season 2 [ part 5 ]

682 51 6
                                    

Bab  5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab  5

2 bulan berjalan begitu cepat, dan begitu banyak hal yang terjadi. Leon dan Lana, pasangan suami-istri yang saat ini sedang di landa kebahagiaan, dan keduanya sudah mulai menunjukkan gejala kehamilan yang jelas.

Mereka berdua sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan bayi mereka, walau baru menunjukkan tanda tanda, hal itu tak membuat mereka berhenti, dari dekorasi kamar bayi hingga pakaian dan mainan bayi. Mereka juga sudah memilih nama untuk bayi mereka, dan semuanya terasa sangat menyenangkan dan menarik.

Namun di antara itu, yang lebih mengejutkan adalah, sikap Arga yang kini berubah begitu berbeda. Mereka bahkan membawanya ke psikolog terkenal.

Tapi hal itu tak membuahkan hasil. Mereka hanya dapat memakluminya, bahwa kejadian 2 bulan lalu masih terasa sangat menyakitkan bagi Arga. Kehilangan Ryo, orang tercintanya, memang sulit untuk dilupakan. Arga masih terus mengenang kenangan indah bersama Ryo, dan kesedihan itu masih terasa sangat dalam. Leon dan Lana hanya dapat berempati dan mendukung Arga, berharap bahwa waktu akan dapat menyembuhkan luka hatinya.

Perpisahan atau pun kematian memang suatu hal yang sulit untuk hindari. Raja atau ratu pun akan tunduk jika itu merupakan takdir yang seharusnya terjadi. Kita hanya bisa melepaskan mereka yang seharusnya pergi, dan percaya bahwa jika saatnya nanti kita akan bertemu mereka untuk kedua kalinya.

Dalam kesedihan, kita harus belajar untuk melepaskan dan menerima apa yang telah terjadi. Kita harus percaya bahwa setiap perpisahan atau kematian memiliki makna dan tujuan yang lebih besar, meskipun kita tidak dapat memahaminya saat ini.

Dengan mempercayai takdir dan kekuatan yang lebih besar, kita dapat menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup dan menemukan makna dalam kesedihan kita.
Jangan merasa kamu saja yang merasakan nya sendiri, karna di setiap kehidupan seseorang, mereka harus siap melepaskan tangan seseorang yang mereka sayang, merelakan dia pergi untuk menjalani reinkarnasi selanjutnya.

Arga mengingat dengan begitu jelas, kata-kata yang terucap dari bibir Elvan, pria yang baru setengah bulan ia kenal. Kata-kata itu masih terdengar jelas di telinganya, seperti sebuah pesan yang tidak pernah hilang.

"Merelakan?!".

"Hm".

Pria itu duduk tenang di samping Arga, yang kini masih terjebak dalam pikirannya sendiri. Arga tidak menyadari bahwa pria yang ia pikirkan, sebenarnya ada di sampingnya sekarang, menemaninya dalam kesunyian. Elvan memandang Arga dengan mata yang lembut, seolah-olah ingin memahami apa yang sedang bermain dalam pikiran Arga. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya duduk di sana, menemani Arga dalam kesunyian.

"Apa bisa?" Tanya pada dirinya sendiri.

"Tentu. Karna usaha Takan pernah mengkhianati hasil. Berusahalah jika kau ingin melupakannya, buat lembaran baru, yang akan kau gunakan sebagai penopang yang akan berkerja sebagai penepis, masa lalu mu dulu". Elvan menatap wajah Arga dengan begitu dalam.

Mereka terdiam cukup lama, dan kesunyian itu tiba-tiba dipecah oleh air mata Arga yang keluar dengan sendirinya. Dengan gerakan cepat, Arga memalingkan wajahnya, berharap Elvan tidak dapat melihatnya. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahan emosinya di depannya, tapi air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Elvan yang masih duduk di sampingnya, seolah-olah tidak melihat apa yang terjadi, tapi mata tajamnya tidak melewatkan detail apapun.

"Jangan kau pendam sendiri, jika bisa di bagi, bagilah dengan orang terdekat mu".

"Jangan terlalu egois, mengira bahwa kau bisa melewatinya sendiri. Ingat keluarga mu!". Elvan berbicara dengan suara yang lembut tapi tegas.

Arga menggaguk, "Ya", lalu menatap wajah Elvan tepat di depan wajahnya. Mata mereka bertemu, dan Arga merasa seperti sedang terjebak dalam pandangan Elvan yang tajam dan penuh perhatian. Elvan seolah-olah bisa melihat langsung ke dalam hatinya, dan itu membuat Arga merasa tidak nyaman.

"Ikuti aku" Tanpa menunggu jawaban Arga, pria itu sudah lebih dulu berjarak meninggalkan Arga yang belum juga Bagun dari duduknya.

"Terlalu besar!" Ucap Arga tanpa sadar, matanya juga terus memerhatikan punggung lebar Elvan yang mulai menjauh. Dia tidak menyadari bahwa kata-katanya telah terucap, dan sekarang dia merasa sedikit malu karena telah mengungkapkan pikirannya secara tidak sengaja. Tapi, dia tidak bisa menyangkal bahwa tubuh Elvan memang sangat lebar dan kuat, membuatnya merasa sedikit terpesona.

"Beruang Kingkong!" Lanjut Arga dengan nada yang lebih keras. Dia berlari dengan kencang, tubuhnya hampir menabrak tubuh besar Elvan di depannya. Elvan yang merasa ada sesuatu yang tidak beres, berhenti berjalan dan berbalik menghadap Arga. Dia menatap Arga dengan mata yang terkejut dan sedikit teramusi, membuat Arga merasa sedikit malu karena telah berlari dengan kencang dan hampir menabraknya.

Mereka kini berjalan berdampingan, Arga begitu setia mengikuti Elvan, pria yang baru setengah bulan ia kenal. Meskipun mereka belum lama berkenalan, Arga merasa seperti sudah memiliki ikatan yang kuat dengannya. Dia merasa nyaman berada di dekat Elvan, dan Elvan juga tampaknya merasa hal yang sama. Mereka berjalan dengan tenang, tanpa banyak bicara, tapi ada sesuatu yang tidak terucapkan antara mereka.

Di sinilah mereka berdua, berdiri di tengah-tengah taman yang begitu luas dan indah, dengan bintang-bintang di atas mereka sebagai pemandangan yang sulit untuk dilewatkan. Udara malam yang sejuk dan tenang membuat mereka merasa lebih dekat dengan alam dan dengan diri mereka sendiri. Mereka berdiri berdampingan, menikmati keindahan alam dan kesunyian malam, tanpa perlu banyak bicara.

Arga yang dulunya dingin dan percaya diri, sekarang malah terlihat menciut dan minder ketika berdampingan dengan Elvan, pria besar di sampingnya. Ukuran tubuh Elvan yang jauh lebih besar darinya membuat Arga merasa seperti boneka kecil di sampingnya.

Dia tidak bisa tidak membandingkan dirinya dengan Elvan, dan itu membuatnya merasa sedikit tidak percaya diri. Tapi, meskipun demikian, Arga masih merasa nyaman berada di dekat Elvan, dan itu membuatnya merasa sedikit bingung dengan perasaannya sendiri.

Elvan Folrafa, pemuda tampan dengan tubuh besar dan tegap, seorang pengusaha sukses dari luar Asia. Dia dikenal sebagai orang yang percaya diri dan memiliki kontrol penuh atas hidupnya. Namun, pertemuan dia dengan Arga tanpa sadar membuat dia merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ada sesuatu tentang Arga yang membuat Elvan merasa tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentangnya. Perasaan ini membuat Elvan merasa sedikit tidak nyaman, karena dia tidak terbiasa merasakan hal seperti ini. Tapi, dia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu tentang Arga yang membuatnya merasa sangat tertarik.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang