Seungcheol Naratama, cucu pertama keluarga konglomerat Naratama dan satu-satunya anak dari pasangan Siwon Naratama dan Tiffany Crystalist, kini tengah diburu oleh kakeknya untuk segera menikah dan menggantikannya memimpin perusahaan.
“Kamu bisa pilih salah satu dari mereka. Kakek sudah menyelidiki bibit, bebet, bobotnya. Bersama mereka, masa depanmu akan aman,” ujar sang kakek sambil meletakkan beberapa foto laki-laki di depannya.
“Kakek, aku nggak mau dijodohkan seperti ini. Aku nggak kenal mereka,” jawab Seungcheol merajuk.
“Kalau begitu, kamu harus cari pacar sendiri. Atau begini saja, siapapun laki-laki yang kamu bawa akan kakek terima. Terserah, mau yang lebih tua, seumuran, atau yang lebih muda darimu. Tapi khusus yang lebih muda, orang tuanya harus kaya,” jelas sang kakek panjang lebar.
“Kakek…” Seungcheol mendesah, menatap kedua orang tuanya yang hanya tersenyum, tak juga membantah keputusan kepala keluarga itu.
“Kakek cuma ingin kamu menikah dan punya anak sebelum kakek meninggal, Seungcheol,” ujar sang kakek.
“Kakek jangan bicara seperti itu. Kakek pasti masih hidup sampai aku tua nanti,” Seungcheol mendekat, memeluk kakeknya dari samping.
“Kalau begitu, mau menuruti permintaan kakek kali ini?”
“Iya, tapi aku mau cari sendiri. Aku nggak mau dijodoh-jodohkan.”
“Oke, kakek beri waktu tujuh hari untuk kamu menemukan calonmu,” ucap sang kakek, membuat Seungcheol membelalakkan mata kaget.
“Tujuh hari?! Yang benar saja?”
“Iya atau tidak, tergantung padamu. Kalau dalam tujuh hari kamu belum menemukannya, terpaksa kakek yang pilihkan.” Sang kakek kemudian meninggalkan ruang tamu.
Seungcheol memandang ayah dan ibunya, meminta bantuan, tapi mereka hanya tersenyum canggung. Seungcheol mendekat ke ibunya, memeluk dan menenggelamkan wajahnya di perut ibunya.
“Ibu…”
“Maaf ya, sayang. Tapi kamu tahu sendiri, keputusan kakek itu mutlak.” Ibunya mengelus lembut kepalanya. Seungcheol hanya bisa mengangguk. Dia harus menemukan calon dalam tujuh hari. Pertanyaannya, di mana dia bisa menemukan calon yang memenuhi kriteria kakeknya?
---
Sementara itu, Chan baru saja tiba di rumah dan, seperti biasa, disambut dengan pertengkaran orang tuanya. Ayahnya seorang pemabuk dan tukang selingkuh; Chan sudah muak menyaksikan ibunya terluka berkali-kali. Pernah ia bertanya mengapa ibunya tidak pergi, namun jawaban ibunya klise: karena cinta.
Malam itu, Chan keluar ke balkon, mencoba menghindari keributan. Dari sana, ia melihat tetangganya, Seungcheol, juga sedang duduk melamun di balkon rumahnya yang berhadapan dengan balkon Chan. Seungcheol rupanya menyadari kehadirannya.
“Kenapa mukamu muram begitu?” tanya Seungcheol.
“Biasalah,” jawab Chan ketus.
“Kamu mau keluar dari rumah itu nggak?” tanya Seungcheol tiba-tiba.
“Mau. Jangan tanya lagi deh.”
“Nikah yuk?” Ucapan Seungcheol membuat Chan membelalak.
“Kamu gila, ya, Kak? Jangan bercanda deh,” tukas Chan.
“Mukaku kelihatan bercanda?” Seungcheol menatapnya serius.
Chan memandangi Seungcheol, mencoba mencari tanda-tanda kebohongan. Tapi yang ada hanya sorot mata yang tulus.
“Kalau kamu memang mau keluar dari rumah itu, menikah sama aku.”
“Beri aku waktu...”
“Dua hari,” jawab Seungcheol cepat.
“Dua hari? Yang benar saja?”
“Iya atau tidak?”
“Oke, dua hari,” jawab Chan, kemudian berbalik meninggalkan Seungcheol. Di belakang, Seungcheol tersenyum, yakin bahwa dia telah menemukan orang yang dicari.
---
Dua hari kemudian, Seungcheol meminta Chan untuk menemuinya di taman kompleks.
“Jadi, bagaimana?” tanya Seungcheol.
“Oke, aku mau nikah sama Kakak,” jawab Chan akhirnya.
“Bagus. Nanti malam aku akan beritahu keluargaku. Kamu juga jangan lupa, oke?”
Chan hanya mengangguk.
---
Ketika Seungcheol memberi tahu keluarganya, sang kakek tercengang. “Chan Atmaja? Anak dari Donghae Atmaja, tetangga sebelah?”
“Iya, Kek. Lagipula, aku kenal Chan. Dia nggak akan macam-macam dan keluarganya juga berada, sesuai dengan kriteria kakek.”
“Ya, ya, tapi apakah dia bisa membuatmu hamil?” tanya sang kakek di depan semua orang, membuat Seungcheol berusaha menahan malu.
“Baiklah, ayo kita langsung ke rumah mereka,” ujar ayah Seungcheol.
Saat tiba di rumah Chan, mereka disambut oleh ibu Chan. Tak lama, Donghae muncul dan langsung menyalami mereka.
“Saya sudah tahu keperluan kalian. Chan sudah memberitahu saya,” ujar Donghae.
“Jadi, bagaimana menurutmu?” tanya sang kakek Seungcheol. “Aku kemari untuk meminta Chan menikahi Seungcheol. Apakah kau keberatan?”
Donghae menarik napas dalam. “Sebenarnya, saya merasa Chan masih terlalu muda. Dia baru akan lulus dua bulan lagi.”
Sang kakek menatap Chan dan bertanya, “Apakah kau sehat?”
Chan yang bingung menjawab, “Ya, tentu saja.”
“Bagus. Apakah kau mau menikahi Seungcheol?”
Chan menjawab tegas, “Ya.”
“Apakah kau bisa membuatnya mengandung?” tanya sang kakek, pertanyaan yang membuat Chan dan Seungcheol kembali menahan malu. Chan mengangguk, sementara Seungcheol hanya menunduk.
“Kalau begitu, Atmaja, sepertinya tak ada alasan untuk keberatan.”
Donghae terdiam. Meski ingin menolak, lelaki tua di hadapannya sangat dia hormati. Maka, dia hanya bisa menyerahkan segalanya kepada Chan.
Kakek Seungcheol menatap Chan tajam, “Sekali lagi, Chan, kau yakin ingin menikah dengan Seungcheol?”
Chan mengangguk mantap. “Ya, saya mau menikahi Kak Seungcheol.”
“Bagus. Pernikahan akan dilaksanakan sebulan lagi,” putusnya, membuat semua orang terkejut. Sebulan? Sang kakek sudah menyiapkan segalanya, dan mereka hanya tinggal menunggu hari besar itu tiba.
Sepertinya, tak ada lagi jalan mundur bagi Chan dan Seungcheol.
__________
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEUNGCHEOL HAREM || Oneshoot
FanfictionSeungcheol with siapapun pairnya. Yang ga suka ngga usah baca yah dik adik. SEUNGCHEOL BOTTOM JAYA JAYA JAYA!!!