Part 1 : Paser Malem

6 1 0
                                    

Bintang kecil.... Di langit yang biru.

Amat banyak, menghias angkasa.

'Bentar, yang namanya Amat saha, yak?'

Ya.... Begitulah pemikiran random seorang Shadow si landak emo yang setiap harinya merenung meratapi nasib mengapa ia dilahirkan ke dunia ini cuma buat melihat betapa bodohnya makhluk-makhluk setengah binatang seperti mereka hidup dalam lingkaran kebodohan tak berujung.

Bagai iklan pipa yang sering ia lihat di tv-tv itu. Kebodohan mereka mengalir jauh.

Pada malam yang....

Biasa aja di mata si landak ireng ini

Shadow berjalan sambil mengetatkan jaket hitam yang ia kenakan. Malam ini, dia diminta sama Vanilla, ibu kosan mereka di Kosan Green Hill, buat ngajak anaknya Cream pergi ke pasar malam.

Kenapa harus Shadow yang dimintai tolong? Entahlah, sejak Amy ngenalin Shadow ke Vanilla buat ikutan ngasuh Cream, Vanilla jadi lebih sering mempercayakan Cream sama dia.

Ya, walau muka nih landak sangarnya macam anggota ormas, tapi Vanilla yakin hatinya selembut kapas. Buktinya, Cream masih nafas sampai sekarang walau sering diurus Shadow.

Selama di perjalanan menuju rumah Vanilla, Shadow menerima telepon dari tempat yang teramat jauh.

'Bapak-bapak, ibu-ibu. Purbalingga digoyang~ Asyeeek!!! Tungtakdung, tungtakdung.'

Panggilan dari ponsel berbunyi Sound Horeg itu langsung diangkat.

Aneh, emang. Emo-emo gitu kok demennya dangdut koplo?

Begonya lagi, bukannya dijawab panggilannya, malah hapenya diangkat beneran.

Tuh, kan. Shadow.... Seringnya ngata-ngatain orang bego, lah situnya juga bego.

"Halo?" jawab Shadow dengan nada sedingin kulkas 3 pintu.

"Mochi-mochi~," kata penelepon di seberang.

"Kagak jualan kue mochi aku. Jualnya organ badan orang," sahut Shadow judes.

Emang agak laen landak jadi-jadian ini. Dikira dia kartel DarkW*eb?

"Kok jawabnya gitu, sich....? Ini aku, Maria."

Shadow menghela nafas dulu ampe bengek, baru nyahut. "Nape, Mar?"

"Maria! Bukan Marimar!"

"Siapa juga yang bilang kau Marimar? Kau kira kau pemeran telenovela? Orang nanya, malah ngegas," sewot Shadow.

"Hehe.... Malam ini pasar malam lagi buka, kan? Aku pengen ke sana, cuma enggak bisa karena musti ngurusin Babeh yang lagi sakit. Nitip nape...."

Lagi-lagi Shadow menghela nafas. Tuh, kan, pikir dia. Pasti Maria nelpon cuma karena ada maunya.

"Nitip apa?" Shadow merasa kalau sebentar lagi dia bakal sampai di rumah Vanilla. "Jangan yang mahal-mahal. Bokek aku."

"Bokek kok ke pasar malam?"

"Aku disuruh temenin anaknya ibu kos buat pergi ke pasar malam. Kalau kagak gitu, mana aku mau pergi pas lagi kere-kere begini. Kali aja aku dikasih upah abis ngurusin anaknya."

"Anaknya ibu kos kau kan cewek, yak?" Maria diam sesaat di seberang sana. "Dih, kau ped*, yak?!"

Shadow cuma pasang tampang muka datar. Dah cape dia dikatain ped* mulu gara-gara kelamaan ngadem di dalam toples Godzilla.

"...."

"...."

"...."

"Nitip enggak?" Pada akhirnya, Shadow bersuara lagi. "Kalau kagak, kututup, nih."

Sonic and Friends : Kos-Kosan KocakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang