06. Santet

68 27 3
                                    

"Mas, Ruri itu sebenernya kenapa?" tanya Kanha.

"Lagi gampang drop, agaknya kecapean."

Bhumi sengaja berbohong. Ia tak ingin ada yang tahu bahwa Ruri sedang disukai oleh berbagai makhluk yang ada di Kost. Sean dan Rahandika benar-benar tak Bhumi kasih tau kecuali tiga teman dekatnya.

"Gak telpon orang tuanya?" tanya Kanha.

"Gak bisa dateng, lagi dinas di Singapur," balas Tian yang kembali mengecek ponselnya. Ia sudah berulang kali mengecek ponsel.

"Gak dibawa ke rumah sakit?" tanya Kanha.

Bhumi geleng-geleng kepalanya, lalu menjawab, "Mas Idar panggil dokter ke sini."

Kanha mengangguk-angguk mengerti, netranya melirik ke dalam kamar. Terdapat Ruri sedang termenung, terlihat wajahnya sangat pucat dan kantung matanya yang menghitam. Tampak sekali Ruri begitu lelah.

"Oi Kanha! Ayo, katanya mau nebeng di gue?"

Terlihat Rahandika menghampiri tiga orang dewasa dan remaja laki-laki yang sedang berkumpul di depan kamar Ruri. Rahandika sedikit mengintip ke dalam sana, Rahandika sudah mendengar bahwasannya Ruri sedang gampang sakit.

Bhumi sudah memeriksa suhu tubuh Ruri, untungnya tidak panas. Masih kisaran normal, hanya saja Bhumi tetap khawatir akan kesehatan Ruri.

"Oh iya, Mas sekalian pamit ya. Mau ngampus dulu," kata Kanha.

"Hati-hati."

Setelah Kanha dan Rahandika pergi. Mereka bertiga masih terdiam dan memikirkan sebuah solusi. Bhumi bilang pada Tian dan Haidar bahwa Ruri akan dalam bahaya jika dibiarkan begitu saja.

Tentu Tian bertanya, apa yang harus mereka lakukan sekarang? Bagaimana dengan nasib Ruri, si Anak Ceria.

"Kak Haidar ..."

Seketika mereka bertiga menoleh ke Ruri. Ruri tampak ingin turun dari ranjang, tentu dengan sigap Haidar melarang anak itu untuk turun.

"Kenapa, Ri?" tanya Haidar.

"Mau main ..." ucap Ruri dengan lemasnya. Haidar tentu menatap aneh pada Ruri. Anak ini masih ingin bermain walau dalam keadaan sakit.

Haidar menghela napas panjang. "Mau main apa emangnya?" Haidar masih meladeni tingkah anak-anaknya Ruri. Karena ia takut untuk menolak. Takut kejadian itu kembali terulang.

"Ke belakang," pinta Ruri.

Haidar langsung mengerti apa yang dipinta oleh Ruri. Anak ini tak betah di kamar, Ruri ingin menghirup udara segar, kedua kakinya ingin menginjak tanah.

"Jangan Ruri, dokter bentar lagi sampai loh," kata Bhumi.

Tapi Haidar menolak akan ucapan Bhumi yang menahan Ruri. "Bisa jalan?" tanyanya.

Ruri geleng kepala, wajahnya menunjukkan kesedihan membuat Hiadar terbujuk untuk menggendongnya. Haidar siap dengan punggungnya, tangannya membawa Ruri untuk segera naik ke punggungnya.

Bhumi mengerut, ia bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh Haidar. Dokter sebentar lagi akan tiba, tapi Haidar mengajak Ruri untuk ke belakang.

Bhumi dan Tian segera mengikuti Haidar yang menggendong Ruri menuju pintu belakang. Mereka berdua bertanya-tanya apa yang diinginkan oleh Ruri.

Tampak Haidar membersihkan sebuah papan kayu dari daun-daun kering, tanpa menurunkan Ruri dari punggungnya. Haidar memang memilki fisik yang bagus dan kuat sebab ia rajin berolahraga bersama Tian sedari dulu. Jadi tak heran diusianya yang ke-34 ini masih tetap sehat bugar dan terlihat muda.

Manusia Setan || BBB SOLAR ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang