You are my Home

31 7 0
                                    

Di tengah malam yang sunyi, sebuah kafe kecil di pinggir kota menjadi sakti pertemuan yang telah lama ditunggu, Mingyu dan Wonwoo duduk saling berharapan di meja dekat jendela, yang hanya terpisah oleh secangkir kopi yang sudah lama mendingin. Keduanya sama, menggantung suara dalam diam, tenggelam dalam pikiran yang penuh sesak, terlalu takut memecah keheningan yang ada.

Mingyu menunduk menatap cangkir kopi di depannya, tangannya gemetar, jemarinya melingkari bagian luar cangkir seolah mencari kehangatan yang telah lama hilang. Matanya tertuju pada meja, tetapi pikirannya melayang ke saat-saat yang mereka lalui bersama di lokasi syuting, kenangan yang menyakitkan sekaligus manis, yang terus menghantuinya, hari-hari yang kini terasa begitu jauh.

"Hyung...." bisiknya pelan. Suaranya penuh emosi yang sulit dikendalikan. Matanya masih terpaku pada cangkir, tidak berani mengangkat pandangannya. "Aku sudah berusaha untuk melupakan, untuk berdamai... mencoba meyakinkan diriku bahwa yang kita rasakan malam itu cuma kebingungan. Tapi semakin aku berusaha melupakan, aku semakin sadar... bahwa rasa yang dulu bahkan sampai saat ini adalah cinta. Aku masih mencintaimu."

Sebuah tarikan napas terdengar dari hadapannya, napas yang berat, penuh dengan perasaan yang tidak terucap. Wonwoo akhirnya membuka mulut, suaranya pelan tapi penuh dengan kejujuran yang menyakitkan. "Mingyu-ya, aku tahu," katanya, menatap Mingyu dengan tatapan lembut.

"Jujur saja, aku juga mencoba hal yang sama. Maafkan aku pergi begitu saja. Aku kira dengan meninggalkan semuanya di sini bisa membantu melupakanmu, tapi aku salah. Semakin jauh aku pergi, semakin besar rasa rinduku padamu. Semuanya dengan tanpa sadar, aku hanya melihatmu."

Suasana menjadi semakin tegang, dipenuhi perasaan yang menyesakkan dada. Mingyu kembali menatap Wonwoo, matanya berkaca-kaca. Semua keraguan yang selama ini menghantuinya seakan hilang begitu saja. Tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi, tidak ada lagi alasan untuk menyangkal.

"Mungkin kita... mungkin kita hanya terlalu takut," gumam Mingyu, suaranya nyaris tidak terdengar. "Aku takut, Hyung. Aku takut dengan apa yang mungkin orang lain pikirkan, aku takut pada apa yang akan terjadi jika benar-benar jujur.. tentang ini."

Wonwoo menatapnya dalam, lalu meraih tangan Mingyu yang gemetar di atas meja. Sentuhan Wonwoo lembut namun kuat, seolah memberi Mingyu kekuatan yang dia butuhkan selama ini. "Mingyu-ya," kata Wonwoo, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Aku lelah bersembunyi. Apa gunanya semua ini jika aku harus terus hidup dalam kepalsuan? Aku ingin hidup... aku ingin jujur, terutama padamu."

Sentuhan tangan Wonwoo menghangatkan jari-jarinya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Hati Mingyu bergemuruh, memompa rasa rindu dan cinta yang selama ini ia pendam. Tanpa bisa lagi menahan diri, dia mencondongkan tubuhnya ke depan mendekati Wonwoo. Dalam sekejap, jarak di antara mereka ter hapuskan, dan bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang hangat, lembut, dan penuh dengan semua perasaan yang selama ini mereka sembunyikan.

Ciuman itu begitu dalam, begitu tulus, dan begitu nyata. Setiap inci dari bibir mereka berbicara tentang cinta yang selama ini tertahan, tentang perasaan yang terus menunggu waktu untuk akhirnya terungkap. Sentuhan Wonwoo di pipi Mingyu terasa seperti mimpi yang akhirnya menjadi nyata, dan Mingyu tidak ingin melepaskan momen itu. Dia ingin merasakan Wonwoo lebih dalam, ingin merasakan cinta yang selama ini hanya berani ia pikirkan di dalam mimpi-mimpi panjangnya.

Ketika akhirnya mereka melepaskan ciuman itu, mata mereka bertemu lagi, dan tidak ada yang perlu diucapkan. Wonwoo tersenyum lembut, sebuah senyum penuh ketenangan dan keyakinan. "Aku tidak ingin hidup dalam bayang-bayang lagi, Mingyu-ya," bisiknya. "Aku ingin, kita keluar dari ketakutan ini."

------

Beberapa hari setelah keputusan besar itu, Mingyu dan Wonwoo duduk bersama di ruang tamu apartemen Wonwoo yang sederhana namun hangat. Mereka baru saja memberi tahu agensi bahwa Mingyu akan keluar untuk mendirikan perusahaan produksi independen bersama. Meski tidak mudah, mereka tahu ini adalah satu-satunya cara agar mereka bisa mandiri, menciptakan sesuatu yang benar-benar tulus, tanpa ada tekanan untuk mengikuti aturan yang tidak mereka setujui.

Beyond Time | Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang