04.

3 0 0
                                    


Minggu pagi yang cerah ini di sambut keributan di rumah keluarga Lavanya, ini masih pagi tapi Devan— adik Lavanya sudah mengajak dirinya ribut.

Sang kakak sulung — Ryan — hanya bisa menghela nafas dan mengelus dada melihat kedua adiknya yang ribut di pagi yang cerah ini.

"udah atuh ahhh, itu mau di pake ku aku..." ujar Lavanya kesal, karena laptop yang ingin dia pakai untuk mengerjakan tugas ternyata di pakai untuk bermain game oleh adiknya.

"Bantar atuh ini dikit lagi menang ai teteh" ucap Devan dengan pandangan yang terfokus ke arah laptop di depan nya.

"Udah udah, mending kamu ikut bunda aja ke pasar" ujar sang bunda melerai keduanya dan mengajak Lavanya untuk ikut dirinya ke pasar.

"Pasar mana? Warlob?" tanya nya jangan lupa wajah cemberutnya.

"Iya, ayo nanti mah bisi keburu panas" ujar kembali sang bunda. "Yaudah ayo" jawabnya dengan masih sedikit kesal.

.
.
.
.
.

"Udah semua kan Bun?" tanya nya memastikan

"Udah, yu pulang" jawab bunda dan mengajak putri nya pulang.

Saat di parkiran pasar Lavanya yang berjalan membututi sang bunda dengan menundukkan kepalanya karena panas, sampai dia tidak sadar tertinggal oleh sang bunda yang jalan nya cepat.

Lavanya yang masih menunduk itu pun tak sadar bahwa ada orang di depan nya dan yaa dia menabrak orang tersebut.

"Ehh .... Maaf gak sengaja" ucap Lavanya langsung, dan merapikan barang yang terlepas dari genggaman nya dan di bantu oleh orang yang tadi di tabrak nya.

Seorang pria dengan perawakan yang cukup tinggi itu pun menyerahkan kantung hitam milik Lavanya, "sekali lagi maaf" ucap Lavanya kembali setelah merapikan barang bawaan nya.

"Iya gapapa, kamu ada yang luka gak?" ujar pria itu dan bertanya untuk memastikan.

"Gapapa kok aman, makasih ya dan maaf" Lavanya kembali berucap.

"Iya gapapa" balas pria jangkung itu,

"Kalo gitu duluan ya" ucap Lavanya dan pergi meninggalkan pria jangkung itu, menyusul sang bunda.

"Kebetulan yang manis, Be" gumam pria itu dengan senyum miringnya.

.
.
.
.
.

Sesampai di rumah Lavanya langsung pergi ke dapur untuk menaruh belanjaan, dan kembali ke ruang keluarga untuk istirahat sejenak, karena lelah telah berjalan dari pasar. Pasarnya tidak terlalu jauh dan tidak juga dekat, tapi jika bolak balik berjalan kaki itu cukup lumayan melelahkan.

"Ayah mau kemana?" tanya Lavanya saat melihat sang ayah menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapih.

"Ayah mau kumpul sama temen ayah sekalian mau bahas kerjaan" jawab ayah dan menghampiri putrinya. Lalu mengusap lembut surai hitam Lavanya.

"Nanti pulang nya beliin kebab ya..  yah" pinta Lavanya kepada sang ayah.

"Ok siap, ayah pergi dulu kalo gitu" ujarnya dan setelah itu pergi meninggalkan Lavanya seorang diri lagi di ruang keluarga.

Waktu terasa lebih cepat jika hari minggu, itulah yang di rasakan Lavanya saat ini. Dan saat ini dia sedang duduk di meja belajar,  mengerjakan tugasnya sambil sesekali membalas pesan dari teman nya.

Tiba waktunya makan malam dan bertepatan sang ayah pulang, mereka mulai acara makan malam ini dengan tenang dan sesekali berbincang.

Selesai makan malam, Lavanya izin untuk keluar sebentar karena perlu membeli  beberapa barang.

"Hayu bareng Jeung Aa aja" ajak Ryan yang kebetulan dia juga ada keperluan diluar.

"Yaudah boleh" jawab Lavanya.

Mereka berdua pergi ke minimarket yang tak jauh dari rumah, "kalo udah telepon we ya" ucap Ryan setelah menurunkan Lavanya di depan minimarket, dia ada keperluan sebentar di dekat minimarket ini.

"Iya siap" ucap Lavanya dan melenggang pergi setelah motor sang kakak melaju pergi.

Lavanya masuk dan mengambil keranjang lalu mulai mencari barang yang dia perlukan dan tidak lupa beberapa camilan.

Setelah selesai dia pergi ke kasir dan membayar lalu menelepon Ryan, memberitahu bahwa dia telah selesai berbelanja.

Lavanya menunggu di luar minimarket, sambil memainkan handphone nya sesekali melihat lihat sekitar menunggu sang Kakak datang untuk menjemput nya.

"Eh ai kamu teh temen na Arsha kan ya?" tanya seorang pria yang berdiri di samping Lavanya.

"Iya A, aku temen nya Arsha. Ada apa ya ?" jawab Lavanya dan bertanya balik.

"Ini, nitip ya buat Arsha" ujarnya dan menyodorkan sebuah tote bag kearah Lavanya, "makasih ya" lanjutnya.

"Eh iya A Gil, santai aja kali" ucap Lavanya dengan sedikit terkekeh agar tidak terlalu canggung, pasal nya ini pertama kalinya dia berbicara langsung dengan orang yang ada di hadapannya ini.

"Oh iya pulang sama siapa, udah malem ini bahaya" tanya Gilang.

"Ini lagi nunggu jemputan A" jawab Lavanya, " nah itu dia jemputan ya, kalo gitu duluan ya A" ucap Lavanya dan pamit setelah Ryan datang. Gilang hanya mengangguk dan tersenyum tipis menanggapi ucapan Lavanya.

"Siapa dek?" tanya Ryan.

"Kakel A, nitip barang buat di kasihin ke Arsha" jawab Lavanya.

"Ohh kirain teh siapa" ujar Ryan, pasalnya dia tidak pernah melihat sang adik dekat dengan seorang laki laki lagi setelah kejadian waktu itu. Dan Ryan juga sedikit khawatir dengan Lavanya.



Terimakasih, sampai jumpa lagi.......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang