Happy reading...
.
.
.Sore hari setelah selesai jam pelajaran, Zora diantar oleh Rakha dan juga Haikal pulang ke rumah Zora, tentunya bersama Annara.
"Ra, lu besok jangan masuk, ya biar gue yang izinin ke guru mapel," pinta Annara kepada Zora.
"Kalau gue gak masuk, gue bosan banget, An di rumah," tolaknya.
Annara menghela napas lelah, Zora memang seperti itu, ia akan berpegang teguh dengan kemauannya.
"Ayolah Zora, nanti malam gue nginap di rumah lu, deh, ya?" pinta Annara sekali lagi.
"Ya udah, gak masalah."
"Oke, nanti gue pulang dulu ambil baju, ya, Ra."
♡ Aozora ♡
Pagi-pagi sekali Annara sudah bersiap untuk sekolah. Jujur dirinya tidak bisa tidur semalaman karena suhu badan Zora yang tiba-tiba naik dan terus mengigau menyebut nama ayahnya. Alhasil Annara menemani Zora untuk mengompres badannya yang suhunya hampir 40 derajat itu.
Annara memang tidak mengetahui hal apa yang telah terjadi oleh Zora. Zora sangat tertutup kepada Annara, Zora akan bercerita jika di pancing oleh Annara.
Meskipun begitu, hanya Zora lah yang bersedia menampung cerita random Annara.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Annara sudah memberitahu Rakha untuk membelikan sarapan bubur kepada Zora dan Rakha meng-iyakan permintaan Annara.
Tidak lama suara motor berhenti tepat di depan pagar rumah Zora.
Tin... Tiiiinnn...
Bunyi klakson yang dihasilkan oleh suara motor Rakha berhasil membangunkan Zora yang sedang tertidur lelap.
"An, mau berangkat?" tanya Zora.
Annara yang sedang mengikat dasi melihat ke arah Zora. "Iya, udah mendingan, Ra?"
"Kayanya udah," ucap Zora yang mengecek dahinya menggunakan tangan.
Annara bergegas membantu Zora yang kesulitan itu. "Keluar dulu, yuk. Rakha udah beliin bubur buat lu sarapan."
Annara sebenarnya heran dengan Zora. Menurut Annara, rumah minimalis berdominan putih milik Zora itu sangat amat terasa nyaman jika dipakai untuk berleha-leha seharian di rumah, namun berbanding terbalik dengan Zora yang tidak betah berlama-lama di rumahnya ini.
Zora keluar dibantu oleh Annara. "Ra, benar gapapa di tinggal sendiri?" tanya Annara khawatir."Gapapa, udah kalian berangkat sana biar gue sarapan sendiri di sini," ucap Zora. Sebenarnya Zora tidak enak dengan Annara yang semalaman menjaga Zora karena demam.
Mungkin saja jika sang Ibu tidak pindah ke Bandung, meskipun sakit Zora akan tetap merasa nyaman karena ada sang ibu yang memperhatikannya.
"Gue pamit, ya, Ra," ujar Annara.
Zora mengangguk, "Iya."
Setelah Annara dan Rakha berpamitan untuk sekolah, Zora termenung melihat sekeliling rumahnya. "Sepi lagi, deh," gumam Zora.
Zora tinggal hanya sendiri di rumah yang sangat minimalis ini. Dulu, semua amat sangat bahagia tinggal di dalam rumah ini. Selalu ada canda, tawa, gurauan, lelucon, serta cerita-cerita yang sangat unik di dalamnya. Namun, semua itu telah berlalu, semuanya telah usai dan asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora
Teen Fiction"Orang tua kita yang bersalah namun mengapa semesta yang menghukum kita, Ra? ~~~ Annaya Aozora Randara namanya, gadis berusia 17 tahun yang tengah menginjak bangku menengah atas itu harus merasakan kesepian karena harus berpisah dari orang tuanya...