
Wonwoo menatapnya, seolah bisa membaca semua keraguan yang berkecamuk di benar Mingyu. " Sudah lama, ya?"
"Iya.. sangat kama," balas Mingyu pelan, mencoba menenangkan dirinya. Pertemuan ini terlalu mendadak, terlalu emosional, dan terlalu banyak kenangan yang berputar dalam pikirannya. Ada banyak yang ingin ia katakan-pertanyaan yang belum pernah ia lontarkan, perasaan yang belum sempat ia ungkapkan-tapi ia ragu dan tak tahu mulai dari mana.
Suara keramaian dari aula besar di luar semakin jauh, dan dunia terasa lebih kecil, terbatas hanya pada dua orang yang berdiri dua sudut ruangan ini. Mereka berdiri, saling menatap, terjebak dalam perasaan-perasaan lama yang tak pernah selesai. Mingyu tahu pertemuan ini pastilah bukan kebetulan. Ada sesuatu yang belum terselesaikan di antara mereka, sesuatu yang tertunda selama lima tahun lamanya.
Tatapan Wonwoo perlahan melembut. " Aku lihat penampilanmu tadi. Kamu luar biasa, Mingyu. Aku tahu kamu akan sampai di sini suatu hari."
Ucapan itu seharusnya membuat Mingyu bahagia- pembuktian bahwa ia telah mencapai sesuatu yang besar bahkan di mata seseorang yang begitu ia kagumi. Namun, d balik pujian itu, ada rasa pahit yang tak bisa diabaikan. Pujian itu seolah datang terlambat. Selama lima tahun terakhir dia telah berjuang sendiri, tanpa dukungan, tanpa kehadiran Wonwoo yang dulu selalu ada di sisinya.
"Thanks, Hyung," jawabnya, mencoba tersenyum. Tapi ada banyak emosi yang terpendam di balik senyum itu, sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan hanya dengan kata-kata sederhana.
"Maaf, aku.. aku menghilang begitu saja," ucap Wonwoo tiba-toba, memecah keheningan. "Banyak hal yang terjadi saat itu, dan aku tidak tahu bagaimana menghadapinya."
Mingyu terdiam, tidak tahu harus merespons apa. Ini adalah permintaan maaf yang sudah lama ia tunggu, tapi kini, saat akhirnya mendengarnya, perasaan itu tidak memberikan kelegaan. Malah, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Mengapa Wonwoo pergi tanpa kabar? Mengapa sekarang, di saat yang paling penting dalam karier Mingyu, dia kembali?
Wonwoo melangkah lebih dekat, wajahnya terlihat lebih serius. "Aku pikir, kalau aku mundur, itu akan lebih baik untukmu. Aku tidak ingin membebanimu, terutama di saat kariermu mulai berkembang. Tapi aku salah. Dan aku menyesal."
Mingyu merasa dadanya sesak. Selama bertahun-tahun, dia berusaha mengabaikan rasa sakit yang datang setelah Wonwoo pergi. Dia berusaha fokus pada karier, dan mimpinya, tapi di balik kesuksesannya, ada ruang kosong yang selalu menghantui.
"Aku.. aku nggak tahu apa yang harus aku katakan sekarang, hyung," akhirnya Mingyu berujar dengan suara pelan. "Lima tahun itu lama, Dan aku.. aku berjuang keras untuk sampai titik ini. Tanpa kamu."
Mata Wonwoo menatapnya, dalam penuh penyesalan. "Aku tahu. Dan aku bangga padamu."
Mingyu ingin menanyakan lebih banyak - mengapa Wonwoo pergi begitu saja, mengapa mereka harus berpisah tanpa kejelasan, dan mengapa dia kembali sekarang, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tapi saat ini, di sudut panggung penghargaan ini, kata-kata itu terasa terlalu berat untuk diucapkan.
Wonwoo menghela napas, seolah tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. "Aku hanya ingin kau tahu. Aku selalu percaya padamu. Dan aku senang melihatmu sampai di titik ini, Mingyu."
Ucapan itu meninggalkan kesan ambigu di hati Mingyu. Pertemuan mereka terasa seperti awal dari sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang membutuhkan lebih dari sekadar percakapan singkat di belakang panggung. Ada begitu banyak yang belum terungkap, terlalu banyak luka yang belum sembuh.
Saat Wonwoo berbalik untuk pergi, Mingyu tetap berdiri di tempatnya, menatap punggung pria itu dengan perasaan campur aduk yang tak bisa dijelaskan. Wonwoo telah menghilang dari hidupnya sekali, dan sekarang setelah pertemuan ini, Mingyu tidak yakin apakah dia siap untuk membiarkan Wonwoo pergi lagi.
Namun, satu hal yang ia sadari dengan pasti: perasan yang ia coba kubur selama lima tahun terakhir muncul kembali, lebih kuat dari sebelumnya.
Dan itu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Time | Minwon AU
Fiksi PenggemarKim Mingyu adalah seorang aktor muda yang telah lama berjuang di dunia hiburan, tetapi baru saja mendapatkan peran utama dalam film besar yang akan mengubah kariernya. Di set, ia dipertemukan dengan Jeon Wonwoo, aktor senior yang karismatik dan suda...