Backburner || Jeongcheol

112 22 0
                                    

Di sebuah kota yang dipenuhi cahaya dan keramaian, dua sosok yang berbeda berjuang dengan perasaan mereka. Jeonghan, seorang pemuda yang tampak sempurna dengan senyuman yang menawan, adalah sosok yang selalu menarik perhatian. Di sisi lain, ada Seungcheol, yang lebih pendiam dan introspektif, berjuang dengan cinta yang ia simpan dalam hati untuk Jeonghan.

Seungcheol telah menyimpan perasaannya selama bertahun-tahun. Dia selalu menjadi pendukung setia Jeonghan, menjadi tempat yang aman baginya ketika dunia terasa berat. Namun, dia juga merasakan sakit yang mendalam setiap kali Jeonghan mengabaikan perasaannya, seolah-olah perasaannya hanyalah angin lalu.

Suatu malam, di sebuah kafe kecil yang mereka kunjungi sejak kecil, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Jeonghan duduk dengan santai, sambil bermain dengan cangkir kopinya. Seungcheol memperhatikannya dengan tatapan campur aduk antara cinta dan sakit hati.

"Jeonghan," Seungcheol memulai, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Kau pernah berpikir tentang kita?"

Jeonghan menatap Seungcheol, lalu mengalihkan pandangannya ke jendela. "Kita? Maksudmu, seperti persahabatan kita?"

Seungcheol merasa hatinya bergetar. "Iya, tapi… lebih dari itu. Aku merasa kita bisa lebih dekat, Jeonghan."

Jeonghan tersenyum, tetapi senyumnya terasa kosong. "Seungcheol, kau tahu aku bukan tipe yang mencari hubungan serius. Aku suka kebebasan."

Sebuah getaran sakit menyergap hati Seungcheol. Dia mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan perasaannya. "Tapi… apa kau tidak melihat bagaimana kita bisa saling melengkapi? Kita sudah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun."

Jeonghan tertawa kecil, tetapi suara tawanya tidak menambah kehangatan. "Kau terlalu memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Kita masih muda. Mari kita nikmati masa ini."

Seungcheol merasakan hatinya hancur. Dia tahu, meskipun dia ingin sekali Jeonghan menyadari perasaannya, hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi. Dia hanya bisa tersenyum, berusaha untuk tidak terlihat sakit hati.

---

Hari-hari berlalu, tetapi rasa sakit itu tetap ada. Setiap kali Jeonghan datang dengan cerita baru tentang orang-orang yang dia temui, Seungcheol merasakan lubang yang semakin dalam di hatinya. Dia berusaha menjadi pendengar yang baik, meskipun hatinya berteriak.

Suatu malam, mereka sedang duduk di atap gedung tempat tinggal mereka. Bintang-bintang bersinar terang di langit malam, tetapi hati Seungcheol terasa gelap. Jeonghan bercerita tentang kencan terbarunya dengan seorang gadis yang baru dia kenal.

"Dia sangat lucu, Seungcheol. Kami pergi ke konser bersama, dan dia menyanyikan semua lagu favoritku," cerita Jeonghan, matanya berbinar-binar.

"Senang mendengarnya," jawab Seungcheol, suaranya bergetar. "Apa kau suka padanya?"

Jeonghan mengangguk, tetapi tidak merasakan keraguan dalam jawabannya. "Aku rasa iya. Dia berbeda dari yang lain."

Seungcheol menundukkan kepala, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku harap kau bahagia, Jeonghan."

"Kau selalu mendukungku, ya? Terima kasih, Seungcheol. Kau adalah teman terbaik yang bisa aku miliki." Jeonghan tersenyum, tetapi bagi Seungcheol, senyuman itu terasa seperti pedang yang menggores hatinya.

"Selalu," jawab Seungcheol, suaranya hampir tidak terdengar.

Hari-hari berikutnya semakin sulit. Setiap kali Jeonghan datang, Seungcheol merasa hatinya semakin hancur. Dia merasakan kehadiran Jeonghan yang semakin menjauh, seolah-olah dia terjebak dalam pusaran yang tidak bisa dia lawan. Jeonghan seolah tidak menyadari sakit yang ia timbulkan.

SEUNGCHEOL HAREM || OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang