Chapter 3

10 3 0
                                    

Happy Reading...

.
.
.
.

Pagi itu setelah selesai upacara Zora langsung berbaring di atas meja dengan tangan yang terlipat.

Bayang-bayang perkelahian kemarin masih terngiang hingga sekarang. Namun meskipun begitu, Zora tidak pantang menyerah. Zora akan tetap mencoba lagi dan lagi agar ia bisa mendapatkan pelukan yang rasanya hampir hilang itu.

Walaupun sudah di tolak berkali-kali atau bahkan berpuluh-puluh kali, Zora tetap tidak bisa membenci ayahnya, sekalipun banyak orang yang sangat membenci ayahnya karena perlakuannya.

Zora berpikir bahwa sejahat apapun sang ayah, ia masih tetap ayah Zora, ayah kandung Zora dan Zora masih membutuhkan sosok dan peran sang ayah di dalam kehidupannya.

"Ra."

Ya, itu suara Annara. Teman SD Zora dahulu dan sekarang dipertemukan lagi di Kelas Kejuruan yang sama. Hal itu membuat Zora senang karena ia bertemu dengan teman yang sudah ia kenal.

Zora mengangkat kepalanya dan menatap Annara dengan tatapan bertanya. "Hmm?" ucapnya.

"Lu dekat, kan sama Rakha anak RPL?"

"Nggak," singkatnya dan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya lagi.

"Gue lihat kemarin lu pulang bareng, Ra sama Rakha."

"Itu karena gue pulang kesorean, pada ngaret semua anak OSIS."

Annara mengangguk paham, "Ra, bantuin gue mau ga?" tanya Annara. Waaupun Zora terlihat tidak peduli, Zora tetap mendengarkan Annara. "Apa?" jawab Zora dengan pandangan ke arah Annara.

Annara menyodorkan sebuah susu fullcream dengan notes di atasnya. Zora mengernyitkan alisnya menatap Annara dengan ekspresi penuh tanya.

"Tolong," ucap Annara dengan penuh harap.

"Apa ini? Suka lu sama Rakha? Ing-" perkataan Zora terhenti lantaran Annara membekap mulut Zora dan Annara membulatkan matanya lebar-lebar.

"Jangan ngomong disini," ucap Annara pelan.

"Lu? Ah, gue tau ni," ucap Zora dengan senyuman penuh arti.

Zora mengambil susu yang Annara pegang. "Nanti gue sampein, gue dukung kalau lu sama Rakha, kalau bisa luluhin ya hati dia, ya."

"GUYS.... Gue dapat info nih dari anak sebelah katanya guru-guru ada rapat dadakan sama kepala sekolah jadiiii....," ucap Haikal menggantungkan kalimatnya.

"JADI KITA FREE...," teriak seluruh siswa.

"NGGAK. Kata siapa. Ingat pelajaran pertama kita Hari Senin apaaa? Apa, Ham." tanya Haikal kepada sang ketua kelas.

"Jadi tadi gue udah konfirmasi ke Bu Erna bahwa kita disuruh pelajari materi tentang Transformasi nah pertemuan selanjutnya bakal ada sesi tanya jawab sama Bu Erna," jelas Ilham.

"TERUS KALIAN MAU BELAJAR?" teriak Haikal.

"NGGAK," jawab kompak seluruh siswa. Tentunya matematika merupakan pelajaran yang paling sedikit diminati oleh siswa-siswi. Apalagi pelajaran pertama yang membuat seluruh siswa bermusuhan dengan yang namanya matematika.

Mengapa Ilham tidak mau menghentikan Haikal? Karena Haikal tetaplah Haikal, orang yang konyol, dan orang yang tidak mau mendengarkan perkataan orang lain.

Haikal mulai mengambil sapu lidi yang berada di belakang pintu kelas. "KALIAN TAHU, KAN LAGU YANG LAGI VIRAL SEKARANG APAAA?" teriaknya lagi.

"APATEU."

AozoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang