PART 9 - That Man

6.8K 321 5
                                    

"Annie, suhu tubuhmu naik lagi."

"Aku kenapa Kate? Aku juga bingung apa yang membuatku jatuh pingsan."

"Kata dokter kau hanya shock dan banyak pikiran." Kate melihat wajah Annie yang bertanya-tanya. "Mungkin kau terlalu banyak memikirkan Alex."

Annie melengos, langsung tertawa gugup. "Haha mana mungkin!"

"Kau kan suka padanya, pasti dia selalu ada di pikiranmu."

"Iya. Aku suka padanya sebagai teman."

Kate berkacak pinggang. "Kau ini sangat tidak konsisten! Kau gila padanya kemarin! Mana mungkin dekat dengannya bisa membuatmu gemetaran kalau kau hanya suka padanya sebagai teman?! Omong kosong."

Annie cemberut. "Mengapa kau marah padaku sih?"

"Aku tidak marah. Aku hanya memberitahumu."

Tiba-tiba ponsel Kate berdering. Kate meraih ponselnya di saku, lalu mengangkat.

Kate terdiam, membuat Annie bertanya-tanya ada apa yang terjadi. Detik itu juga air matanya turun dan menutup telepon tanpa sepatah kata pun.

"Ada apa Kate? Siapa yang meneleponmu? Apa yang terjadi?" Tanya Annie sambil mengguncang bahu sahabatnya itu.

"Ibuku sakit. Sakit parah. Aku harus mengurus kepulanganku hari ini juga."

Annie shock mendengarnya. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menggenggam tangan Kate.

"Sa-sakit apa Kate? Mengapa selama ini kau tidak memberitahuku?"

"Kanker payudara. Koma."

Tanpa basa-basi dan dengan air mata bercucuran, Kate beranjak membereskan segala pakaiannya di lemari.

"Tunggu, Kate. Nanti kuantar."

Tapi Kate mengabaikannya, menyuruh Annie kembali ke tempat tidurnya. "Kau masih sakit Annie. Aku tidak apa-apa. Aku hanya shock dan banyak pikiran, sama sepertimu. Bye! Nanti aku hubungi Alex."

Bisa-bisanya dia tersenyum dalam kondisi seperti ini.

Mulut Annie menganga, berusaha untuk membicarakan sesuatu, tetapi Kate sudah lebih dulu meninggalkannya.

**

Alex, ibuku sakit, jadi aku harus pulang dulu beberapa hari ini. Demamnya masih tinggi, tolong jaga Annie ya.
-Katie

Alex mengernyitkan dahinya. Apa? Annie sendiri di rumah? Kesempatan yang sangat bagus sepertinya. Ia langsung bergegas ke apartemen Annie yang tak jauh dari kedai kopi Bu Marsha.

Napas Alex tertahan saat melihat mobilnya di basement. Ia melihat coretan paku di beberapa sisi mobilnya. Kacanya retak seperti tertimpa kelapa jatuh. Ia meringis menahan sabar.

Alex mendekati mobilnya, ada selembar kertas diselipkan di pintu mobilnya.

Hi. Long time no see. Lange nicht gesehen.
-Hans

Alex tak tahan lagi. Batas kesabarannya sudah habis. Wajahnya merah padam. Jemarinya terkepal, sampai kuku-kukunya terlihat putih.

Apa yang dia inginkan? Bukankah ia sudah memiliki perusahaan ayah. Apa masih tidak cukup lagi?

**

Hans mendapat kabar buruk hari itu. Ayahnya, Gambell, sudah pergi meninggalkannya. Tidak ada lagi yang mengunjunginya di kantor, menanyakan keadaannya juga. Ia tidak dapat menerimanya dengan sepenuh hati. Tidak dapat dipungkirinya, kepergian Gambell sangat membuatnya merasa kehilangan.

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang