Pagi itu, seperti hari-hari sebelumnya, Xyon duduk di tepi ranjang Xienna. Di tangannya tergenggam sisir perak berukir indah yang selalu dia gunakan untuk merapikan rambut kekasihnya.
"Selamat pagi, sayangku," bisiknya lembut sambil membelai pipi pucat Xienna. "Hari ini aku akan membuatmu tampak cantik seperti biasa."
Dengan gerakan perlahan dan penuh kasih sayang, Xyon mulai menyisiri rambut keemasan panjang Xienna. Setiap helainya dia perlakukan bagai benang sutra yang paling berharga, memastikan tak ada simpul yang tersisa.
"Kau tahu?" ujarnya sambil terus menyisir, "Dulu kau selalu protes saat aku mencoba mendandanimu. Katamu kau bisa melakukannya sendiri." Seulas senyum sedih terukir di bibirnya. "Tapi sekarang... sekarang aku bahkan rela menghabiskan selamanya hanya untuk merawatmu seperti ini."
Setelah rambut Xienna tersisir rapi, Xyon mengambil gaun tidur bersih dari lemari. Dengan hati-hati, seolah menangani porselen yang sangat rapuh, dia mengganti pakaian Xienna.
"Kau masih secantik dulu," gumamnya sambil mengancingkan gaun. "Bahkan dalam tidurmu, kau tetap mempesona."
Ketukan di pintu menginterupsi kegiatannya. "Masuk," ujar Xyon tanpa mengalihkan pandangan dari Xienna.
Callum melangkah masuk dengan wajah penuh kekhawatiran. "Yang Mulia," dia membungkuk hormat. "Maafkan kelancangan saya..."
"Ada apa, Callum?" tanya Xyon sambil membenahi selimut Xienna.
"Yang Mulia... Anda perlu beristirahat," ujar Callum hati-hati. "Sudah berhari-hari Anda tidak meninggalkan kamar ini. Bahkan untuk vampir sekuat Anda, ini tidak baik."
"Aku baik-baik saja," jawab Xyon datar.
"Tapi Yang Mulia," Callum memberanikan diri melanjutkan, "saya bisa melihat wajah Anda semakin pucat. Anda butuh berburu, butuh darah segar untuk memulihkan kekuatan."
Xyon terdiam sejenak, tangannya masih membelai rambut Xienna. "Bagaimana aku bisa meninggalkannya, Callum? Bagaimana jika sesuatu terjadi saat aku pergi?"
"Saya akan menjaga Nona Xienna dengan nyawa saya," Callum berlutut di samping tuannya. "Dan saya sudah menempatkan pengawal terbaik di sekitar kamar ini. Tidak akan ada yang berani mendekatinya."
"Tapi..."
"Yang Mulia," Callum menatap tuannya dengan sungguh-sungguh, "Nona Xienna tidak akan senang melihat Anda seperti ini. Dia selalu mengutamakan kesehatan Anda di atas segalanya."
Kata-kata itu menohok hati Xyon. Benar, Xienna selalu marah jika dia mengabaikan kesehatannya sendiri. Dia bisa membayangkan omelan kekasihnya itu jika melihat kondisinya sekarang.
"Baiklah," Xyon akhirnya menyerah. "Tapi hanya sebentar. Dan kau harus berjanji akan langsung memanggilku jika ada perubahan sekecil apapun."
"Saya berjanji, Yang Mulia."
Xyon bangkit perlahan, mencium kening Xienna dengan lembut. "Aku akan segera kembali, cintaku," bisiknya. "Tunggu aku."
Ruby di leher Xienna berkilau redup, seolah merespon kata-katanya. Xyon tersenyum sedih sebelum melangkah keluar, meninggalkan separuh jiwanya dalam pengawasan Callum yang setia.
Di luar, salju masih turun perlahan, menutupi istana dengan selimut putih yang dingin. Namun tak sedingin hati Xyon yang harus berpisah - meski hanya sebentar - dari satu-satunya alasan dia masih bertahan hingga saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/379495725-288-k241637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
Storie d'amorePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...