05. Katanya "Ketempelan"

78 26 4
                                    

¡Warn!
Typo bertebaran

Ruri terbangun dan langsung melihat sekitar. Tubuhnya terasa sangat lemas, ia yakin tak akan bisa berjalan begitu lama. Ruri memutuskan untuk tetap terbaring di ranjang.

Klinik dalam keadaan sepi di luaran sana tampak langit sangat mendung. Ruri merasa ada yang aneh dengan klinik ini, hawa dingin membuatnya semakin takut.

Dari ujung matanya Ruri dapat melihat sekilas sosok anak kecil berlari-larian melewati kamarnya.

Ruri memutuskan untuk kembali tidur dan berusaha mengabaikan segala sesuatu yang membuatnya takut.

"Ruri ... Ruri ..."

***

"Oh, Mas Tian mau jaga Ruri malem ini?" tanya Bhumi pada Tian.

Tian menganggukkan kepalanya, sembari memakai jaket ia membalas, "Idar 'kan lembur, kamu juga harus rekap nilai murid kamu toh."

Bhumi mengangguk-angguk mengerti. "Yaudah, hati-hati ya, Mas. Jangan sampai Ruri dibiarin sendiri."

Tian menatap Bhumi sekilas lalu menganggukkan kepalanya.

Bhumi mengantarkan Tian ke depan. Setelah berpamitan, Bhumi kembali menutup gerbang. Ia sempat terdiam karena merasakan ada yang menatapnya penuh penasaran.

Bhumi balik badan dan menatap penuh binar pada seekor kucing yang lagi bersantai di tanah.

"Hei, aku baru liat kamu ..."

Kucing hitam itu mulai nyaman dengan usapan dari Bhumi. Tubuh Bhumi memang terpaku oleh kucing hitam ini. Namun, tatapannya menatap penuh tajam pada jendela kamar berada paling utara.

Bhumi benar-benar melihat gorden itu tertutup kembali dengan cepat. Dalam sekilas dia menampakkan dirinya.

Bhumi mengangkat kucing hitam dan membawanya masuk, ia memutuskan untuk memelihara kucing hitam ini dan akan ia beri nama Nadhis.

***

Tian membantu Ruri untuk duduk dan bersandar pada kepala kasur. Ruri tampak masih lemas dan pucat. Tian menatap iba pada anak ini, Bhumi bilang Ruri jangan sampai ditinggal sendirian. Karena Ruri peka dan dia tak sadar akan hal itu.

Tian dengan pasti menyuapi Ruri, dengan bersih dan tanpa ada yang terjatuh.

"Kak, kok Kakak mau repot-repot rawat aku?" tanya Ruri.

Ruri memang penasaran dari kemarin. Semenjak Ruri terbangun seraya menangis hebat akibat sosok perempuan itu, mereka- Tian, Haidar dan Bhumi paling panik. Ruri masih ingat dengan raut wajah Bhumi yang tampak panik.

Mata emas itu sering Ruri temui di rumah. Warna mata yang mirip sekali dengan milik ibunya. Ruri merasa bersalah karena menganggap Ruri itu Ibunya, hanya karena mata mereka sama.

"Kalau Bhumi baik ke lo, gue juga harus baik ke lo," kata Tian membuat Ruri tidak paham sama sekali.

Tian melihat raut wajah Ruri yang kebingungan hanya bisa tertawa kecil seraya geleng-geleng kepala. Ia menaruh mangkuk di pahanya dan berpikir bagaimana ia akan menjelaskannya.

"Bhumi, Haidar temen deket gue selama gue jadi mahasiswa. Bhumi bagi gue itu orang yang berjasa, bagi Haidar juga. Makanya Bhumi baik ke lo, gue sama Haidar juga sama. Karena kita percaya Bhumi."

Manusia Setan || BBB SOLAR ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang