What's Wrong? || Gyucheol

119 20 0
                                    

Mingyu dan Seungcheol adalah pasangan yang tampak bahagia. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, bersama dengan putri mereka, Hana, yang berusia lima tahun. Hana adalah sumber kebahagiaan bagi mereka; senyumnya yang ceria dan tawanya yang riang selalu bisa mencerahkan hari-hari Mingyu dan Seungcheol. Namun, seiring berjalannya waktu, kebahagiaan itu mulai ternodai oleh sebuah rasa yang tak terduga: cemburu.

Mingyu, seorang ayah yang penyayang, selalu melimpahkan perhatian kepada Hana. Ia akan menghabiskan waktu berjam-jam bermain dengan putrinya, membacakan cerita sebelum tidur, dan mengajaknya beraktivitas di luar rumah. Seungcheol, yang adalah ibu Hana, merasa senang melihat suaminya begitu peduli. Namun, di balik senyuman dan tawa, ada perasaan tidak nyaman yang tumbuh di dalam hati Seungcheol.

"Sayang, hari ini kita pergi ke taman, ya? Hana pasti senang sekali," kata Mingyu dengan antusias, mengusap kepala Hana yang berbulu halus.

"Yeay! Aku mau main ayunan!" teriak Hana, melompat-lompat penuh semangat.

Seungcheol hanya tersenyum, meskipun di dalam hatinya tersimpan rasa pahit. "Tentu, itu ide yang bagus," jawabnya, berusaha menahan rasa cemburunya. Namun, di balik senyum itu, ia merasa seperti bayangan dalam hidup mereka—hanya ada Mingyu dan Hana, sementara dirinya seolah-olah terlupakan.

Setiap kali Mingyu dan Hana menghabiskan waktu bersama, Seungcheol merasakan sesuatu yang aneh. Cemburu mulai menggerogoti pikirannya. "Mengapa suamiku lebih memperhatikan Hana? Apakah aku tidak cukup baik?" pikirnya. Rasa cemburu ini mengganggu ketenangannya, membuatnya merasa terasing dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat paling hangat baginya.

Seungcheol mencoba untuk bersikap normal. Ia berpura-pura senang melihat kebersamaan Mingyu dan Hana. Namun, seiring waktu, sikapnya semakin terlihat aneh. Dia menjadi lebih pendiam, jarang tersenyum, dan sering kali terjebak dalam lamunan. Mingyu yang awalnya tidak menyadari, perlahan mulai merasakan perubahan dalam diri Seungcheol.

"Seungcheol, ada yang salah? Kenapa kamu terlihat murung belakangan ini?" tanya Mingyu suatu sore, ketika mereka sedang duduk di ruang tamu.

"Ah, tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Seungcheol, berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Jangan bohong, Seungcheol. Aku tahu ada yang mengganggumu. Kamu bisa bercerita padaku," Mingyu berkata, dengan nada lembut. Namun, Seungcheol masih berusaha untuk menutupi perasaannya.

Beberapa hari kemudian, saat Mingyu mengajak Hana bermain di luar, Seungcheol merasa semakin terasing. Ia duduk di sudut halaman, menonton suami dan putrinya dengan rasa cemburu yang semakin membara. Terkadang, ia berharap bisa menjadi bagian dari momen indah itu, tetapi setiap kali Mingyu memeluk Hana atau menyemangatinya, hatinya terasa hancur.

"Mingyu, lihat Hana, dia sangat lucu!" teriak Mingyu, sementara Hana tertawa dan berlari ke arah ayahnya.

"Ya, sangat lucu," balas Seungcheol, meskipun nada suaranya tidak secerah biasanya.

Mingyu yang mendengar nada Seungcheol yang berbeda, mulai khawatir. "Seungcheol, apakah kamu benar-benar baik-baik saja? Sepertinya ada yang mengganggumu," tanyanya lagi, penuh perhatian.

"Benar-benar tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku hanya lelah," jawab Seungcheol, mengalihkan pembicaraan.

Namun, Mingyu tidak berhenti di situ. Ia tahu ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kelelahan. Ia melangkah mendekat, mengambil tangan Seungcheol dan menatap matanya dalam-dalam. "Kita sudah menikah lama, Seungcheol. Aku bisa merasakan ada yang tidak beres. Kamu tidak bisa terus menyimpan perasaan ini sendirian."

Akhirnya, setelah beberapa saat terdiam, Seungcheol tidak bisa menahan diri lagi. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Mingyu, aku... aku merasa cemburu pada Hana," isaknya. "Aku merasa seolah-olah kamu lebih mencintainya daripada aku. Seolah-olah keberadaanku di sini tidak berarti apa-apa."

SEUNGCHEOL HAREM || OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang