7. terbongkar kemana perginya para raja dan ratu

6 1 0
                                    

Giovan POV
Setelah acara peluk dia semakin berani mengelus rambutku yang acak - acakan dengan perasaan hati yang berbunga, lagi - lagi Mahes yang belum pergi sudah bersiap dengan sihir tanahnya untuk membungkam ku nantinya.

Aryan yang entah dari mana bergelan tungan di lengan sang pertama, dia juga sempat melayangkan protesnya.

"Putra mahkota anda dipanggil yang mulia raja,". kelihatan sekali, bahwa kakakku malas untuk bertemu ayah.

"Pimpin jalan,". Yang pertama tidak izin, dan yang lainnya menatapku se olah keputusan ada ditanganku sekarang. Ice juga tidak terkecuali

"Curi dengar yuk kak?,". Sepertinya si Mahes juga tak sabar.

"Ayo aja,". Kamipun segera pergi dari halaman.

Mataku dan yang lain terbelalak, apa yang di ucapkan ayah di dalam ruangan tidak masuk akal.
Berkat Ice, sihir peredam suara dapat kita akses hanya dengan boneka paus milik yang ke lima.

"Hidromeia menginginkan perjodoh an denganmu putraku, apa pilihan - mu?,". Erzan tetap tenang.

"Kerajaan musuh ya?, apa aku jadi seorang tawanan yang mulia?,". Arvan yang mendengar dibuat marah, beruntungnya masih bertahan.

"Peka juga ya anda, jadi kamu di sana sebagai mata - mata kami,". Tawa menggelegar datang dari Erzan yang menggeleng pelan.

"Pernikahan itu bukan mainan yah, bukankah lebih baik kau yang melakukan pekerjaan itu?,".

Semua terdiam, tidak terkecuali ayah juga.
"Atau kau kehabisan pion berharga - mu?, aku turut berduka. Erzan minta maaf jika memilih yang salah ke depannya,". Mata semuanya terbelalak di buatnya.

Erzan melempar bubuk kecil ke arah yang mulia, namun ketika sadar. Erzan menusukkan pedangnya ke perutnya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi.

"Tidak mungkin?, apa yang dia pegang itu kalung milik ayah?, dan bagaimana dia mendapatkan itu?,". Ice mengatakan, se olah dia tau apa yang sedang di perbuat oleh putra mahkota di dalam ruangan.

Muka ayah yang ekspresi datar ber ubah kepanikan.
"Menurutmu apa yang kau lakukan nak?,". Erzan tersenyum sangat tipis, tubuhnya sudah jatuh terduduk menahan sakit di perutnya, namun tangannya lebih menekan lagi. Sehingga pedang itu tembus dari tubuhnya, yang mulai ambruk ke tanah.

Dengan hidup di ujung tanduk,
"Uhuk, m-misi s-sang r-ratu komplit. Jagalah yang lain, uhuk selamat tinggal ayahanda,". Erzan sudah ter
diam di tanah, dengan elemen petir meninggalkan tubuhnya. Termasuk peri Supra yang tersenyum menawan bersamaan dengan tubuh sang peri yang berubah ke partikel kecil.

Prang...
Bunyi dari keretakkan cincin membuat ayah memeluk tubuh dingin Erzan. Kalung yang dililitkan pada gagang pedang, sedikit menyetrum ayah sampai - sampai dia menghancurkan liontin itu dengan air mata.

Ice segera memasuki ruangan dan me meluk tubuhnya dengan tangisannya.
"Nggak li, kau harus hidup. Kau melanggar janji kita untuk main bareng dengan yang lain?,". Namun, tidak mendapatkan jawaban.

Ayah dan Vian berusaha menyelamat kan nyawanya, namun aku menolak tau. Jika Erzan kakak sulung kami bunuh diri tepat menusukkan jantung nya, aku mengusap wajah dia yang pucat.

"Kesalahan apapun yang Giovan buat, tolong maafkan,". Givan sudah menatap kami dengan tatapan kosong, sedangkan ayah semakin memeluk tubuh kakak tidak rela di pisahkan.

Suara Givano, terdengar sebeku es degan perasaan kosong.
"Aku tau cara menghidupkannya, namun bayarannya tidaklah mudah. Apakah kalian semua bersedia kehilanganku?, tapi Erzan tidak hidup di dunia ini,". Kami serempak meng geleng bahkan, ayah juga berniat ber sumpah janji.

"Cukup hanya Erzan saja, kami tidak akan menyia-nyiakan tentang hidup mu Givan. Kita akan berpamitan dengan kepergian kakak kalian tercinta,". Ucap ayah, dia menyuruh pelayan untuk menyiapkan kepulangan sang sulung.

Upacara telah berlalu, namun aku masih di bayangi janji manis yang di lontarkan Erzan. Ice juga akan di Lantik menjadi putra mahkota selanjutnya besok, bagaimanapun dia adalah satu - satunya keturunan langsung dari yang mulia ratu.

"Janji yang tidak pernah terjadi bukan?,". Tiba-tiba ada kupu - kupu yang menghiburku, dan aku seperti melihat kilasan dinding istana yang berwarna biru cerah. Itu berbeda dari Arthopoda yang memiliki warna coklat namun megah.

"Kira - kira kau tau tidak mengapa aku di perlihatkan itu kupu-kupu?,". Bisikku yang masih di landa kesuraman, suasananya juga cukup mendukung.

Sebuah Aura merah tercipta sampai aku di buat terhenyak kebelakang, karena dia juga bisa berbicara.
'Kau sangat tidak cocok untuk murung matahariku, biar kuberi tau dengan sedikit waktu,". Aku sama sekali tidak bicara, aku ingin merekam suaranya yang lembut dengan senyuman lembut terukir di wajahnya.

"Kita sejatinya bukan kakak adik, kita lahir di beda orang tua. Saat itu Amato memiliki sihir hitam, hingga orang tua kita pergi untuk mengusir sihir itu," walaupun aku terkejut, aku menahan segala perasaanku.

"Namun mereka hanya bisa mengum pulkan sihir di dalam tubuh dengan sebagai liontin di kalung ayah, ayah juga berjanji untuk menjaga kita semua. Nasib orang tua aku duga mereka menghilang tanpa jejak. Namun, liontin dan cincin tidak membiarkan Amato untuk men jagaku lebih lama,".

Fakta yang ingin aku tolak, namun mulutku terkunci seolah - olah itu per buatan sang aura.
"Terlepas dari rumor hari kelahiran ku, itu kenyataan. Bahwa saya seorang pewaris tahta kerajaan Gur'latan yaitu putra mahkota dari yang mulia ratu Ratna,". Rambut aura itu berubah jadi merah senada dengan maniknya.

"Dan kamu, adalah pangeran putra mahkota dari Windara. Kita lahir di waktu yang sama, dan Amato cerdas menipu soal keturunan kita semua,". Dia masih tidak berhenti sampai ke nama Lighter, dan siapa yang harus diwaspadai setelah dia mengaku dia sempat membunuh raja iblis dengan sangat singkat.

"Aku sempat membunuh dia setelah aku melempar bubuk ke Amato, aku sudah merencanakan ini sudah sangat jauh. Kekuatanku yang merupakan murni kerajaan Gur'latan sangat ampuh untuk mengatasi bedebah menyebalkan raja iblis,".

Dia menatapku lagi, seolah ini yang paling penting dari informasi yang aku tidak yakin. Kapan Erzan dapat.

"Aku juga tau siapa yang menyingkir kan duri - duri yang mengangguku, salah satunya Duke Graviensi dan Marquez Leonardo. Itu ulah Vian bukan?, bagi tau dia aku berterima kasih dan maaf karena pulang lebih awal,". Dia senyum bahagia sekali, aku tidak kuat.

"Akan ku sampaikan pada Durvian,". Ucapku tenang.

"Kekeke, aku tau kamu orang yang tepat. Aku selalu dan lebih menyayangimu dari yang kau duga, semangat pangeran Windara,". Suara nya terdengar ceria, aku yakin. Suara ini yang akan selalu menghibur ku ketika di masa depan.

Aku tersadar saat kena timpuk boneka paus milik Givan yang bibir nya sudah maju, dia terlihat kesal.
"Di panggil itu merespon, walaupun aku akan jadi putra mahkota selanjut nya. Aku ini masih adikmu yang imut dan sayang kamu,". Dia duduk di sampingku, lalu mengambil kembali barang yang udah dia lempar.

Imut, sampai aku terbayang keimutan dari Erzan yang tiba-tiba muncul.
"Maaf, kita akan pergi ke kerajaan Windara untuk mencari misteri,". Dia juga tersenyum cerah, menjadikan lenganku bantal.

Siapa Yang Berhak?. (S1 End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang