Cerita berfokus kepada murid SMA yang bernama Alif Ibnu Qoim yang memiliki pandangan berbeda mengenai hidup karena berbagai situasi yang pernah dialaminya membentuk dia menjadi seorang penyendiri yang mencari arti ketenangan sejati.
Menurutnya, kete...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mayoritas manusia memiliki banyak sisi kemunafikan pada diri mereka.
Mungkin bagi kalian yang menentang fakta ini belum menyadari bahwa banyak sekali ungkapan dan tingkah laku dari manusia yang berbeda dengan apa yang ada didalam hati mereka, ataupun di sekeliling mereka.
Para pemuda disekolah selalu memperlihatkan sisi keren mereka dihadapan banyak orang, berlagak seperti orang baik tanpa menunjukan kekesalan terhadap sesuatu yang mereka tidak suka, tapi terkadang menggumamkan kata-kata kotor dibalik hati mereka pada berbagai hal yang cukup mengganggu mereka. Ataupun sebaliknya, mencoba terlihat nakal dilingkungan anak nakal lainnya, pdahal sisi aslinya sosok kikuk dan tak banyak mendapat ide dan pengalaman tentang kenakalan sebelumnya.
Sedikit contoh kemunafikan manusia adalah ketika para manusia yang memiliki banyak harta menjawab pertanyaan "Apakah uang bisa membeli kebahagiaan ?".
Mereka menjawab "tidak" dengan polos. Padahal, disebagian belahan bumi ada mereka yang duduk diam mendekap dengkul dengan lilitan utang mereka, menghadapi berbagai macam teror dan ancaman penagih, berpikir keras mencari cara untuk mendapatkan uang sampai memengaruhi mental dan kesehatan jasmani mereka. Sekarang apabila dibalik, mereka orang-orang kaya tiba-tiba jatuh miskin dan tidak terbiasa dengan kehidupan tanpa uang, apakah jawaban mereka akan sama seperti sebelumnya ?. Aku rasa tidak mungkin.
Bukankah itu sebuah bentuk kemunafikan ?. Ungkapan egois dari mereka yang memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain dan menanggapi apa yang mereka miliki tidak begitu berharga. Ketika direnggut darinya mereka mencari kambing hitam atas kepayahan mereka, dan ironisnya terkadang tuhan yang menjadi target kesalahan. Menyalahkan dengan alasan berdoa, bertanya "mengapa engkau merebutnya" padahal mereka yang keluar dari jalur yang ditunjukan tuhan kepada mereka.
Melihat, mendengar, mencium, berpikir adalah sebab dari kemunafikan manusia, melahirkan berbagai macam cabang kebusukan sifat manusia lainnya. Lantas bagaimana solusi untuk menghilangkan kemunafikan pada manusia ?. Mungkin jawabannya simple.
