Rumah Sakit
Pukul 23:30
Meena POV
Menarik dalam-dalam oksigen adalah cara terbaik untuk membuat tubuh ku tenang. Rasa penat seharian berlalu lalang di IGD, membuat ku sedikit mual. Bahkan ini sudah lewat jam makan malam ku untuk kesekian kalinya. Suara dari otot leher ku yang kaku menjadi saksi atas kerja keras hari ini.
Ingin rasanya aku berbaring di ruangan khusus yang memang sudah disiapkan untuk kami beristirahat, tapi para dokter lain sudah memenuhi ruangan itu, keramaian bukanlah tipe ku. Aku lebih baik menyendiri di kamarnya yang tenang.
Kesibukan ku hari ini membuatku melupakan orang ini sejenak, mungkin mengobrol dengannya bisa memberi ku semangat tapi ini sudah terlalu larut untuk ia terjaga. Wajah tenangnya ketika tidur membuat ku merasakan kedamaian. Mungkin Aoom tidak keberatan jika aku beristirahat sebentar di sofa ruangan tempat ia dirawat. Aneh memang, tapi ruangan yang ia tempati ini seolah menghipnotis ku, aku merasa ketenangan hanya dengan memandang wajah tidurnya.
"Tidur yang nyenyak ya Khun" bisik ku merapikan selimut yang tidak tertata dengan rapi.
Aku masih heran bagaimana bisa dia secantik ini. Walau bobot tubuhnya tidak proporsional beberapa tahun lalu, tapi dia tetap sama cantiknya seperti dulu. Aku mencoba memejamkan mataku, sedikit meluruskan punggung yang lelah pada sandaran sofa yang ada di kamarnya.
"Dokter"
"Aw apa aku membangunkan mu?" aku sedikit kaget ketika mendapatinya sudah menatap ku.
Aku mencoba bersikap tenang, tapi mungkin ia menyadari rasa gugup ku ketika ia menatap aku tanpa berkedip sedikitpun.
"Maaf aku tidak bermaksud mengganggu mu, aku akan pergi sekarang. Kembali lah tidur" aku merasa menyesal karena membuatnya bangun, sebelum ku putuskan keluar dari kamar ini, aku sedikit mengecek cairan infus dan alat-alat lainnya masih berfungsi dengan semestinya.
"Aku tidak merasa diganggu. Hanya sedikit terkejut kau tiba-tiba muncul di ruangan ini" ucapnya lembut
Aku mengaruk kecil kepalaku yang tak gatal, memikirkan alasan yang sekiranya dapat ia terima. "O.. oh, aku hanya lewat dan berpikiran untuk mengecek keadaan mu" bohong ku
"Aku kira kau melupakan pasien mu ini, kau bahkan tidak visit siang tadi" Suaranya terdengar lemah tapi sindirannya sangat terasa ketika ia bersikap seperti anak kecil yang merajuk pada ibunya.
"Maaf, hari ini benar-benar hari yang luar biasa sibuk bagi rumah sakit"
"Apa karena insiden kebakaran itu?"
"Oh, begitu lah. Tadi ...
.
Beberapa jam lalu
Malam ini sedikit berbeda dengan malam-malam kemarin, rasa menyesakkan dengan tekanan yang begitu besar sangat terasa ketika IGD dipenuhi rombongan pasien yang baru diangkut dari tempat kejadian. Aku dan beberapa perawat berusaha tenang walaupun wajah kami terlihat sangat tegang, kurangnya tenang medis membuat kami harus bekerja ekstra untuk merawat pasien. Mereka mengalami gejala yang sama, yakni luka bakar.
"Dokter sakit"
Suara tangisan kesakitan dari mereka hampir memenuhi isi kepalaku. Aku tau mereka sangat kesakitan, terlihat jelas luka serius di beberapa bagian tubuh mereka. Aku melirik sekilas ke arah Prof Davikah, dia terlihat tenang dan ramah, sesekali ia memberikan semangat kepada pasien dengan senyum lebar yang menjadi ciri khasnya.
Terkadang pemikiran acak ku sering kali datang, bagaimana bisa seorang introvert seperti ku dapat berprofesi sebagai dokter, terlebih dihadapkan dengan banyaknya pasien mau tak mau menjadi tantangan tersendiri. Tapi untungnya aku sangat menyukai apa yang telah dikerjakan sekarang. Dapat menyembuhkan mereka yang sakit menjadi tujuan utama bagi setiap dokter. Walau ada kalahnya kami harus merelakan mereka yang sudah berjuang penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzel
FanficKetika takdir membuat dirimu sendiri, Ketika takdir membuat dirimu lebih berharga bersama orang baru, Ketika takdir juga memisahkan cinta yang bahkan belum sepenuhnya utuh. Ketika tuhan menjawab doa mu, Hidup bagaikan keping puzzel yang dapat kau su...