Annie dan Kate langsung menyambar tasnya dan pergi meninggalkan apartemen. Ini hari pertamanya kuliah setelah cuti beberapa minggu karena masalah sialan si Hans.
"Ini gara-gara kau Kate! Bagaimana bisa kau lupa menyalakan alarm?" Sahut Annie kesal.
"Biasanya kau suka menyalakannya sendiri. Tidak usah menyalahkanku."
Kedua berlari menuju halte bus. Tapi terlambat. Bus sudah melaju dengan kencang tanpa menyadari keberadaan mereka.
"Sial! Huaaa Kate bagaimana ini?" Rengek Annie.
Kate mengendurkan bahunya. "Mau tidak mau kita ambil kelas siang."
"Aku kan harus ke butik Kate. Apa kau sudah lupa begitu saja? Jangan-jangan juga ketika aku sampai di butik, aku langsung menerima gaji terakhirku gara-gara bolos beberapa minggu."
Kate memukul pundak Annie. "Tenanglah, Dave sudah memberitahu tentang keadaanmu."
Annie membelalakkan matanya dan mengelus dadanya kencang. "Huh, syukurlah!"
Tin tin!!
Tiba-tiba ada mobil menghampiri mereka yang termenung di tepi halte.
Annie dan Kate melongo. "Siapa ya?"
Saat itu juga kaca mobil terbuka dan menampakkan seorang lelaki menggunakan seragam kepolisian.
"Tristan?!" Teriak Kate.
"Hai. Ada Annie?" Tristan tersenyum
Oh, namanya Tristan. Gumam Annie dalam hati.
Annie hanya tersenyum kikuk melihat polisi muda di hadapannya. Apalagi saat membayangkan kejadian memalukan di kantor polisi yang lalu.
"Oh hai." Sambut Annie.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Tristan.
Kate angkat bicara, "Kami ingin ke kampus, tapi kami terlambat, hehe."
Tristan ber-oh ria dan akhirnya mengajak Annie dan Kate untuk pergi bersamanya. "Masuklah. Kuantar kalian ke kampus."
Kate melihat Annie masih berdiam diri dan memandang jalanan sendu. Ia menyikut lengan Annie menyadarkannya. "Masuklah." Bisik Kate.
"Kau saja!" Balas Annie mendesis. "Duduklah di depan."
"Dia polisi muda, kau yakin menyerahkannya padaku?" Goda Kate lagi masih berbisik.
Annie melotot pada Kate. Mulutnya gatal ingin memaki Kate saat itu juga. "Kau pikir aku murahan?" Annie mendorong-dorong punggung Kate mendekati mobil Tristan.
"Mengapa bisik-bisik? Ayo masuk." Kata Tristan menyadarkan Annie dan Kate.
Annie semakin mendorong tubuh Kate hingga masuk ke dalam mobil di kursi penumpang depan, sedangkan Annie memutuskan untuk berdiam diri di belakang.
"Kampus kalian di mana?" Tanya Tristan.
Kate menjawab. "Sangat berlawanan arah dari kantor polisi. Sepertinya kami akan sangat merepotkanmu, Tris."
Tristan terkekeh. "Tidak masalah. Aku akan mengantar kalian ke mana saja."
Annie hanya bisa diam. Malas menanggapi. Tristan memang good looking, tapi entah mengapa tidak ada sengatan listrik yang biasa ia rasakan saat Tristan menyentuhnya waktu itu. Tidak ada rasa spesial atau jantung yang jumpalitan. Tidak seperti bersama Alex atau Hans dulu.
Saat berada di persimpangan lampu merah, Annie memandang ke depan. Tidak sengaja ia melirik ke arah kaca spion dan yang membuatnya kaget, Tristan tengah memandanginya dengan sesekali melihat jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Mine
Acak"Tolong jangan biarkan orang lain menyentuhmu." Alex menangkup wajah Annie dan mencubit hidungnya pelan. "Itu milikku." Baiklah. Sekarang Annie kembali mual. Mual bahagia. Tunggu dulu, memangnya ada orang bahagia menjadi mual?