Bab 1 ~ Awal Yang Buruk

87 11 0
                                    

Bab 1 ~ Awal Yang Buruk

👑👑👑

VOTE sebelum baca!

Tes!

Tes!

Tes!

Kelopak mata seorang anak lelaki berusia 6 tahun terbuka saat merasakan percikan air di wajahnya.

Dalam cahaya yang temaram, samar-samar ia melihat dua pasang kaki berlemak di hadapan nya yang sedang tidur miring.

“Woy, bangun!” tegasnya. Tidak merasakan pergerakan dari anak tersebut, lelaki gempal menyiram air dalam ember ke kepala sang anak.

Byur!

Anak lelaki itu langsung terduduk sambil meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Air yang disiramkan kepadanya sangat lah dingin. Terlebih ia merasakan sakit di sekujur tubuh saat air tersebut menyentuh kulit nya.

Anak lelaki itu mendongak dan kedua netra merahnya menatap tajam lelaki penuh lemak seperti b-bi yang berdiri menjulang tinggi di hadapan nya.

Ia berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki gempal tersebut. “Apa-apaan kau, B-bi!” hardiknya berani.

Wajah lelaki gempal itu berubah marah mendengar ucapan berani dari anak lelaki yang tingginya hanya sebatas lututnya.

“Sudah berani kau ya!” teriaknya sambil menendang keras anak lelaki hingga tubuhnya terbentur kurungan kayu.

Brug!

“Ugh!” anak lelaki itu merintih kesakitan akibat benturan yang sangat kencang. Tubuhnya yang lemah langsung terbaring lemas di atas lantai berbatu.

“Dasar anak tidak berguna. Bisanya cuma menyusahkan orang saja!” lelaki gempal itu memukuli anak lelaki yang sama sekali tidak bisa melawan sedikitpun. Tubuhnya yang kurus kering benar-benar jadi samsak tinju.

Puas memukuli anak lelaki hingga merah dan biru, lelaki gempal itu keluar dari kurungan kayu dan menguncinya dari luar.

Naufal Pratama menatap kosong pada pantulan dirinya di genangan air. Pada pantulan tersebut samar-samar ia melihat seorang anak lelaki berusia 6 tahun.

Wajahnya tampak lusuh dan di penuhi bentol-bentol berwarna merah. Tidak percaya apa yang ia lihat, Naufal mengangkat tangan ke udara dan sebuah tangan kurus kering seperti ranting masuk ke dalam pandangan nya. Tak hanya itu, tangan kurus kering itu juga dipenuhi bentol-bentol merah seperti yang ada pada wajahnya.

Ia menggerakkan tangan tersebut dan terkejut bukan main.

“Siapa aku? Dimana aku?” lirihnya tidak percaya. “Apa aku bertransmigrasi seperti cerita-cerita dalam novel? Omong kosong macam apa ini?!” gerutunya.

Naufal Pratama yang selalu berpikir logis tidak bisa tidak percaya pada apa yang ia alami saat ini. Menurutnya hal semacam transmigrasi hanyalah omong kosong dari orang-orang gila fantasi.

Mengabaikan semua rasa sakit di sekujur tubuh, Naufal mencoba bangkit dan mendekati tiang kayu.

Naufal berdiri memegang dua tiang kayu sambil melihat kurungan kayu lainnya disekitarnya.

Setiap kurungan kayu berisi satu anak seusianya. Naufal melihat sekitar sepuluh kurungan kayu dalam ruangan pengap ini.

Anak di dalam kurungan kayu ada yang menangis, ada yang bersikap tenang, dan ada yang sudah pasrah akan kehidupan.

“Hei, hei!” panggil Naufal pada anak perempuan dalam kurungan kayu di seberangnya. Ia memakai gaun mewah yang sudah kotor. Seperti nya anak perempuan tersebut anak bangsawan.

“Apa?” jawab anak perempuan tersebut sedikit ketus.

“Kurungan apa ini? Dan lagi, kenapa kita semua di kurung?” tanya Naufal. Meskipun ia sudah memiliki jawaban, tapi ia ingin memastikannya.

“Kau tidak tahu? Kurungan ini kurungan budak. Dan kenapa kita semua dikurung? Tentu saja karena kita semua budak!” jawab anak perempuan tersebut tampak santai.

“A-apa? Ku-kurungan budak!” pekiknya tidak percaya. Ternyata pikiran negatif nya menjadi kenyataan.

Naufal mendadak pusing memikirkan bagaimana bisa ia berada di sini. Terlebih ia tidak memiliki informasi apapun.

Apakah dunia ini masih dunia yang sama atau dunia paralel seperti yang dibicarakan para penggila novel fantasi?

“Ku dengar kamu sudah berada 6 bulan disini tapi belum laku terjual karena kamu anak yang penyakitan. Malang sekali hidupmu.” ejek anak perempuan.

Mendengar ejekan anak perempuan di dalam kurungan membuat Naufal berdecak tidak suka.

“Hei, kau sendiri juga belum laku terjual. Berkacalah!” jawab Naufal tak kalah pedas.

“Hei, tunggu saja. Tidak perlu sampai terjual, Ayah dan Ibuku pasti akan segera datang menjemput ku dan menghancurkan tempat ini. Lagipula aku ini anak kesayangan tahu!” balas anak perempuan.

Naufal tersenyum miring mendengar ucapan anak perempuan. “Oh ya? Bagaimana jika orangtuamu sendiri yang menjual mu? Dilihat dari pakaian mu yang sudah kotor, ku tebak, kamu sudah berada di sini selama dua minggu.”

Wajah anak perempuan memerah mendengar ejekan anak laki-laki di seberang nya. “Kau! Apa yang kau tahu?! Jika Ayah ku datang, aku akan memberitahukan nya untuk membunuh mu!” ucapnya marah.

“Ya, ya... Aku menantikan nya.” jawab Naufal malas.

Melihat anak laki-laki yang menjawab seolah dirinya pembual membuat anak perempuan itu sangat marah.

Mengabaikan ocehan tak bermutu anak perempuan, Naufal memikirkan cara untuk kabur dari kurungan budak.

“AKU INGIN PULANGGGG!” teriaknya frustasi.

Bersambung...

👑👑👑

The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang