Lookkaew POV
Hari dimana aku menyaksikan keluarga ku berantakan, hari dimana aku melihat Mommy terduduk lemas dengan air mata yang sudah mengering, hari dimana aku melihat kakak ku penuh dengan luka karena sebuah kecelakaan yang menimpanya, dan hari dimana papa pergi meninggalkan kami semua. Mungkin ini adalah hari terburuk ku sehingga membuatku menangis sesak kehabisan napas.
Aku mencoba menguatkan mommy, memeluk tubuhnya yang begitu lemah. Banyak orang yang datang memberikan penghormatan terakhir pada papa.
Beberapa kerabat datang membantu serta memberikan kami semangat. Aku tentu sangat terpukul kenapa papa begitu cepat meninggalkan kami. Akan tetapi dia tampak lebih terpuruk dari ku, tangan berbalut kain kasa, kepala yang masih di perban, kaki yang masih terpasang gips membuatnya tidak berhenti menangis tersedu- sedu disebelah peti mati orang tua kami.
Hari itu kali pertama aku melihat dia begitu marah dan terpuruk. Malam ini terulang lagi, ketika rasa ketakutan dan paniknya sewaktu menatap kobaran api, ia bahkan merengek ingin menerobos masuk. Aku tidak paham siapa yang ia khawatirkan, apa selama aku sibuk membencinya dia mempunyai seseorang yang ia kasihi.
"Phi, tenanglah"
Aku masih menahan tubuhnya dengan pelukan yang ku buat agar dia tidak bertindak gila. Tubuh itu gemetar hebat, rasa takut bercampur dengan air mata yang bahkan ia tidak bisa kontrol membuatnya kesulitan bernapas.
"Maaf kalian tidak boleh masuk, di sana sangat berbahaya"
Beberapa petugas polisi memblokir kami agar tidak menerobos kedalam gedung. Aku masih berusaha memaksa kakakku untuk kembali ke Ambulance yang memang sudah terlebih dahulu sampai.
"Phi kita obati dulu lukamu"
Darah segar masih mengalir dari dahi kirinya, sedikit teringat kejadian beberapa menit yang lalu, kami hampir kecelakaan karena ia menyetir seperti orang kesetanan untung saja ia dengan cepat menarik rem tangan mobil yang sedang ia kemudi, jika terlambat mungkin kecelakaan beruntun akan kembali terulang. Alhasil akibat hentakan kuat dari rem itu membuat kepala kami sedikit terbentur.
"Look, dia ada di dalam" ucapnya lemah
Aku tidak bisa berpikir panjang untuk membuatnya tenang, yang dapat aku lakukan yakni memeluknya. Tangan itu membalas pelukanku dengan iringan air mata yang kian mengalir.
2 jam sebelumnya
Libur, mungkin orang-orang berpikir adalah hari yang sangat dinanti atau di harapkan bagi setiap orang. Seperti keluarga ku sekarang. Mommy mengundang kami berkumpul disalah satu ruangan VVIP restoran mewah hanya untuk makan malam bersama. Aktivitas yang bahkan sudah lama tidak kami lakukan semenjak papa tiada.
Sejujurnya aku malas bergabung, tapi phi Davikah memaksaku. Aku bahkan lupa bagaimana kehangatan disela-sela canda tawa ketika berkumpul di meja yang sama dengan sebuah keluarga.
"Bagaimana dengan Prancis bu apa menyenangkan?" Ucap Phi LingLing
Senyum yang dulunya sangat aku sukai, senyum yang selalu membuat aku senang ketika ia tertawa. Hanya kenangan masa lalu yang sudah aku kubur begitu dalam, sekarang senyum Itu selalu membuat ku semakin membencinya, bagaimana dia bisa tersenyum lebar ketika semua ini sudah terjadi."Menyenangkan nak. Banyak makanan enak disana, kalian harus ikut bersama nanti" jawab mommy
"Disana memang menyenangkan bi. Apa kamu mengunjungi toko roti yang aku bilang?" Sambut Phi Davikah
"Oh tentu, berkat Davikah merekomendasikan tempat itu, bibi jadi tau toko roti yang enak disana"
Wajah mommy yang dulunya terlihat muda sekarang kulihat sedikit kerutan di matanya. Mungkin mommy bisa saja menceritakan keseruan saat ia berlibur tapi kupikir itu hanya kamuflase saja, mommy menutup kesedihan yang tidak pernah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzel
FanfictionKetika takdir membuat dirimu sendiri, Ketika takdir membuat dirimu lebih berharga bersama orang baru, Ketika takdir juga memisahkan cinta yang bahkan belum sepenuhnya utuh. Ketika tuhan menjawab doa mu, Hidup bagaikan keping puzzel yang dapat kau su...