Langit mendung menjadi pemandangan mata untuk koganegawa, tidak ada bintang malam ini tidak ada juga suara-suara canda dari teman-teman nya.
Malam ke tiga dia di rumah sakit, kogane meyakinkan pada mereka semua kalau dia sudah tidak papa, alhasil goshiki dan kageyama pulang selepas isya tadi.
Sekarang sudah pukul delapan malam sedangkan dia masih ada di luar, memutuskan jalan-jalan mencari udara segar.
"Kanji, kapan pun kamu butuh mbak bilang ya? sampe kapan pun kamu tetep adek aku."
Koganegawa menghela nafas, suara sakunami pagi tadi terekam kembali, bayang-bayang kebahagiaan yang mereka buat selama beberapa tahun sesekali terputar di pikiran pria itu.
Flashback
Seperti biasa beberapa perawat masuk untuk mengganti infus yang sudah habis, kogane sempat di nyatakan demam juga kurang nutrisi karna tidak cukup makan dan tidak cukup tidur, alhasil dokter menyarankan untuk di infus saja.
Perawat keluar, ustadz yuuji yang setelah subuh datang juga ikut permisi beli makanan, jadi lah kogane sendirian di dalam kamar.
Ia pikir bisa kembali tidur tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, menampilkan sepasang manusia yang paling tidak mau ia temui saat ini.
"Kanji"
Koganegawa mengalihkan wajah saat namanya di panggil, nampak sekali nada khawatir di suara itu. "Gimana keadaan kamu?"
Hening, memilih untuk tidak menjawab, atau bisa di bilang dia tidak kuasa untuk berbicara. mereka datang berdua, bukan lagi berstatus sebagai teman tapi sudah suami istri.
Yang artinya dia tidak berhak mengharapkan wanita di hadapan nya lagi, orang yang dia sukai sudah menjadi milik orang lain.
"Kanji?" Lagi sakunami memanggil
"Maaf aku ga bisa dateng" Lirih yang lebih muda "Selamat ya mbak"
Kogane bisa melihat sakunami menunduk, dengan tangan yang mencengkram rok nya, sedangkan laki-laki yang berdiri tidak jauh dari ranjang hanya bisa menatap.
"Makasih" Seru laki-laki yang kogane ketahui sebagai suami sah dari sakunami
Satu-satunya perempuan di sana lagi-lagi tidak bisa berbuat apapun. semua yang ia rencanakan di dalam hati tentang koganegawa tidak bisa terlaksana.
Sejatinya manusia memang bisa berencana tapi Allah lah yang menentukan takdir, mereka di takdirkan hanya untuk bertemu bukan bersatu.
"Kamu udah makan?" Tanya si perempuan lagi "Mbak bawain buah, mau di kupasin?"
"Ga usah" Tolak kogane "Nanti aku bisa kupas sendiri"
"Duduk sini" Naoki menarik kursi dan membiarkan istrinya duduk.
Untuk sekian kali nya kogane memalingkan wajah ke arah lain, apa pria itu sengaja mau membuat dia cemburu?
"Kanji, dokter kamu bilang apa?" Tanya pria itu tiba-tiba, membuat kogane terpaksa menatap kembali "Tapi pas jatoh kemaren ga ada benturan apa-apa kan?"
Ia bahkan berjalan dan melihat kantong infus, seolah mengecek sesuatu.
"Gapapa, besok juga dokter udah ngizinin pulang." Kogane ingat Naoki adalah seorang dokter juga. melihat sikap nya, dia rasa suami mbak nami tidak se menyebalkan yang selama ini ia pikirkan.
Toh tidak pernah ada konflik juga di antara mereka, justru saat pertama kali bertemu kogane lah yang membuat suasana jadi tegang karna membanting pintu berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibie Till Jannah [Haikyu Religi] 2
FanfictionCerita ini lanjutannya dari Habibie Till Jannah di akun @fadillahrezkei Kayanya ga usah di sinopsis hehe langsung aja ya gais