Chapter 3 : Kupikir ketenanganku akan terus berlanjut

33 22 1
                                    

              Seorang pria sejati itu bisu. Aku setuju dengan kata-kata ini. Memang, seharusnya seorang pria membiarkan dirinya larut dalam masalah pribadinya tanpa melibatkan seorang pun kecuali tuhannya, hanya orang bodoh yang mengira dengan bercerita akan melegakan hati kita. Toh yang biasanya terjadi juga lawan bicara kita balik menceritakan masalah mereka. "Kamu mah masih mending .." sungguh kata-kata yang menyebalkan yang keluar dari mulut sampah mereka.

Kembali pada rutinitas seorang pria yang sangat menenangkan. Membiarkan diri berjalan didalam roda kesendirian, menikmati keindahan langit biru bersama berbagai macam pola dari awan sebagai penghias nya.

Tapi, ada yang salah. Sudah seminggu sejak perempuan itu tidak datang mengganggu kesendirianku. Bukankah seharusnya aku senang akan hal itu ? Tapi, kenapa terkadang terlintas keinginan untuk berada disampingnya kembali ?. Sial, sepertinya aku mulai tertular oleh perempuan itu.

"Triiiingggg" .. udara mengantarkan bunyi bel sekolah yang menandakan 10 menit untuk persiapan waktu istirahat berakhir. Aku pun berjalan menuruni tangga rooftop untuk kembali ke kelas.

Tidak disangka, seorang perempuan dengan uraian rambutnya yang khas berjalan di depanku sambil menggenggam beberapa buku tulis lusuh ditangannya, dengan sepatu hitam yang sedikit kotor di kakinya. Ya ..dia adalah si ratu sempurna Azkia Rahma. Apakah dia baru selesai dengan pelajaran olahraganya ?. Tapi, dia tidak mengenakan seragam olahraga. Dan juga, baju putihnya terlihat basah sampai terlihat sedikit lekukan dari tubuhnya. Yaaa .. biarlah, kurasa akan jadi merepotkan bila aku menanyakannya.
.
Tiba dikelas, duduk lagi dibangku favoritku dan bersiap memulai pelajarannya. Sekarang waktunya pelajaran sosiologi dengan pria tampan itu sebagai gurunya.

"Yahhhh .. nampaknya akan sangat panas hari ini lif. Karena melihat seorang bocah yang biasanya dipeluk jaket tidak memakainya hari ini" ucapnya.

Semua murid tertawa dengan candaan recehnya. Sepertinya mereka menyukai jokes bapak-bapak.

Sebenarnya bukan tanpa alasan aku tidak memakai jaket hari ini. Karena diperjalanan menuju kelas tadi, entah kenapa aku merasa risih melihat si ratu sempurna itu memakai seragam yang basah. Jadi, aku terpaksa meminjamkannya.

Sejujurnya aku pun bertanya. Apa-apaan yang ku lakukan tadi ?. Bukankah sebelumnya aku merasa akan merepotkan ? Tapi, rasa merepotkan itu tertindih dengan rasa risih itu. Yaaa, kurasa tidak ada salahnya juga.
.
.
Keesokan harinya, aku merasa hari ini hari yang cerah pada jam istirahat untuk kembali menikmati syahdu angin yang berhembus diatas rooftop. Ketika sampai disana, aku melihat perempuan itu datang lagi. Sepertinya dia kurang nyaman hidup tanpa mengganggu ketenanganku disini.

"Yo .. aku menunggumu alif" ucap perempuan berjuluk ratu sempurna itu.

Akupun membalas dengan anggukan kepala. Sesaat setelah aku duduk dia menyodorkan sebuah jaket yang dibungkus dengan plastik transparan ditangannya.

"Aku kembalikan, terimakasih untuk yang kemarin. Dan tenang saja, sudah aku cuci kok" ucapnya dengan senyuman tulus diwajahnya.

Akupun menerimanya, karena pada dasarnya itu memang jaketku. Dan syukurlah dia bertanggung jawab dengan mencucinya.

Kembali pada kebisuan seperti biasa. Kami duduk diam menyantap makanan masing-masing sambil menggenggam buku yang terbuka ditangan kita.

"Mengapa kau diam saja ?" Ucapku memecah keheningan diantara kita.

"Bukankah memang biasanya kita memang saling diam duduk disini dan membaca buku masing-masing ?" jawabnya.

"Aku bukan membicarakan tentang kita berdua, tapi tentangmu." Dia menatapku heran.

"Bukankah ada banyak cara untuk membalas mereka" tambahku.

"Sepertinya kamu sudah tahu ya" ucapnya sambil menundukkan pandangannya ke bawah.

What is Inner peaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang