Rahandika membuka pintu rumah dan membiarkan Sean masuk lebih dulu. Hingga ia menyusul dan kembali mengunci pintu.
"Habis dari mana?"
"AGH!"
Rahandika memegang dada kirinya yang terasa sekali detaknya. Ia dibuat kaget oleh Kanha yang berdiri dengan wajah yang menggambarkan tak suka.
"Habis nonton," kata Sean sembari melepaskan sepatunya. Begitupun dengan Rahandika.
Sean tanpa basa-basi lagi langsung pergi duluan meninggalkan Rahandika dengan Kanha.
"Harusnya kabarin, Mas. Biar aku tau kapan gembokin gerbang," kata Kanha.
Rahandika hanya menggaruk-garuk kepalanya. "Iya, tadi kelupaan soalnya gue sama Sean telat masuk studio."
Setelah berbicara dengan Kanha, Rahandika memutuskan untuk masuk ke kamar.
Rahandika melemparkan ranselnya ke kasur dan langsung melepaskan pakaiannya dan hanya tersisa baju tanpa lengan yang sangat pas di tubuh.
Kemudian ia menyalakan kipas angin dan mulai untuk tidur.
Satu jam sudah berlalu.
Srak ...
Srak ...
Kedua alis itu bertaut, pergerakan dari tubuhnya terlihat sangat terganggu.
Srak ...
Srak ...
Rahandika langsung membuka kedua matanya. Ia menatap was-was ke arah lemari.
Suara garukan dari lemari itu berhenti membuat Rahandika semakin takut.
"Hihihihi."
Rahandika terperanjat dan segera beranjak dari kasur, membawa bantal dan guling. Kemudian ia keluar dari kamar dan pergi ke seberang kamar.
Pintu kamar Sean ia ketuk dengan brutal. Si Pemilik kamar tentu keluar dengan raut wajah yang kesal.
"Kenapa sih! Berisik anjir udah tengah malem!"
Rahandika langsung menyerobot masuk dan tidak peduli telah menabrak Sean.
Sean terus menatap Rahandika dengan kesal. Hingga ia menyusul anak itu di kasur.
"Ngapain? Sono balik ke kamar lu."
Rahandika geleng-geleng kepala. "Mau di sini aja, adem."
"Halah kocak, gue juga kepanasan ini," kata Sean.
Rahandika memerhatikan bahwa Sean sepertinya baru selesai mandi. Surai hitamnya masih terlihat basah.
"Pokoknya gue mau tidur di sini, titik!" Rahandika langsung pindah ke pojok kasur dan segera memejamkan kedua matanya.
Sean menghela napas berat. Rahandika ini temannya selama ospek sekitar 3 tahun lalu. Mereka bertahan dengan pertemanan ini karena selalu satu kost.
Terkahir kali kost yang mereka sewa itu sedikit aneh. Karena Rahandika terus menerus diteror dengan hal ghaib.
Rahandika, laki-laki dengan penampilan yang selalu seperti preman. Tak memungkiri bahwa dia tidak takut dengan hal-hal mistis. Buktinya sekarang dia tengah ketakutan setengah mati.
Dan Sean sadar akan hal itu. Lebih baik Sean menyusul Rahandika di alam mimpi.
***
"Sean?"
"Han ..."
Rahandika menghampiri Sean dan mengambil kain merah berisikan tengkorak dan beberapa hal aneh lainnya. Ia langsung buang benda itu di tong sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Setan || BBB SOLAR ||
Historia CortaKost Ranjana adalah sebuah Kost yang harganya terjangkau murah. Cocok untuk kaum mendang mending. Pemilik Kost ini adalah Kanha Abimanyu. Seorang mahasiswa yang menjadi pemilik Kost ini setelah Ibunya tiada dua tahun lalu. Suatu hari Kost Ranjana ke...