💞Chapter 04. Syarat dari Shaqiel

9 2 45
                                    

Selamat datang di chapter 4!

***

Hari ini, kedua kalinya Shaqiel berangkat sebelum jam 6 pagi, demi menghindari Libra. Walaupun masih mengantuk, dia tahan asalkan tidak berangkat bersama cewek itu.

Indri, ibu tiri Shaqiel, baru saja keluar kamar menuju dapur, hendak memasak sarapan hanya bisa menggeleng-geleng maklum melihat kelakuan remaja 17 tahun itu. "El, nggak sekalian ngekost aja di samping sekolah?"

Shaqiel melebarkan matanya, lalu berseru, "Ide bagus, Mi! Ada yang murah?"

Kini, Indri yang melongo karena Shaqiel menganggap serius ucapannya, padahal niatnya cuma sarkas. "Jangan ngadi-ngadi, El!"

"Lah, kan, Mami yang kasih ide!" Shaqiel melayangkan protes sambil memakai kaos kaki.

Indri tidak jadi ke dapur, dia mendekat dan duduk di sofa berhadapan dengan Shaqiel. "El, kasian Lili, loh."

"Mami tau sendiri kenapa aku kayak gini, 'kan?" Shaqiel menatap wanita itu, raut wajahnya kini berubah serius.

"Mami tau. Ah, kamu ini kenapa ganti panggil mami, sih?" tanya Indri sembari protes karena harus menyesuaikan dengan panggilan Shaqiel padanya yang tiap hari berubah-ubah. "Maksud Mami, ngomong baik-baik ke Lili. Dia teman kamu dari kecil, pasti nurut, kok."

Shaqiel menatap Indri sambil menghembuskan napas perlahan. Yang ibu tirinya bilang memang benar dan tidak nyaman juga kabur terus macam buronan. "Oke, deh. Aku bakal coba ngomong ke Lili." Dia beranjak balik ke kamar, tidak jadi berangkat. Kalaupun nanti Libra datang, dia bakal mencoba obrolin baik-baik dengan kepala dingin, tanpa es batu.

***

Jam tujuh tepat, sebuah mobil hitam memasuki halaman rumah Shaqiel. Ya, siapa lagi kalau bukan Libra. Cewek itu keluar dari mobil dengan wajah ceria, bahagia karena Shaqiel tidak menghindar lagi seperti sebelumnya. Dia masuk, setelah Indri yang berada di ruang tamu mempersilakan.

"Pagi, Tante!" sapa Libra dengan senyum cerah.

"Pagi juga, Lili. Tunggu, ya, Tante panggilin El!"

"Nggak usah, Bu." Shaqiel buru-buru keluar kamar begitu mendengar suara Libra, tidak mau cewek itu masuk kamarnya lagi.

Setelahnya, Indri pamit berangkat duluan, memberi kesempatan Shaqiel bicara pada Libra, sesuai sarannya tadi.

"Gue mau ngomong sama lo." Shaqiel membuka obrolan, begitu ibu tirinya tidak terlihat lagi.

"Oh, jadi karena ini lo nge-chat gue tadi?" tanya Libra, di wajahnya tampak ekspresi kecewa. "Soal apa?"

"Lo mau kita temenan kayak dulu lagi, 'kan? Ada syaratnya!"

Libra berdecak kesal, tidak senang karena Shaqiel memberi syarat. Dia tahu, pasti syarat dari cowok itu tidak menguntungkan. "Oke, deh." Namun, mau tidak mau, Libra mengiakan demi hubungan baiknya dengan Shaqiel.

"Pertama, nggak peduli gue deket sama siapa, lo nggak boleh ikut campur."

Syarat pertama saja, membuat Libra melotot kaget, tentu saja dia tidak setuju. Namun, balik lagi, dia terlanjur berjanji.

"Jangan mengulangi kesalahan yang sama kayak dulu. Kalau sampai kejadian lagi, gue nggak bakal mau ketemu lo seumur hidup."

Ancaman Shaqiel yang paling tidak diinginkan Libra karena sejak kecil, dia selalu bersama dan bergantung pada Shaqiel. Hidupnya sepi kalau tidak ada cowok itu.

"Terakhir, jangan sia-siain Alfa. Dia baik banget anjir!"

Libra langsung membuang muka begitu mendengar syarat tersebut. "Gue pacaran sama dia karena---"

Love Later Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang