Malam itu angin berhembus sangat kencang. Bisingnya suara riuh kendaraan serta klakson itu menandakan ada kemacetan di jalan raya.
"WOY, MINGGIR!"
"KALAU MAU BERANTEM JANGAN DI SINI!"
TIN... TIN... TIN...
Kira-kira begitulah teriakan para pengendara. Di perempatan jalan Melati terlihat beberapa pemuda sedang bertengkar, memang terlihat menggunakan tangan kosong namun pertengkaran tersebut telah berlangsung 20 menit lamanya hingga menimbulkan kepadatan di jalan itu.
Salaha satu pemuda tersebut bernama Haikal Putra Nadewa, pemuda berkulit sawo matang dengan tinggi 174 cm itu tengah berkelahi dengan salah satu pemuda yang bernama Johan.
Johan tersungkur ke tanah karena Haikal berhasil memberikan pukulan di bagian perut Johan. Dengan napas yang tidak beraturan Haikal memberi jeda pertengkaran itu, "Lu kalau gak suka gue lolos futsal seharusnya bermain secara sehat. Nggak kayak gini caranya,"
"Kalau gue mau kayak gini gimana? Mending lu keluar aja deh dari SMK Winarwa. Sekolah itu terlalu mahal buat lu, apalagi gue dengar bokap lu tukang judi, ya?" celetuk Johan yang membuat Haikal semakin marah.
"KURANG AJAR LU, YA!!"
Haikal menarik kerah baju Johan dan meonjoknya berulang-ulang kali hingga membuat wajah Johan lebam di beberapa sudut wajahnya.
Haikal semakin membrutalkan aksinya itu karena Johan tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan, justru Johan tersenyum mengejek menatap Haikal.
Suara gemuruh terdengar di langit, begitu juga suara klakson motor yang tidak berhenti dari tadi. Haikal menyadari hal itu, ia menarik Johan untuk menepi lalu membanting Johan ke tanah.
"Jangan pernah bawa-bawa bokap gue dalam permasalahan apapun," tekan Haikal kepada Johan dan meninggalkan Johan yang terkapar lemas.
Haikal Putra Nadewa
Kini, hanya suara motornya yang menggema di sepanjang jalan, hingga tiba-tiba gemuruh terdengar begitu keras di langit. Hujan deras turun begitu saja, seperti memutuskan meredakan amarahnya.
Bukannya menepi, Haikal justru melajukan motornya di sepanjang jalan yang sepi itu. "Ternyata seru juga terobos hujan," gumam Haikal.
Hingga tiba-tiba ia berhenti dimana ia melihat seorang yang menurut Haikal sangat familiar. Haikal memarkirkan motornya berlawanan dengan orang tersebut lalu menghampirinya.
Siapa sangka yang Haikal lihat adalah Annara. Tidak pikir panjang, Haikal menghampiri Annara yang sedang memeluk lututnya seperti sedang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora
Fiksi Remaja"Orang tua kita yang bersalah namun mengapa semesta yang menghukum kita, Ra? ~~~ Annaya Aozora Randara namanya, gadis berusia 17 tahun yang tengah menginjak bangku menengah atas itu harus merasakan kesepian karena harus berpisah dari orang tuanya...