Bagian 3

147 28 2
                                    

Jam kerja telah usai. Laksana segera mengemasi mejanya dan bersiap untuk pulang

"Mbak gue duluan ya" Pamit Laksana pada Dewi

"Ati-ati San" Sahut Dewi

Laksana menuju ke mobilnya yang ada di parkiran setelah itu ia melajukan mobil nya menuju ke cafe—tempat dimana ia janjian dinner dengan Anjani

Sambil menyetir, sesekali Laksana tersenyum. Ia sangat merindukan momen-momen seperti ini dengan kekasihnya itu. Setidaknya hanya dengan bertemu Anjani sudah cukup menjadi booster untuknya

Satu jam lebih perjalanan, Laksana telah tiba di cafe, lalu ia memilih meja untuk dua orang

"Permisi kak, mau pesan apa?" Tanya pelayan

"Cappucino aja" Jawab Laksana

"Baik, ada tambahan lagi?"

Laksana menggeleng "nanti aja mbak, saya lagi nunggu orang"

"Baik kak, mohon ditunggu pesanannya"

***

Sedangkan itu, Anjani sedang meeting bersama atasannya yang bernama bu Diana dan juga beberapa model untuk membahas launching majalah baru mereka

Drrrttt..

Drrrttt..

Getaran ponsel membuat Anjani perhatian Anjani teralihkan

Anjani melihat ponselnya, ada panggilan masuk dari Laksana. Ia membelalakan matanya saat melihat jam

"Astaga, gue lupa. Gue kan ada janji dinner sama Laksana" Batin Anjani

"Bego Jani, Bisa-bisanya lo lupa hal sepenting ini"

Karena hal itu, membuat Anjani menjadi sangat gelisah "Ehmm.. Permisi bu, saya izin angkat telepon dulu ya" Izin Anjani segan

Bu Diana mengangguk "silahkan Jani"

"Terima kasih bu"

Setelah mendapatkan izin, Anjani keluar dari ruangan meeting lalu segera mengangkat panggilan masuk dari Laksana

"Hai, kamu dimana?" Tanya Laksana

"Ehmm.. Aku masih di kantor sayang. Maaf ya sepertinya kita gabisa dinner hari ini deh" Kata Anjani dengan sangat menyesal

Laksana hanya bisa menghela nafasnya "sigh.."

"Aku bener-bener minta maaf. Kamu udah nunggu lama ya?"

"Hmm"

"Kamu pasti marah sama aku"

"Enggak"

"Maaf ya, kita dinner next time. Aku janji"

Lagi-lagi Laksana menghela nafas "sigh..oke"

"Yaudah ya, aku lanjut meeting lagi. Kamu hati-hati kalau pulang" Ujar Anjani

"Iya, Bye"

Pip
Laksana menutup panggilannya begitu saja. Entahlah, rasanya  pasti marah, kesal dan kecewa disaat yang bersamaan. Tapi ia tidak mungkin bisa menyalahkan siapa-siapa karena keadaannya begini

Laksana segera membayar pesanannya lalu pergi dari cafe dan pulang

Entah kesialan apa lagi yang menimpa nya, ditengah perjalanan tiba-tiba mobilnya mogok.

Brakkkk
Laksana memukul stir mobilnya "ARRRGGHHHH!!! BANGSAAAATT!!" Hari ini benar-benar menguras emosinya, rasanya sangat melelahkan hidup seperti ini

Laksana (3rd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang