° Kita bertemu hanya untuk mengenal bukan memiliki °
Ok karena hari ini adalah hari Sabtu itu artinya sekolah libur, dan saat ini Lavanya sedang asik menonton series di handphonenya sambil berbaring di ranjang nya.
Tidak ada jadwal latihan untuk saat ini tapi dia punya janji dengan teman temannya untuk kerja kelompok.
Ini masih pagi sekitar pukul 9 dan Lavanya akan pergi kerja kelompok jam satu siang nanti.
Oh dan sudah pasti Lavanya sudah membantu bunda bersih bersih rumah, walaupun hanya membantu cuci piring dan mengepel lantai saja, tapi setidaknya sudah membantu iyakan?...
Ayah yang baru keluar dari kamar langsung menghampiri bunda yang ada di dapur sedang membereskan dapur, bekas masak tadi pagi.
"Bun.... Ayah berangkat dulu ya, pulang nya agak telat kayanya" pamit ayah menghampiri bunda dan mencium kening bunda manis.
"Nya yah" bunda mengangguk dan mengantar ayah sampai pintu depan.
Setelah ayah pergi bunda juga masuk kembali ke dalam, dirumah hanya tinggal dirinya dan sang putri, kedua anak nya yang lain juga sudah pergi, dengan si sulung yang bekerja dan si bungsu yang sekolah.
Bunda datang menghampiri kamar Lavanya dan membuka pintu itu, melihat putrinya yang asik menonton sambil rebahan itu.
Lavanya tidak tau kalo ada orang yang masuk ke kamarnya, karena dia sedang menggunakan earphone saat ini. Bunda hanya menggelengkan kepalanya dengan tangan bersedekap di dada.
Berjalan perlahan menghampiri putrinya yang sedari tadi sudah dia perhatian. Menepuk pundaknya dan duduk di samping ranjang sang putri.
Lavanya yang kaget segera melirik ke belakang, ternyata itu bundanya, "bunda..." kagetnya dan melepas earphone cepat.
"Cik atuh de, ai libur tuh main kek, ngerjain tugas atau apalah itu, jangan terus di kamar wae" omel bunda yang kesal melihat putri semata wayangnya ini berdiam diri di kamar jika libur sekolah, bahkan bisa sampai sehari tidak keluar kamar.
"Males Ade teh atuh Bun, lagian mau ngapain juga?, ga ada temennya juga" ujar Lavanya pelan dan wajahnya juga sudah sedikit kesal.
Yaa Lavanya memang jarang keluar rumah, dia akan keluar jika itu benar benar penting, selebihnya duduk diam dirumah.
Dia tidak punya banyak teman, ah lebih tepatnya, tidak ada, maksudnya tidak ada yang benar benar ingin berteman dengannya, wajar bukan? dia ini membosankan dan tidak bisa basa basi, maksudnya tidak bisa memulai sebuah hubungan.
Bahkan dia sampai pernah di bully dan dijauhi saat dulu sekolah dasar, Lavanya itu terlalu memikirkan bagaimana pandangan orang lain, jadi dia tidak terlalu bisa mengekspresikan dirinya, takut dengan pandangan lain.
"Ini juga mau pergi, tapi nanti" ujar nya kembali dan duduk dengan benar menghadap sang bunda.
"Kenapa?" tanya bunda memperhatikan gerak gerik dari putrinya ini.
"Kerkom di rumah Kaluna" jawabnya.
"Yaudah nih nitip mie ayam yang di alun ya de, sisa nya buat Ava aja" bunda menyodorkan uang satu lembar berwarna biru kepada Lavanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
Teen FictionLavanya Anasera Apriliani atau lebih akrab di panggil Vanya. Si anak tengah yang keras kepala tapi cengeng ini harus berurusan dengan ketua pramuka di sekolahnya. Mavendra Aziz Naradhipta, si ketua pramuka yang terlihat dingin dan cuek. Memiliki ju...