05 Masa Lalu "Faye Malisorn"

279 32 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 21:30 P.M beberapa ruangan yang biasanya terang, sekarang lampunya terlihat sudah dimatikan. Para petugas akhirnya memutuskan untuk beristirahat di rumah malam ini. Sudah 2 hari mereka tidak pulang demi memecahkan kasus yang sedang mereka usut.

Tok..
Tok..

"Masuk"

"Inspektur?"

"Eum Pa..Pak"

"Inspektur maaf, ayah korban bersih keras ingin bertemu dengan inspektur"

Raut wajah View begitu panik, bagaimana pun ia sudah salah tidak bersikeras menghalangi tamu yang ingin bertemu dengan inspektur malam itu.

"Tidak apa-apa, kau bisa pulang View"

"Ta...tapi"

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, pulanglah"

Inspektur mengetahui kekhawatiran dari petugas View terhadap dirinya. View menuruti perintah dari atasannya dan pergi meninggalkan mereka.

Wajah tidak tenang inspektur terlihat jelas, ada kegugupan yang ia tidak bisa ungkapkan saat ini. Tampak terlihat beberapa berkas laporan dan komputer yang masih menyalah menandakan ia sedang mempelajari motif dari para pelaku.

"Silakan duduk"

"Aku tidak mengira akan bertemu denganmu di sini"

"..."

"Bagaimana kabar mu nak?"

"Saya baik-baik saja pak, Bapak sendiri apa kabar?"

"Panggil aku seperti biasanya Faye, walaupun kamu sudah mengilang belasan tahun. Tapi tidak ada yang berubah."

Pria yang dulunya terlihat gagah dengan jas yang selalu terpasang rapi pada tubuhnya yang bidang. Sama sekali tidak berubah, pria yang sangat inspektur hormati masih sama seperti dahulu. Hanya saja, mungkin sudah termakan usia ketika helai rambut yang dulunya hitam sekarang penuh akan warna putih.

"Pa..paman"

Sering kali ia mencoba kuat, tapi perasaan haru kali ini ia tidak dapat hindari. Seperti piringan hitam yang diputar kembali dari awal, inspektur kembali mengingat setiap hal yang ia sudah lalui sampai saat ini. Ia mungkin terlihat tangguh dan memikul kerasnya hidup yang ia alami selama ini, akan tetapi dalam semalam runtuh ketika tangan tua itu memeluk tubuhnya. Tangan yang dulu ia rasakan sangat besar hari ini terasa sangat kecil. Waktu cepat berlalu pikirnya.

.

.

.

16 tahun yang lalu

Rumah kecil yang bertepatan di pinggiran kota Bangkok menjadi satu-satunya tempat berteduh bagiku dan ayah. Semenjak ayah sakit dan memutuskan pensiun dari pekerjaannya, aku memutuskan menjadi tulang punggung keluarga. Berbagai macam pekerjaan aku tekuni, mengambil banyak pekerjaan agar memperoleh uang untuk makan sehari-hari.

Di pagi hari aku akan bangun lebih awal, aku akan bergegas ke pasar demi membantu orang-orang yang berbelanja mengangkat sejumlah belanjaan mereka agar aku menerima upah.

Di siang hari aku akan berjualan koran di lampu merah persimpangan dekat pasar, sesekali aku juga menggantikan teman ku untuk menyemir sepatu dari beberapa karyawan kantor yang melintas dan malamnya aku akan menjajakan kue yang ku ambil dari pembuat kue keliling dekat rumahku.

Aku sempat berpikir tiada nasib baik datang dalam hidup ku, apa lagi ketika ayah tidak dapat bertahan lebih lama karena sakit stroke yang beliau derita. Perekonomian yang tidak stabil membuat aku tidak mampu untuk membeli obat untuk ayah. Hingga aku hanya dapat memandang nisan tanpa tau bagaimana kelanjutan hidupku nanti.

PuzzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang