PART 12 - With Him

6K 301 3
                                    

"Alex!" Teriak Annie.

"Apa?" Jawab Alex yang kini tersenyum, memandang Annie lekat.

Annie tersenyum juga. "Hanya ingin menemuimu." Lelaki di hadapannya ini sungguh membuat hari-harinya begitu indah.

"Bagaimana kalau kita ke kedai Bu Marsha?" Tawar Alex menaikkan kedua alisnya kompak.

Senyumnya memudar. Dengan cepat Annie meraih kedua tangan Alex, menggenggamnya kuat. "Maaf, aku harus pergi sekarang."

"Pergi?" Alex mengernyitkan dahinya.

"Aku harus pergi meninggalkanmu Alex. Aku minta maaf, walaupun aku ingin kau tahu aku tidak ingin meninggalkanmu."

"Pergi ke mana?" Tanya Alex. Ia mengacak-acak rambutnya.

"Kau tidak perlu tahu. Aku hanya pergi untuk sementara. Aku mohon, sampaikan salamku untuk Kate, Dave, Jules, dan lainnya. Aku tidak akan meninggalkanmu selamanya. Aku akan kembali."

Air matanya tidak dapat dibendung lagi. Annie menangis, kedua tangannya ditarik Alex agar kepalanya tersandar di dada bidang lelaki yang ia cintai itu.

Alex mengusap rambut Annie. "Shh... jangan menangis. Mengapa kau tidak ingin aku tahu ke mana kau akan pergi?"

"Aku dipaksa Alex." Tangisannya kian pecah, tersedu-sedu. Kaos Alex menjadi semakin basah.

Berlarut-larut, tangis Annie reda, masih dalam pelukan Alex yang sangat hangat. Ia mendongakkan kepalanya, mencoba menatap Alex lekat-lekat. "Alex, aku ingin bertanya sesuatu padamu."

Alex tersenyum. "Apapun itu."

"Ng... apa... apa kau suka padaku?"

Alex terlihat diam, tetapi masih nyaman dalam senyumannya. Kepalanya menggeleng perlahan.

Annie menunduk menahan malu. Seharusnya ia tidak mengatakan itu pada Alex, seakan-akan menjatuhkan harga dirinya sebagai wanita. Jelas-jelas Alex tidak menyukainya.

Alex tersenyum. Kedua tangannya mendekap kepala Annie, memastikan jawabannya dipahami Annie.

"Aku bukan menyukaimu. Tapi aku rasa... aku mencintaimu, Annie."

Tubuh Annie melemas, panas terasa di sekujur tubuhnya. Jawaban Alex sungguh membuat jantungnya pontang-panting memompa darah dengan cepat.

Tetapi tiba-tiba tangan Alex terlepas dari pelukannya, seolah-olah ada magnet yang menarik mereka berdua untuk menjauh. Tersisa genggaman tangan. Alex semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Annie, namun tidak lama genggaman itu terlepas.

Annie berlari untuk mengejar Alex yang entah mengapa terlihat sangat kecil dan susah ia gapai. Semakin ia berlari, Alex semakin menjauh.

Namun tiba-tiba Annie melihat lelaki yang menyerupai Alex di samping Alex sendiri. Berdiri dengan senyumnya yang meremehkan dan berapi-api. Ada sebuah pisau di sampingnya. Dengan cepat, ia menancapkan pisau itu ke dada kiri Alex.

"Alex!" Teriak Annie yang tengah menangisi keberadaan Alex yang semakin menjauh dan berlumuran darah.

Tubuh Alex terjatuh. Sangat kecil. Ia masih meneriakkan nama Alex hingga lelaki yang ia rindukan itu lenyap, tertelan cahaya putih.

"Alex!"

**

"Alex!" Teriak Annie yang bangkit dari kesadarannya. Matanya membelalak lebar, jantungnya berdegup kencang. Kemejanya basah karena keringat dingin yang mengalir. Annie mengusap-usap dahinya.

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang