"Selamat membaca! Sebelum komentar, mohon baca dari awal hingga akhir. Cerita ini merupakan karya asli saya.
'This is BL!' - Sebuah kisah tentang Davi, yang hidup tanpa keluarga. Meskipun demikian, dia tidak pernah putus asa. Namun, kehidupannya ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bab 2
"Bagaimana sekolahnya, sayang?" tanya Leon dengan nada penuh kasih sayang.
Lana tersenyum lebar, matanya berkilauan dengan kegembiraan. "Betah, Yah! Aku sudah punya teman-teman di sana."
Leon tersenyum lega. "Oh, itu bagus!"
"Tapi mereka memaksa membeli bekal seperti yang Lana bawa, padahal Lana sudah menolak."
"Oh, jadi mereka suka bekal yang Ayah siapkan?" tanya Leon sambil tersenyum.
"Iya, Yah. Mereka bahkan sudah memberikan uang ke Lana." Lana mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya. "Coba Ayah hitung."
Leon terkejut melihat jumlah uang itu. Dengan cepat, ia menghitungnya, lalu matanya membelalak. "Banyak sekali!"
"Lana juga sudah menolak, tapi mereka tetap memaksa," lanjut Lana dengan tawa kecil, mengingat kelakuan teman-temannya.
Leon tertawa ringan. "Yah, kalau begitu, besok Ayah buatkan bekal lebih banyak untuk mereka."
"Tapi Ayah ambil dua ratus ribu saja, sisanya Lana kembalikan ke teman-teman, ya," ucap Leon sambil mengembalikan delapan ratus ribu ke putrinya.
Lana mengangguk. "Baik, Yah."
Leon menatap putrinya dengan penuh kasih sayang, meskipun dalam hati ia sedikit terkejut dengan jumlah uang yang harus dikembalikan.
"Ayah sudah buat nuggetnya?" tanya Lana dengan mata berbinar.
"Sudah, Lan. Ayah sudah taruh di kulkas," jawab Leon dengan senyum hangat. "Besok, Ayah mau menjualnya dan menitipkan di warung-warung sekitar sini."
"Uhh, padahal Lana mau bantu Ayah," lirih Lana dengan nada sedikit kecewa.
Leon mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Sudah, lebih baik kamu istirahat dulu."
"Baik, Ayah," jawab Lana patuh, lalu berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, ia merebahkan diri di kasur, tersenyum puas. "Ternyata menyenangkan," ucapnya dalam hati sebelum memejamkan mata.
Leon mengucapkan rasa terima kasih dalam hati, terutama kepada Tuhan dan Leon asli, yang telah memberinya kesempatan untuk merasakan kebahagiaan dan kehangatan dalam keluarga.
"Lana, bangun sayang, sudah pagi! Kamu nggak mau sekolah?" Leon membangunkan anaknya dengan lembut, sambil mengusap rambut Lana dengan penuh kasih sayang.