Happy Reading❣
.
.
.
.Annaya Aozora Randara, seorang gadis berusia 17 tahun yang sedikit lagi tengah menaiki bangku kelas 12 itu tengah terfokus kepada seseorang yang berada di depannya. Aozora yang kerap disapa Zora ini tengah fokus memperhatikan Rakha Bumantara - selaku Ketua OSIS SMK Winarwa. Zora yang menopang kepalanya dengan dagu itu tidak mengalihkan atensinya dari Rakha.
"Jadi target kita bukan hanya sekedar warga sekolah saja. Namun, masyarakat juga bisa ikut merasakan apa yang kita produksi," ucap Rakha yang sesekali melihat anggota-anggotanya tersebut.
"Lalu bagaimana cara kita untuk memberi tahu masyarakat sekitar tentang barang yang kita jual ini?" Ucap salah satu anggota.
Zora berdiri dari duduknya, "Kita bisa menggunakan media sosial kita. Seperti WhatsApp, Instagram, dan sebagainya untuk menginfokannya. Kita juga bisa menggunakan poster dan di tempel di lingkungan sekitar sekolah. Lalu, bisa juga memakai sistem pre-order untuk menjualnya. Dengan begitu, kita tidak akan lelah untuk mengolahnya."
Rakha yang fokus memperhatikan Zora tersenyum. "Betul apa yang dikatakan oleh Zora, dan kita akan memakai sistem yang telah disampaikan oleh Zora. Oke, kita cukupkan rapat hari ini karena sebentar lagi akan gelap. Apakah ada yang mau ditanyakan lagi?"
"Untuk pengolahan dan pengumumannya akan dilaksanakan kapan, Kak?"
"Lalu, apakah pihak sekolah sudah setuju dengan ide kita, Kak?"
"Apakah untuk tim desain nya bisa ditambah, Kak?".
"Oke, pertanyaannya sangat bagus. Untuk pertanyaan tersebut akan kita bahas di rapat selanjutnya ya. Rani tolong dicatat untuk materi rapat berukutnya, ya?" Ucap Rakha.
"Oke siap".
"Kalau gitu rapat kali ini kita tutup dengan membaca hamdallah".
"Alhamdulillah hirobbil 'alamin," ucap semua peserta rapat.
♡ Aozora ♡
Sore itu setelah rapat selesai Zora bergegas ke halte sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30, dimana sebentar lagi bus sekolah akan selesai beroperasi. Zora sampai di halte tersebut dengan napas terengah-engah. "Semoga masih ada Bus nya," ucap Zora.
Tidak berselang lama, motor besar berwarna hitam berhenti di depan Zora. Pemuda berjaket hitam serta helm fullface yang ia kenakan pasti membuat siapa saja tercengang. Begitu juga dengan Zora, ia terperangah sepersekian detik.
"Masih disini, Ra?" Ucap Rakha, namun Zora tidak menanggapi ucapan Rakha.
"Ra?" Rakha melambaikan tangannya di depan wajah Zora.
"Eh. Iya. Lagi nunggu bus gue," ucapnya.
"Bareng gue ayo. Udah sore juga lihat udah mau gelap," ucap Rakha seraya menepuk jok motor yang kosong tersebut.
Memang benar yang dikatakan oleh Rakha. Langit yang semula jingga berubah menjadi orange dan sebentar lagi akan tergantikan oleh langit yang gelap.
Zora menggeleng. "Nggak usah. Gue nunggu bus aja biar bisa tidur gue." Memang benar, Zora sebenarnya sudah mengantuk dan tidur di bus merupakan sebuah kenikmatan bagi Zora.
"Dah, naik aja. Udah sepi, mau gelap lagi," ucap Rakha meyakinkan Zora.
Zora memperhatikan sekitar. Memang sepi, dan apakah bus terakhir sudah lewat? Karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.55, tidak ada pilihan lain. Akhirnya Zora mengiyakan ajakan Rakha.
"Oke, gue nebeng lu, ya? Tapi untuk kali ini aja," sarkas Zora.
Bukan tanpa sebab Zora menolak ajakan Rakha. Karena rumah Rakha dan zora berlawanan arah dan Zora tidak ingin merepotkan Rakha yang mungkin saja Rakha lebih lelah dibanding Zora.
Kedua insan itu pun pergi meninggalkan halte bus tersebut. Mereka berkendara ditemani daun-daun yang menari mengikuti arah angin yang diciptakan oleh mereka. Langit yang mulai jingga juga menambah suasana menjadi sangat hangat.
Rakha melihat Zora dari kaca spion motornya, senyum yang mengembang dari bibir Zora ketika melihat langit pasti membuat siapa saja akan reflek ikut tersenyum.
Sadar akan diperhatikan oleh Rakha, Zora melihat ke arah spion motor. "Kenapa senyum?" Ucap Zora.
Rakha yang panik langsung mengalihkan pandangannya. "Hah, nggak ada yang senyum," paniknya.
"Ye, keliatan dari mata lu" Sarkas Zora. Keduanya sama sama terdiam beberapa saat.
"Ra, capek ga?" Ujar Rakha tiba-tiba.
Zora yang sedang fokus melihat langit-langit tersentak kaget. "Hah, apa? Capek?"
"Iya" Teriak Rakha.
"Tadi sih iya. Tapi sekarang nggak deh. Awan nya lagi bagus jadi capek gue hilang" Teriak Zora.
"Ra, besok mau ga ke pantai kita lihat sunset bareng bareng?" Pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Rakha membuat Zora mengernyitkan dahinya.
Apa Zora tidak salah dengar? Seorang ketua OSIS yang dingin, sinis, galak ini ingin melihat sunset dengannya? Rakha yang selalu Zora lihat sangat keras kepala ini ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah seketika menjadi orang yang sangat amat ramah.
"Duh, maaf banget Kha, besok gua udah ada planning," tolak Zora.
"Tapi kalau gua ajak kapan-kapan lagi bisa?"
"Gue usahain ya."
♡ Aozora ♡
Pagi-pagi sekali Zora sudah berkutik di dapur. Zora hari ini berencana untuk mengunjungi rumah ayahnya yang berada di daerah Bogor. Hal itu juga yang membuat Zora sangat bersemangat lagi ini.
Ketika masakan sudah siap, Ia bergegas mandi dan berdandan. Entahlah, Zora tidak suka memakai make up, Namun di depan ayahnya Ia ingin terlihat cantik
Hubungan Zora dengan sang ayah memang tidak cukup baik. Bukan karena sang ayah tidak peduli Zora lagi, namun jika dijadikan pilihan antara Zora dengan keluarga barunya. Sudah dipastikan bahwa ayahnya itu akan memilih keluarga barunya.
Selama di perjalanan rasa senang, cemas, takut dan gelisah bercampur menjadi satu. Senang karena akan bertemu dengan ayahnya, namun takut akan penolakan yang akan ia hadapi nantinya.
Zora teringat oleh Ibu tirinya yang tidak menyukai dirinya. Zora temenung. Apakah nanti ayahnya akan menyambutnya? Atau justru sebaliknya?
To be continue...
Terimakasih sudah membaca cerita ku ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora
Teen Fiction"Orang tua kita yang bersalah namun mengapa semesta yang menghukum kita, Ra? ~~~ Annaya Aozora Randara namanya, gadis berusia 17 tahun yang tengah menginjak bangku menengah atas itu harus merasakan kesepian karena harus berpisah dari orang tuanya...